BAGIAN 1 : Kehidupan Emilly Vathya

1001 Words
Em memejamkan matanya merasakan semilir angin yang menenangkan, lima tahun telah berlalu dan kini Em telah berhasil berdamai dengan keadaan, tidak ada tangisan, tidak ada sesak, tidak ada lagi kepedihan. Tahun pertama dan kedua merupakan perjuangan panjang untuk Em bisa bangkit dari segala keterpurukan, hidupnya masih panjang. Bahkan cerita hidup Em baru dimulai, melepas seluruh masalahnya dan pergi meninggalkan Jakarta. Bandung, Salah satu kota yang selalu ingin Em datangi saat masih remaja, Kota yang selalu Em sebut dalam doanya, terdengar berlebihan namun memang seperti itu fakta yang ada. Em begitu bersyukur kini bisa menetap di Bandung. Terbebas dari seluruh penatnya Ibu Kota, waktu semakin berlalu, usia Em kini menginjak dua puluh tujuh tahun. Secara fisik, tidak ada perubahan signifikan. Hanya saja rambut yang dulu pendek kini telah memanjang hingga mencapai pinggang, Wajahnya lebih terlihat dewasa dan semakin memancarkan kecantikan alami. "Em, pulang, yuk." Jo menatap lembut manik Em. Pekerjaan Em saat ini adalah menjadi Manager Wedding Organizer ternama. Em dipertemukan oleh keluarga yang baik yang dengan senang hati merangkul Em saat tidak mempunyai tujuan hidup, Em beruntung, Karena bertemu lelaki sebaik Jovanka. Pertemuan Jo dan Em terjadi karena Em melihat wanita paruh baya yang akan terserempet motor, dengan gerakan cepat Em berlari dan berhasil menyelamatkan wanita paruh baya itu, wanita paruh baya itu adalah Ibunda Jovanka Clastha yang bernama Niria, ia mengucapkan terima kasih dan memperkenalkan dengan Jo, anak semata wayangnya. Kejadian itu membuka jalan hidup Emilly Vathya. Keluarga Clastha begitu baik bahkan terlampau baik,  mereka dengan senang hati memberikan Em pekerjaan, mereka mendengarkan kisah pilu seorang Emilly, bahkan mereka ikut marah dan sangat sedih mengetahui gadis secantik dan sebaik Em hidup sendiri dan diperlakukan jahat oleh mantan suaminya. Jovanka Clastha,  penerus segala usaha  Clastha. Jo menganggap Em sebagai adik yang harus ia jaga dan sayangi, karena sebenarnya sejak lama Jo menginginkan seorang adik perempuan. Kedatangan Em tentu membuat Jo bahagia dan senang, jarak usia Jo dan Em tidak terpaut jauh, keduanya hanya terpaut 3 tahun. Jo dengan senang hati mengajari Em dengan semangat dan sabar agar bisa bekerja di Wedding Organizer nya, selain WO, keluarga Clastha juga mempunyai beberapa usaha kuliner Donat, Coffe dan Pemancingan di Kota Bandung dan beberapa usaha di Luar Negeri. -RUANGRINDU- "Langsung pulang? Udah beres nih," Em tersentak, focus Em yang sedang melihat pemandangan pun beralih pada Jo, "Iya, Abang." Jo mengetuk pelan jarinya pada kemudi lalu mengerutkan dahinya, "Makan? Ke rumah? Bunda rindu," Tanya Jo, "Kamu udah satu minggu nggak kerumah,Em. Apa kamu mau jadi anak durhaka?" Jo tergelak, mengerjai Em adalah salah satu kesenangannya. Em kesal namun juga rindu Bunda, perkataan Jo memang terdengar seperti candaan namun entah mengapa membuat Em tertohok. Satu minggu ini WO mereka memang sibuk sekali, banyak pekerjaan dan harus survey kesana-kemari. Mengadakan rapat, bertemu client. Sejak beberapa bulan lalu Em membeli Apartemen di daerah Braga, alasannya adalah Em merasa tidak enak jika terus menumpang dikediaman Clastha. Meskipun Bunda dan Jo awalnya menentang, mereka akhirnya menyetujui dengan syarat Em harus selalu bahagia. Bunda juga selalu berpesan agar selalu mengunjunginya setiap 2 hari sekali atau satu minggu sekali. "Boleh, Em juga rindu Bunda, masak apa ya Bunda? Em kangen dimasakin ayam pedas," Riang Em, "Abang ikut pulang kan?" Bukan tanpa alasan Em bertanya, Jo juga sibuk akhir akhir ini karena telah membuka Coffe Shop baru di daerah Lembang. "Ya ya? Coffe Shop nanti dulu yaaaa.." Rengek Em seperti anak kecil dengan terus menggoyang-goyang lengan Jo membuat Jo terkekeh pelan. Menggemaskan. Mana mungkin Jo bisa menolak permintaan Em jika melihat binar bahagia dan permohonan dari mata Em, "Baiklah." Em bertepuk tangan dengan senyum lebar yang menambah kesan imutnya, Em mengacungkan kedua jempolnya pada Jo, "Ayeayyyy Bossss!!!!" -RUANGRINDU- Makan malam telah usai beberapa jam lalu, Em memutuskan untuk menginap karena besok pekerjaan hanya sedikit. Lintang- sekertaris Em juga besok bisa menghandle pekerjannya, Em sangat-sangat rindu Bunda, jadi mala mini Em memutuskan untuk pillow talk seperti dulu saat Em masih tinggal bersama Bunda. "Bunda kangen, kamu sepertinya kurusan? Apa kamu nggak makan dengan baik?" Raut Bunda terlihat khawatir dan cemas, tangan kanannya aktif untuk mengelus wajah dan rambut panjang Em matanya menatap Em dengan teduh, jika orang lain melihat mungkin mereka akan mengira jika mereka memiliki hubungan darah. Em tersenyum manis untuk menenangkan Bunda, tangannya menggenggam tangan Bunda dengan erat, "Em baik baik aja Bun, Bunda rindu Em sebanyak apa?" Em memeluk Bunda dari samping, "Makasih Bunda, Bunda udah mau menjadi Bunda terbaik untuk Emilly." Em sayang Bunda, Bunda Niria dan Bunda Rose. Em mengucapkan beribu-ribu syukur dan terima kasih pada Tuhan karena memberikan keluarga yang begitu baik dan menyayanginya dengan tulus. "Bunda sesekali harus liburan, Em dan Abang Jo kan udah besar. Bisa jaga diri sendiri." "Tapp--" "Bener tuh, biar nggak bolak balik Call Abang sama Em terus," Ledek Jo datang dari arah tangga, "Uang banyak tapi diem di rumah terus. Kasian uangnya nanti nangis Bun." Jo meringis mendengar ucapannya sendiri, ia juga sama, uang banyak namun selalu sibuk bekerja. "Hush, Mana bisa nangis? Uang itu milik kalian, Bunda lebih suka di rumah. Bisa rebahan dan nonton drama korea, kalian harus sering pulang dong, Bunda kesepian." Keluh Bunda pada kedua anaknya, Em dan Jo. Em dan Jo terkekeh kencang, memang Jo itu sangat gemar mengganggu sang Bunda, namun mengganggu Em juga kesukaannya, beruntung Bunda dan Em adalah wanita sabar dan pengertian. "Maaf Bunda.." Em dan Jo memeluk Bunda bersama. Keduanya benar benar seperti saudara kandung yang tidak bias dipisahkan, saling menyayangi dan melindungi satu sama lain. Bunda membalas pelukan keduanya dengan erat dan sayang, anaknya adalah harta paling berharga, kehadiran Em sungguh sangat berpengaruh pada suasana Rumah, Niara sangat sayang pada Em bahkan tidak membedakan antara Jo dan Em karena mereka berdua adalah anaknya, permata hatinya. "Tidur sana kalian, besok kita menghabiskan waktu lagi." "Selamat malam Bun." Em mengecup singat pipi Bunda, "Selamat malam Abang." Tak lupa juga mengecup pipi kanan Jo lalu berlari kecil menaiki tangga untuk segera istirahat. Jo dan Bunda menatap punggung kecil Em, gadis dengan keceriaan dan aura positif, gadis yang mengangatkan kediaman Clastha, "Selamat Malam, Emilly...."  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD