BAGIAN 3 : Yogyakarta & Sosok Masa Lalu

798 Words
Jadwal hari ini sangat padat, Em harus melakukan penerbangan Ke Yogyakarta pagi hari karena akan ada pertemuan penting bersama pemilik Pantai Parangan, Yogyakarta. Pantai ini adalah Pantai Pribadi yang khusus disewakan untuk beberapa acara penting. Penyewaan Pantai Parangan ini juga membutuhkan beberapa dokumen dan harus melakukan pertemuan dengan sang pemilik Pantai. Sebelum memasuki Pantai Parangan ada juga Pantai Hijau bedanya pantai itu dibuka untuk umum namun tetap di bawah naungan pemilik yang sama. Seluruh kebutuhan Em telah disiapkan oleh Lintang jadi Em hanya tinggal berangkat dan mengikuti arahan Lintang. Pukul 10.00 Em telah mendarat di Bandar Udara Internasional Yogyakarta. Melelahkan, namun Em juga senang karena Em bisa sekalian melihat Pantai. Villa Parangan, Villa yang cukup luas dan asri ini letaknya dekat dengan Pantai Parangan dan Pantai Hijau, letaknya persis ada di tengah kedua Pantai sehingga pemandangan yang di janjikan cukup indah. "Siang Bu, Lunch telah siap." Ucap Lintang saat melihat Emilly yang tengah di balkon melihat pemandangan. Em mengangguk sekali, "Terima Kasih, Lintang." "Sama-sama, Bu. Apa ada hal lain yang dibutuhkan?," Em terdiam sesaat lalu menggeleng, "Tidak, terima kasih." "Saya pamit, Bu." -RUANGRINDU- Em rindu, rindu Rose, rindu Kala, rindu para teman pekerja di rumah Handoko, sedang apa mereka sekarang? Sedang apa mantan suami nya? Apa Kala telah menikah? Mempunyai anak? Apa Kala masih bekerja tanpa kenal lelah? Apakah Kala makan dengan baik? Sayang semua pertanyaan itu tidak bisa terjawab, mungkin bulan dan bintang bisa melihat Kala disana. Dimana pun Kala berada, Em selalu berdoa semoga semesta selalu bersamanya, semoga Kala hidup bahagia. Ah, mengingat itu seharusnya Kala bahagia karena bisa hidup dengan bebas dan tidak terikat dengan Em. -RUANGRINDU- Jo tidak bisa menemani, fokus utama Jo adalah Coffe Shop baru dan beberapa cabang Donat yang akan buka. Tugas WO ini diserahkan pada Em sepenuhnya, senang namun lelah. Dulu, Em kira hidupnya akan tetap kelam. Hidup dalam ke abu abuan dunia, nyatanya sekarang Em bisa berdiri dengan banyak warna. Berjalan di tepi Pantai itu adalah hal yang menyenangkan, beban berat yang bersarang seakan hilang. Em memutuskan untuk berjalan jalan sebentar di Pantai Hijau, Pantai ini cukup sepi mungkin karena bukan hari weekend. Meeting akan diadakan beberapa jam kemudian. Em bahagia, Menikmati karya Tuhan yang begitu mengagumkan. "Duduk sayang." "Sini aja, Capek aku kejar kamu," Sayup-sayup Em mendengar suara yang begitu familiar, Suara yang selalu bisa membuat hatinya menghangat dan bergetar dulu, entah sekarang masih atau tidak. Mencoba fokus untuk mendengar lagi apakah Em salah dengar atau sebegitu rindunya kah Em pada dia? Gotcha, ketemu. Di depan sana mantan suaminya terlihat tengah tersenyum lebar, Masih sama. Selalu tampan, Binar bahagia terpancar jelas dari iris mata Kala, binar yang tak pernah Em rasakan saat masih bersama Kala. Em bersyukur sekaligus pedih, Kala berhasil hidup dengan baik dan bahagia. Keputusan Em untuk berhenti berjuang sepertinya keputusan yang tepat. Perempuan cantik itu, Em mengenal perempuan itu. Di sebelah Kala ada Rara yang terus memeluk lengan Kala dengan sayang, keduanya seperti pasangan yang bahagia dan romantis. Ada setitik rasa sakit saat melihat kemesraan itu, Namun Em senyum, lebih tepatnya harus senyum. Em baik-baik saja dan harus baik-baik saja, Setelah d lima tahun ini dan seterusnya Em harus selalu baik baik saja. Merasa pertahanan hatinya akan goyah, Em segera berlari, memutuskan untuk berputar arah kembali ke Villa, Waktu menunjukan beberapa menit lagi Meeting akan dimulai dan sebaiknya Em bersiap dan melupakan kejadian barusan. -RUANGRINDU- Tanpa Em ketahui, Kala sebenarnya melihat Em lebih dulu, Kala memperhatikan Em melalui Ekor matanya. Meski bibirnya terus berbicara pada Rara namun ekor matanya tak pernah lepas sedikitpun memperhatikan gadis di balik penjual kelapa tutup, gadis yang pernah menjadi bagian hidupnya walaupun tak pernah Kala anggap ada. Kala memutuskan untuk berpura-pura tak melihat, bukan karena Rara. Semua itu Kala lakukan karena tak ingin membuat hati Em kembali luka, Kala ingin Em tak lagi mengingat kenangan buruk saat bersamanya, namun hatinya terus memikirkan apakah Em telah bahagia sekarang? Ada Ruang Rindu pada hati Kala saat melihat Em, Wanita itu semakin dewasa dan tetap cantik seperti dulu, Em terlihat lebih baik walaupun terlihat pancaran kesedihan saat melihat Kala dengan Rara. "Sayang! Hei?? Jangan melamunn,"Tangan Rara melambai lambai pada wajah Kala. "Eh--" Kala tersentak kaget, "Sorry. Aku laper nih, makan yuk?" Kala mengalihkan pembicaraan saat melihat mata Rara memicing memandangi Kala yang tiba-tiba bersikap aneh. "Okay! Lets go! Makan seafood yuk? Kamu meeting jam berapa?" Kala melotot, kaget berlebihan, "Loh? Bener aku meeting, makan seafood nya setelah aku meeting mau?" Rara tersenyum, "Baiklah. Mari kita ke kamar." "Oke." Keduanya berjalan bergandengan tangan dengan erat, sesekali mereka saling melempar candaan yang membuat senyum mereka terlihat dan membuat orang lain yang melihat akan ikut tersenyum. Benar-benar pasangan romantis, mereka saling bercanda dan tertawa bahagia, Kala selalu menatap Rara dengan sayang dan teduh menunjukan pada dunia betapa Kala sangat mencintai wanita di sampingnya, Rara Jatnika.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD