7. Anak anda hanya seorang pembantu

1018 Words
Happy reading Ela tidak berani menatap wajah ibunya sedikitpun. Ibunya yang dengaan lembut dan hati-hati sedang mengobati pipinya yang kemerahan karena tamparan yang ia dapatkan tadi. Ela juga bahkan menahan nafasnya kuat. Ela tidak marah pada ibunya karena tamparan tadi, malah Ela merasa takut dan merasa bersalah pada ibunya. Pada ibunya yang sepertinya sudah selesai mengoleskan entah salep apa pada pipinya. "Ibu sangat menyesal, Ela..."Ucap suara itu lirih, bahkan terdengar gemetar, membuat Ela mau tidak mau menatap kearah ibunya dengan tatapan takut-takut. Dan hati Ela mencelos, melihat kedua mata ibunya yang berkaca-kaca, dan hidung mancungnya yang memerah, menandakan kalau ibunya sedang menahan tangis saat ini. "Ibu sangat nyesal Ela sudah tampar kamu tadi," "Pasti rasanya sakit, sayang, ibu minta maaf, Sayang. Ibu minta maaf, ibu nyesal. Ibu rasanya mau mati karena nyesal, Ela."Ucap Arum, nama Ibu Ela yang pada akhirnya, pertahanan yang ia tahan sedari tadi sudah runtuh. Air mata dengan buliran yang besar sudah mengalir dan membasahi kedua pipinya saat ini. Ela? Perempuan muda itu tanpa menjawab ucapan ibunya, Ela langsung mendekap tubuh ibunya kuat dari arah samping, tubuh ibunya yang sangat Ela cintai dan sayangi, tubuh ibunya yang seorang diri berjuang mati-matian membesarkan dirinya selama 20 tahun yang sudah berlalu dengan sangat pahit. Tubuh ibunya yang sudah Ela sakiti hatinya karena Ela sudah membangkang tadi. "Ela yang harus minta maaf sama ibu. Ela anak yang nakal dan pembangkang, maafkan Ela ibu. Ela memohon ampun dan maaf sama ibu." "Jangan nangis lagi. Lihat ibu nangis, Ela semakin merasa bersalah. Maafkan Ela..."Ucap Ela dengan suara tercekatnya, dan Ela semakin tercekat di saat ibunya Arum melepaskan paksa pelukan antara keduanya. Dan Ela menahan nafasnya kuat melihat wajah sedih ibunya tadi sudah berubah menjadi serius dan dingin, seperti raut wajah yang di tampilkan oleh Tuan Malik tadi padanya. Ada apa? Bisik hati Ela di dalam sana. "Ibu akan memaafkanmu, tapi kamu harus bersumpah, dan berjanji. Tadi adalah untuk pertama dan terakhir kalinya kamu... kamu berada dalam jarak yang dekat dan masuk ke dalam kamar Tuan Malik..." Tok tok tok Ucapan dengan nada dingin Arum, terpotong telak oleh suara ketukan pintu, membuat Ela dan Arum segera menoleh keasal suara. "Saya Afni, Mbak. Ini di suruh sama Nyonya besar untuk panggil Mbak Arum dan Ela..."beritahu Afni di luar membuat tubuh Ela menegang kaku mendengarnya, sedangkan Arum bahkan terlojak kaget dari dudukannya. "Maafkan, Ela.... maaf"Ucap Ela takut, tapi sayang. Ucapan Ela tidak di hiraukan oleh ibunya yang saat ini, dalam diam sedang melangkah mendekati pintu untuk membuka pintu untuk Afni. Dan bertanya, ada apa Tuan dan Nyonya besar ingin bertemu dirinya dan juga anaknya. *** Sumpah demi Tuhan, jantung Ela di dalam sana rasanya ingin meledak. Ela juga tidak berani mengangkat kepalanya, Ela hanya berani menatap kedua kaki telanjangnya yang ada di atas lantai. Ela juga merasa sangat panas pada pipinya karena di tatap dengan tajam dan dalam oleh Tuan Malik, sejak Ela datang dengan ibunya dan mendudukkan dirinya dengan ibunya di atas sofa mahal dan empuk ini. Tuan Malik langsung mengarahkan tatapannya kearahnya. Sungguh, Ela