Romeo Si Pria Kejam.

816 Words
“Antonio tiba tiba kritis. Sepertinya ada komplikasi,” Dokter Ana mengatakan hal yang membuat maudy kaget setengah mati. Bagaimana bisa setelah tiga tahun ia berjuang untuk menyelamatkan sang Kakak, kini justru setelah ia mengorbankan segalanya pada Romeo, tapi Antonio malah kritis. Seolah pengorbanan yang selama ini ia lakukan memang menjadi sia sia. “Iya, Dokter. Apakah kakak ku masih bisa diselamatkan?” tanya Maudy. “Kita sedang berusaha.” jawab Dokter Ana. Dia adalah Dokter cantik yang sudah menangani Antonio, kakaknya Maudy. Antonio mengalami koma setelah kecelakaan. “Tolong lakukan sesuatu, Dokter. Lakukan apapun asal kakak saya selamat.” Maudy memegang tangannya Dokter Ana, ia begitu memohon. “Baiklah, Maudy. Kamu jangan khawatir. Aku akan berusaha untuk menyelamatkannya. Oh, iya. Aku melihat berita di televisi tentang laki laki itu, apakah kamu baik baik saja melihatnya?” Selama Maudy menikah kontrak dengan Romeo, tentu saja gadis itu memang menceritakan semuanya pada Ana. Maudy memang tidak memiliki siapapun selain Antonio. Kedua orang tua mereka telah bercerai dan telah bahagia dengan pasangan mereka masing masing. Maudy hanya hidup dengan Antonio. Kakaknya itu lah yang selalu menjaganya. Namun tepat ketika Maudy lulus kuliah sang kakak tertabrak mobil dan membuat laki laki yang selalu menjaganya sejak ia berusia empat tahun itu harus mengalami koma karena luka di kepalanya. “Iya, Ana. Aku baik baik saja. Terima kasih sekali, Ana.” Maudy sangat beruntung bertemu dengan Dokter Ana. Beliau sangat baik dan selalu mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh Maudy. “Syukurlah …” Lirih Ana. “Tapi kami akan bercerai.” ujar Maudy lagi, membuat Dokter Ana melebarkan kedua matanya. “Tapi kenapa?” tanya Ana. “Apakah karena perempuan itu?” selama ini, Ana melihat kalau hubungan Maudy dan Romeo itu baik baik saja. Meski Ana tidak pernah melihatnya secara langsung. tentu saja karena hubungan Maudy dan lelaki kaya raya itu memang tersembunyi Romeo tidak pernah mengumumkannya secara resmi. “Romeo sudah menandatangani surat cerainya.” Maudy tidak tahan lagi, gadis itu menangis di depan Ana. Membuat Dokter itu ikut sedih karenanya. “Ya Tuhan, Maudy…” Ana menutup mulutnya, dan menarik pelan Maudy ke pelukan untuk menenangkannya. “AKu masih mencintainya, Dokter. Amat sangat.” lirih Maudy. Ia tidak bisa melupakan semua yang telah ia lalui bersama Romeo. Setiap sentuhan yang laki laki itu berikan padanya, setiap tatapan Romeo yang menyorot padanya, semua itu adalah candu yang lebih menyakitkan dari sekadar heroin yang memabukan. “Aku mengerti … aku mengerti …” Ana hanya bisa mengusap punggungnya Maudy, memberikan ketenangan padanya, meski ia tidak yakin bisa membantunya. “Aku yakin sekali, romeo pun merasakan perasaan yang sama padamu, Maudy.” ujar Ana mencoba untuk menghiburnya. “Tidak mungkin Dokter. Nona Cleo sangat cantik, dan gadis itu sudah resmi menjadi tunangannya Romeo. Semua orang tau tentang itu. Sedangkan aku …” Betapa malangnya Maudy, karena ia hanya lah seorang simpanan yang mungkin hanya akan dipandang sebelah mata oleh siapapun yang mengetahuinya, termasuk Romeo. Maudy yakin laki laki itu tidak pernah mencintainya. “Kamu juga cantik, maudy. Bahkan menurutku, kamu jauh lebih cantik dari pada Nona Cleo. Kamu jangan pernah merendahkan diri kamu sendiri. Ayo bangkit dan lihat dirimu. Kamu sangat cantik dan aku rasa, hanya laki laki bodoh lah yang menolak kecantikan kamu ini.” Maudy tahu bahwa Ana ini memang pandai menghiburnya. Sehingga ia pun saat ini mulai bisa tersenyum, meski senyuman itu hanya lah di depan Ana saja. _______________________ “Kakak tidak bisa meninggalkan ku begitu saja. Aku sudah menuggu kakak selama tiga tahun ini. Akun sudah kerja di perusahaan Syadiran Group. Gajihku lumayan dan aku bisa menghidupi kakak.” Maudy duduk di kursi di samping ranjang yang digunakan sang kakak. Laki laki itu terbaring lemah dengan alat medis yang terpasang di mana mana. Maudy ngeri melihatnya. “Kakak …” Gadis itu memegang tangan sang kakak dan menangisinya. “Aku sudah mencari ibu dan ayah, namun mereka enggak ada. Di rumah lamanya pun mereka enggak ada. Mereka meninggalkan kita, kak …” Tangisan Maudy semakin teruk. Dan ia benar benar menangis saat ini. “Mereka enggak peduli sama kita …” Dan kalau Antonio pergi. Maka Maudy akan benar benar sendirian. Ia tidak tahu harus bergantung pada siapa. Mungkin jika Antonio pergi, maka Maudy pun mungkin akan ikut pergi. “Tolong jangan pergi, kakak … tolong aku …” Maudy sedang butuh sandaran. Hatinya sedang patah. Karena lelaki yang ia cintai benar benar sudah tidak menginginkan dirinya lagi. “Hatiku sakit, kak …” Ia memukul pelan dadanya yang terasa begitu berat. Maudy sungguh tidak bisa menahan rasa sakit itu. Namun belum saja habis percakapannya dengan sang kakak. Ponsel gadis itu bergetar, sepertinya ada pesan masuk. Maudy meraih benda pipih yang berlogo apple tersebut, benda pemberian Romeo yang membuat hatinya yang parah semakin koyak. Ia mencoba melihat pesan di dalamnya. Yang ternyata dari lelaki itu. Romeo {Kamu di mana?kenapa enggak masuk kantor? apa kamu ingin aku pecat?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD