2. Apa yang ingin anda lakukan, Tuan?!

1353 Words
2 Ela menghembuskan nafasnya lega, punggung tangannya menghapus kasar bulir keringat yang membasahi keningnya, tidak, tapi nyaris membasahi seluruh wajahnya. Bagaimana Ela tidak berkeringat, total ada 12 barang mewah, mahal dan antik yang sudah selesai Ela bersihkan dan sudah Ela letakan dengan super hati-hati ke tempat yang semula. 2 jam waktu yang Ela butuhkan untuk membersihkan barang kesayangan milik Nyonya Citra. Yang Ela bersihkan dengan jantung yang rasanya ingin meledak di dalam sana dan juga dengan satu tubuhnya yang nyaris basah oleh keringat takut dan keringat karena was-was. Ia ceroboh menjatuhkan barang-barang mahal itu, tapi untung saja Ela berhasil melakukannya, dan barang-barang mahal itu terlihat semakin berkilat bersih setelah Ela bersihkan dengan sepenuh hati dan hati-hati. Dan wajah pucat Ela, perlahan sudah kembali merona dan kedua bibir Ela yang terkatup rapat hampir 2 jam lamanya, kini perlahan tapi pasti sudah mulai mengukir senyum yang lebar dan terlihat indah. Sekali lagi, Ela sudah lega. Dan setelah menjalani. Sepertinya untuk membersihkan barang-barang mahal itu lagi, Ela tidak akan setakut tadi. "Jam 1 siang..."Ucap Ela pelan dengan tatapan yang masih berada di jam besar dan mahal yang ada di atas tembok sana. Dan kedua mata bulat jernih Ela melirik kearah setiap sudut rumah ini, masih sepi. Artinya... ibunya dengan 4 orang pembantu lainnya yang bekerja di rumah ini belum pulang dari belanja stok makanan di rumah ini. Dan sepertinya, di rumah khusus untuk tinggal para pembantu yang ada di belakang rumah ini, Ela akan memasak makan siang untuk ibunya dan mbak-mbak yang lainnya, mengingat pekerjaannnya sudah selesai. Tapi, niatan Ela yang ingin masak untuk masak makan siang ibunya harus pupus di saat... "Tunggu dulu, Ela...."Ucap suara itu cepat dan tegas, membuat kaki Ela yang ingin melangkah hanya melayang di udara, dan Ela dengan tubuh yang sangat kaku, menoleh keasal suara. Dan tubuh Ela yang kaku perlahan rileks melihat siapa orang yang memanggilnya barusan. "Pak Arman... Ada yang bisa Ela bantu?"Tanya Ela dengan senyum manisnya. Tubuh Ela juga sudah semakin santai dan relaks. Rasa takut yang Ela rasakan juga karena efek bertemu dan ada dengan jarak yang dekat dengan Tuan Malik tadi, sudah hilang entah kemana. Di saat Ela melihat Pak Arman. Yang sudah Ela anggap seperti papanya sendiri. Pak Arman yang seumuran ibunya, menatapnya dengan tatapan lembut, tapi ada tatapan yang terlihat takut, dan khawatir juga di kedua manik hitam pekat Pak Arman... Ada apa? Tanya batin Ela takut dan was-was di dalam sana. "Ibumu belum pulang, dan Tuan Malik ingin makan nasi goreng dengan telor ceplok yang selalu ibumu buat sejak 10 tahun ibumu dan kamu ada di rumah ini, tapi karena ibumu belum pulang dari kegiatan belanjanya, Tuan.... Tuan Malik menginginkan kamu yang memasak makan siang untuknya Ela...."Ucapan dengan nada yang sangat pelan dari Pak Arman membuat wajah Ela seketika pucat pasih bahkan jantung Ela di dalam sana.... rasanya ingin meledak...... Dan jantung Ela semakin menggila dan semakin ingin meledak di saat Pak Arman.... "Hati-hati, Nak Ela...."Ucap Pak Arman dengan wajah pucatnya. Dan belum sempat mulut Ela terbuka untuk bertanya, Pak Arman sudah berlari cepat meninggalkan Ela yang kebingungan saat ini. Apa maksudnya? Hati-hati? Hati-hati karena apa? Dan hati-hati sama siapa? Apakah sama Tuan Malik? ***** Orang yang sangat ingin Ela hindari, orang yang selalu ibunya ingatkan agar jangan berada dalam jarak yang dekat dengannya, dan orang yang terlihat menyeramkan terutama dengan kedua manik hitam pekatnya di mata Ela, malah sudah berada dalam jarak yang sangat dekat dengannya tadi, bahkan orang itu... Tuan Malik merangkum kasar dagunya. Membuat Ela merasa jantungnya ingin meledak di dalam sana, kedua kakinya lemas bagai jely, dan Ela bersyukur, karena jarak yang dekat dengan Tuan Malik, karena dagunya di rangkum oleh tangan Tuan Malik, ia tidak sampai tumbang tadi. Dan rasa takut serta cemas pada Tuan Malik, yang sempat hilang karena ada Pak Arman, kini atau saat ini kembali menyapa diri Ela. Di saat Ela sedang ada di dapur saat ini, sedang memotong dan membersihkan dengan tangan gemetar, bawang putih, bawang merah, cabai, dan segala macam yang Ela perlukan untuk membuat nasi goreng yang selalu ibunya----buat, dan