sangat takut. Tidak pernah Tuan besar dan Nyonya besar memanggil dirinya bersamaan dengan ibunya. Ela takut mereka akan di pecat. Ela takut ibunya akan di marahi sama Nyonya besar nanti karena kesalahan dirinya tadi, dan Tuan Malik yang jahat itu melapor pada kedua orang tuanya. "Maaf, Afni mengatakan Ibu dan Bapak manggil saya dan anak saya untuk menghadap bapak dan ibu. Ada yang harus kami lakukan Bu, Pak?" Mendengar ucapan dengan nada sedang ibunya di atas, dengan pelan sekali, Ela mengangkat pandangannya. Dan deg, hati Ela mencelos, di saat Tuan Malik yang ada di seberangnya masih setia menatap dirinya dengan tatapan dalam dan super tajam. Dan Ela reflek menoleh kearah ibunya di saat ibunya dengan agak kuat meremas tangan Ela barusan. Tapi, tatapan ibunya masih setia fokus dan ada pada Ibu Tuan Malik. Nyonya Citra. "Saya mau, kamu menyiapkan beberapa pasang baju Ela. Ela akan ikut anak kami Malik ke Indonesia bagian timur. Dia akan menjadi pembantu atau asisten pribadi Malik selama 2 bulan di sana..."Ucap suara itu terdengar anggun dan lembut. Tapi walau terdengar lembut, ucapan barusan bagai petir di siang bolong untuk Ela terlebih untuk Arum. "Malik dan Ela akan berangkat besok sore. Segera siapkan pakaiannya. Dan mungkin bisa juga besok pagi. Mereka akan terbang dan bekerja di sana, sekali lagi, hanya dua bulan di sana."Ucap suara itu lagi lembut, itu suara milik Citra, mama kandung Malik yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang sudah kepala 5 akhir. "Bisa kah, saya saja yang menggantikan posisi anak saya Ela? Saya akan bekerja...." "Apa saya harus pergi dengan nenek-nenek? Jawabannya tidak! Saya tidak mau nama baik saya rusak di sana. Di kampung sana, rasanya tidak sopan apabila saya menitah anda sesuka saya." "Bisa saja saya ajak sekertaris saya atau yang lainnya, tapi mereka murahan, selalu berusaha menjebak saya , dan saya tidak mau pernikahan saya nantinya dengan Sandra hancur karena perempuan-perempuan murahan itu!"Ucap Malik memotong telak ucapan Arum. Dan Malik juga tanpa menunggu jawaban atau sahutan dari semua orang, Malik dengan kasar dan wajah dingin segera bangkit dari dudukannya, meninggalkan semua orang. Tapi, baru 3 langkah Malik melangkah, Malik menghentikan langkahnya, dan membalikan badanya kasar kearah semua orang yang menatapnya dengan takut saat ini. "Kamu... Ikut lah denganku, bersihkan dan siapkan beberapa barang penting yang akan kita bawa besok, Ela...." "Dan anda, Bi Arum. Saya tahu, anda adalah pembantu yang baru pertama kali saya temukan di dunia ini, Anda entah apa salah saya, anda terlihat membenci saya, dan menjaga jarak anak anda dari saya sejak saya pulang dua minggu yang lalu dari luar negeri. Saya bisa melihatnya dengan jelas. " "Banyak maaf saya ucapkan, Bi Arum. Anak anda Ela bukan tipe saya, anak anda terlalu murahan dan menjijikkan untuk saya sentuh apalagi nakali. Harga tubuh dan harga diri seperti sosok anak anda hanya seharga satu dasi saya di luar sana. Jadi, tolong jangan geer ya Bi Arum... Saya terlalu wow dan hebat untuk merusak repotasi saya hanya demi anak anda Ela... Ela yang hanya anak pembantu dan merupakan tukang kebun di rumah ini, dan satu lagi, mana doyan dan nafsu saya sama seorang anak pembantu..." Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD