When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Apa!" Suara lantang Romeo menggema, memenuhi setiap sudut ruangan yang pagi itu masih diselimuti keheningan. Nada kemarahan yang tajam membuat jantung Tedy berdegup kencang. Tedy berdiri kikuk, dengan pandangan yang tertunduk malu-malu, nyaris tak berani mengangkat matanya untuk menatap wajah sang bos yang sedang membara. “Maaf, Tuan. Tapi Nona Maudy mabuk berat tadi malam, dan saya... saya tidak berani meninggalkannya begitu saja…” ujar Tedy dengan suara pelan, berhati-hati dalam setiap kata yang keluar dari bibirnya. Romeo menatapnya dengan sorot tajam, matanya menyiratkan kekecewaan dan amarah yang mendidih, bagai bara api yang tertutup abu, siap berkobar kapan saja. "Kamu sepertinya sudah bosan hidup, Tedy,” desisnya dingin, setiap katanya menorehkan ketegangan yang semakin meramba