selalu menjadi favorit hampir seluruh keluarga besar majikannya, Tuan Malik...., Ayah Tuan Malik dan Ibu Tuan Malik. Masih Ela ingat dengan jelas, di saat Ela pertama kali menginjakan kaki di rumah ini atau di saat pertama kali mereka, yaitu Ela dan Ibunya kerja di rumah ini, di saat Ela umur 10 tahun, Ibu Ela yang masak nasi goreng untuk sarapan pagi keluarga besar Ariefien, semuanya langsung suka, terutama Tuan Malik, dan sebelum laki-laki itu tinggal di luar negeri 6 tahun yang lalu, selalu memesan nasi goreng untuk setiap sarapan paginya. Jelas, nasi goreng buatan Ibu Ela. Wajib. "Kedua orang tuaku tidak membayarmu untuk melamun, Ela!"Ucap suara itu tajam dan dingin, membuat Ela tersentak kaget bahkan pisau dapur yang ada di tangan Ela terjatuh begitu saja dari kedua tangan Ela. Dan naas dan malang, di saat pisau dapur itu malah menimpa punggung kaki telanjang Ela... Ela jelas reflek memekik sakit, tapi pekikan sakit Ela reflek terhenti di saat... "Menjijikkan, andai tanganmu yang terluka, pasti darahmu akan mengotori makananku." "Ceroboh dan sangat tidak becussss!!!"Ucap Tuan Malik dengan nada yang semakin dingin dan tajam bahkan.... tatapan laki-laki itu terlihat sangat sinis, marah dan penuh benci membuat Ela sangat takut melihatnya, dan Ela reflek melangkah mundur. Tapi, sial! Sial! Sial! Belum selangkah Ela melangkah mundur, tubuh Ela sudah mentok dengan westafel. Dan kedua lutut Ela gemetar hebat di saat Tuan Malik semakin mendekatinya. Wajar... wajar ibunya menyuruh ia untuk menjauhi dan sembunyi dari Tuan Malik. Tuan Malik menyeramkan, galak, dan pemarah. Tidak cocok apabila bertemu atau dekat dengan ia yang penakut dan sedikit ceroboh. Jadi ini alasan ibu larang aku dekat-dekat dengan Tuan Malik? Ela takut ibu..... jerit hati Ela benar-benar takut dan panik di dalam sana.... "Saya... Saya ceroboh, maafkan saya, Tuan Malik. Maafkan saya....," Ucapan Ela terhenti di saat dengan kasar dan secepat kilat, Tuan Malik.... Tuan Malik menjatuhkan tubuhnya di atas lantai, tepat di depan kedua kaki Ela. Ela... Ela yang kedua lututnya semakin gemetar hebat saat ini di saat Tuan Malik di bawah sana dan saat ini sedang mengelus dan membelai lembut punggung kakinya yang tergores dan tertancap mata pisau beberapa saat yang lalu. "Tidak... Tidak, Tuan. Jangan seperti ini, saya... saya tidak apa-apa... saya tidak....,"lagi dan lagi, ucap Ela terhenti di saat tangan Tuan Malik yang ada di atas punggung kakinya tadi, kini tangan Tuan Malik sudah ada di atas dan di dalam paha Ela yang mengenakan rok kembang selutut saat ini. Kedua mata Ela melotot lebar di saat... di saat tangan besar dan lebar Tuan Malik sudah meremas pahanya bahkan sudah menyentuh pusat intimnya di bawah sana... "Tidak! Anda... Anda jangan kuraang ajar!"Ucap Ela dengan suara gemetarnya. Dan hampir saja, dengan berani Ela menendang perut Tuan Malik. Tapi, sayang. Dalam sekejap, kaki Ela di tahan dan di tangkap Tuan Malik. Dan Tuan Malik dalam sekejap sudah membaringkan dan menidurkan Ela di atas lantai. Dan kedua mata Ela semakin melotot kaget dan tidak terima di saat tubuh tinggi tegap Tuan malik sudah ada di atas tubuh mungilnya saat ini. "Apa yang ingin anda lakukan....,"Ucap Ela terhenti di saat Ela mendapat tatapan yang super tajam dari kedua mata Tuan Malik yang memerah dan baru Ela sadari, aroma nafas Tuan Malik.... harum aroma alkohol, dan mengetahui hal itu, tubuh Ela semakin menggigil takut saat ini. Tuan Malik mabuk.... teriak batin Ela sangat takut di dalam sana. "Aku tidak mabuk, dan aku sadar...."Ucap Tuan Malik membuat Ela kaget. Ekspresi kaget Ela di balas senyum penuh arti oleh Tuan Malik, dan melihatnya, membuat jantung Ela rasanya ingin meledak di dalam sana... "Kamu tanya, apa yang ingin aku lakukan padamu?" "Perhatikan penampilanku, dan akan aku katakan langsung, aku ingin dan sangat penasaran dengan rasa tubuhmu, Ela... Aku Tuanmu dan aku ingin mencicipi tubuhmu sebelum aku menikah dengan Sandra kekasihku. Aku... Aku akan gila, Sayang. Kepalaku rasanya ingin meledak kalau kesucianmu tidak ku dapatkan siang ini juga... dan kamu akan mendapat bayaran atas tubuhmu dan kesucianmu yang ku ambil, dan jelas ada uang tutup mulut juga tentang kejadian ini. Kalau sampai calon istriku tahu, kamu, ibumu dan seluruh keluargamu di kampung akan aku hancurkan bagai abu...." tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD