BAGIAN 2 : Kehidupan Kala

1063 Words
Ibu Kota terlihat padat pagi ini, banyak kendaraan berlalu lalang menyebakan kemacetan yang begitu panjang. Kala mendesah berat, setiap pagi harus melaksanakan rutinitas ini, bosan. Namun Kala harus terima, banyak kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan Kael Crop. Kala berhasil membuat perusahaannya berkembang pesat tanpa embel embel Handoko, Kala terus bergerak dalam bidang Pariwisata dan Properti. Handoko Company, perusahaan tambang itu dipimpin oleh adik Kala, Saga Gilbert Handoko yang kini menetap di Singapura. "Sudah sampai, Tuan." Supir Kala berkata pelan karena Tuannya hanya diam dan terlihat tengah melamun. Kala tersentak, "Oh, Terima kasih Pak maman." Ucap Kala ramah. Kala bukan lelaki yang dingin dan datar, Kala bersikap ramah pada setiap orang. Beberapa wanita terkadang menyalahartikan sikap Kala yang ramah dan baik. "Selamat pagi, Pak." Sapa beberapa karyawan yang berpapasan dengan pimpinan mereka. "Pagi." Kala memberikan senyuman kecil membalas sapaan mereka. Walaupun suasana hati Kala buruk, bukan alasan untuk bertindak kasar dan jahat pada pegawainya. -RUANGRINDU- Jam makan siang telah berlalu sekitar 10 menit tidak terlihat pergerakan tanda Kala akan beristirahat, matanya terus fokus menatap berkas yang menumpuk dengan layar laptop di mejanya, seperti inilah Kala, sangat cinta dengan pekerjaan dan tidak ingin menunda-nunda pekerjaan. "Sayang...." Wanita cantik dengan rambut panjang kecoklatan memasuki ruangan Kala, wanita itu masuk tanpa mengetuk lebih dulu, Kala tersentak ingin marah lalu Ia urungkan karena mengenali suara wanita itu. Bahkan tanpa menoleh Kala mengetahui siapa yang datang memasuki ruang kerjanya. "Biasakan ketuk pintu, Ra." Tegur Kala dengan nada yang pelan dengan tatapan teduh agar tidak menyinggung wanita itu. Rara Jatnika, kekasih seorang Kala Gilbert sejak masa Senior High School. Jika kalian menebak Kala bercerai karena Rara, jawabannya salah. Bukan Rara penyebab Kala menceraikan Emilly, saat itu Kala juga berusaha untuk bisa mencintai dan menerima Em, namun semua itu sirna karena hati Kala tetap mengatakan jika dia tidak bisa, saat masih SHS, Kala datang memperkenalkan Rara untuk pertama kalinya kepada Rose- Bunda Kala, Namun Rose menolak dengan tegas Rara dan berkata jika ia tidak merestui hubungan keduanya. Hubungan Kala dan Rara terus terjalin tanpa diketahui Rose, Mereka tidak bisa saling melepaskan satu sama lain karena begitu saling mencintai. Namun semesta seolah tak berpihak, Hubungan mereka terbongkar saat Kala yang tengah menghabiskan waktu di Mall bersama Rara berpapasan dengan Rose dan Em yang kebetulan berada disatu Mall yang sama dalam satu waktu. Rose marah dan mendiami Kala karena telah berani membohonginya demi Rara, Kala yang begitu menyayangi sang Bunda terpaksa memutuskan hubungannya dengan Rara. Mereka menjalani kehidupan sulit untuk saling melupakan dan menerima status baru mereka. Satu tahun kemudian Kala terpaksa menikahi Em, saat itu Rose terbaring sakit karena sakit jantung yang diderita sejak lama, demi sang Bunda, Kala menerima Em, Memenuhi keinginan Rose untuk menikahi Em dan menjaga Em untuk selamanya karena Rose bilang bahwa umurnya tidak lama lagi, sesaat setelah mereka mengucapkan ikatan suci, Rose menghembuskan nadas terakhirnya.   -RUANGRINDU- Beberapa bulan pasca perceraian Kala dengan Em, untuk pertama kalinya lagi Kala dan Rara bertemu, pertemuan dengan Rara sebagai partner bisnis pun terjadi. Saat pertama kali bertemu keduanya bersikap Profesional, Namun, karena mereka bekerja sama maka Kala dan Rara menjadi lebih sering bertemu, Rara yang berprofesi sebagai sekertaris kerap menggantikan atasan untuk bertemu Kala. Sejak saat itu Kala dan Rara kembali dekat lalu beberapa bulan kemudian Kala mengakui jika masih mencintai Rara dan Rara pun memiliki perasaan yang sama apalagi Kala menceritakan tentang Kala yang tak pernah bisa mencintai Emilly. Kala dan Rara memutuskan untuk kembali mengukir kisah cinta mereka yang sempat tertunda, berharap kali ini kisah mereka akan berbeda ending dengan kisah masa lalu. "Udah makan, Kal? Aku bawain makan siang. Makan bareng yuk?" Rara menunjukan kotak bekal berwarna hitam, setiap siang jadwal Rara adalah mengantarkan makan dan sesekali ikut makan bersama Kala, jika tidak begini maka Kala akan lupa makan siang, tidak baik bagi kesehatan Kala. "Belum, Boleh. Kita makan sama-sama, kamu masak apa hari ini?" Tanya Kala sambil merapihkan beberapa berkas dan menutup Laptopnya agar memudahkan Rara menata masakannya. Kegiatan ini rutin keduanya lakukan saat mereka memutuskan untuk kembali bersama, Rara yang selalu pengertian dan sabar menghadapi Kala. Rara bahkan dengan senang hati mendatangi Kantor Kala, padahal jarak kantor mereka lumayan memakan waktu tempuh lumayan lama. Rara-nya tidak berubah menurut Kala, selalu menjadi tempat pulang Kala dan wanita yang paling mengerti Kala. "Bawa lele bakar dan sayur capcay kesukaan kamu." Rara memperlihatkan isi kotak makannya membuat Kala tidak sabar ingin mencicipi masakan sang kekasih. Rara adalah wanita yang jago masak, sejak SHS bahkan Rara rutin membawa sarapan untuk Kala, mereka akan makan sarapan bersama di bawah pohon rindang pemisah gedung kelas keduanya. "Wah, pasti enak. Terima kasih, Rara." Kala tersenyum lembut mencium kening Rara singkat, perlakuan manis Kala membuat rona dipipi Rara timbul, kemerahan terlihat jelas dipipi Rara. Rara tersenyum teduh, tangannya menggenggam erat sebelah tangan Kala, "Sama sama, Mas Kala.." Kala tertawa renyah, sejak dulu Kala sejujurnya tidak menyukai dipanggil dengan embel-embel "Mas" menurut Kala Ia tidak cocok untuk panggilan itu, panggilan itu juga suka Kala dengar dari bibir Emilly saat masih bersama. -RUANGRINDU- Bolu pandan ke empat buatan Em telah matang, hari ini agenda Em adalah memasak bolu dan beberapa cake kesukaannya, Kebetulan pekerjaan Em juga telah selesai dibantu Lintang, Jo mengajak Em mengunjungi panti asuhan di daerah Antapani, sebulan sekali memang Jo dan Em selalu mengunjungi panti asuhan untuk berbagi makanan, mainan dan pakaian. Jo dan Em sangat menyukai anak-anak kecil yang menggemaskan. Panti asuhan selalu mengingatkan Em tentang masa kecilnya, hidup tanpa ada keluarga dan harus bertahan di dunia yang kejam. "Masih lama?" Jo mendekati Em, "Keburu sore nih." "Ngomel terus, Bang! Sabar yaa, ini terakhir." Jo memutar bola mata malas, padahal Em bisa beli di toko kue mengapa repot memasak? Buang buang waktu. Dan apa katanya tadi? Terakhir? Bahkan Em telah mengatakan itu sejak satu jam lalu namun hingga kini tak kunjung selesai. "Sana pergi, jangan gangguin disini! Bunda dimana?" Tangan Em terangkat mengusir Jo yang menatap lapar bolu pandan buatannya. Jo mengambil sepotong bolu pandan tanpa menghiraukan tatapan tajam Em, "Di kamar." "Ahh! Nyebelin! Beli aja kalau Abang mau!" "Pelit banget Em, satu doang." "Biarin," Em menjulurkan lidah pada Jo, "Bunda tadi bilang kakinya pegal Bang." Jo terdiam, "Hm, bunda kan rematik." "Abang ke kamar, panggil nanti ya." "Okay." Mereka selalu seperti itu, Jo yang jahil dan Em yang sabar menghadapi tingkah Abangnya. Suasana rumah selalu menghangat jika mereka berada di rumah, pertengkaran dan rengekan Em selalu candu untuk Jo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD