PART. 5 MIMPI KEANU

1148 Words
Kevin meninggalkan Jessy begitu saja. Gadis yang sudah menjadi istrinya itu hanya bisa menangis, menahan rasa sakit disekujur tubuhnya. Jessy tidak tahu apa salahnya, sehingga Kevin bisa menyiksanya begini. Seakan Kevin sudah begitu lama memendam kebencian kepadanya. Mimpi indah tentang malam pertama sirna sudah. Yang ada hanya rasa sakit di jiwa, dan raganya. Jessy tengah mengalami pertarungan dalam batinnya. Ia ingin cepat hamil, sehingga terlepas dari dera, dan siksa Kevin di jiwa, dan raganya. Tapi ia juga merasa takut membantah perintah Opa Keanu, untuk menunda kehamilannya. Jessy berusaha bangkit dari berbaring. Perlahan ia beringsut ke tepi ranjang. Rasa perih terasa sangat menghujam di area sensitifnya, rasa sakit juga menguasai seluruh tubuhnya. Tapi Jessy berusaha memaksakan diri untuk turun dari ranjang. Ia ingin membersihkan diri di kamar mandi. Baru saja kakinya menginjak lantai, dan ia berusaha berdiri di atas kedua kakinya, ketika tubuhnya limbung, dan jatuh tak sadarkan diri di atas lantai kamar. *** Keanu mematung, menatap Jessy yang terbaring lemah di atas tempat tidur, pasca Amy menemukannya pingsan di atas lantai kamar. Dokter Tom, sahabat sekaligus dokter pribadi Keanu, tengah memeriksa Jessy. "Bagaimana, Tom?" "Kevin sungguh keterlaluan," desis dokter berusia 55 tahun itu. "Apakah sangat parah?" "Ya, dia terluka parah di area sensitifnya. Kevin melakukannya dengan semena-mena, dia juga meninggalkan banyak lebam di tubuh Jessy." Gigi Keanu bergemurutuk mendengar penjelasan dokter Tom. "Keanu, apa kamu tidak kasihan pada gadis ini, apa kamu masih berniat memperalatnya untuk mendapatkan cinta Kevin kembali. Lihatlah dia! Betapa malangnya gadis tidak berdosa ini, Keanu. Saranku, cepat selesaikan urusan perjanjian kalian, kau mendapatkan cucumu, Kevin mendapatkan kebebasannya kembali. Itu yang paling baik menurutku!" Saran dokter Tom. "Terima kasih, Tom, aku akan pikirkan, dan pertimbangkan saranmu," sahut Keanu. -- Braakk!! Pintu ruangan kantor Kevin terbuka dengan suara nyaring. Ayahnya masuk dengan tatapan siap menerkamnya. Diiringi oleh dua orang pengawal di belakangnya. Dua orang pengawal itu sigap menutup pintu dari luar, begitu Keanu mendekati putranya. Plaakk! Plaakk! Dua tamparan mendarat di kedua pipi Kevin, setelah Keanu menarik paksa kerah kemeja Kevin, sehingga Kevin yang semula duduk menjadi berdiri di hadapannya. "Apa yang sudah kau lakukan, Kevin!? Selama ini kamu membenciku karena kau menganggap aku sudah menyakiti ibumu. Tapi lihatlah! Apa yang sudah kau lakukan pada Jessy!? Kau sudah menyiksanya begitu rupa. Menyiksa tubuhnya! Menyiksa perasaannya! Jadi sekarang katakan padaku, apa bedanya dirimu denganku, Ayah yang kau benci setengah mati, karena kau anggap menyakiti ibumu!" Seru Keanu, dengan suara meledak-ledak. Kevin menepiskan tangan ayahnya dari kerah kemejanya. "Ibumu pasti saat ini sedang menangis di dalam kuburnya, Kevin, menangis karena menyesal sudah memiliki anak yang tega menyiksa kaumnya!" desis Keanu, berusaha meredam kemarahannya. "Dia boneka Ayah, karena itu aku membencinya!" sahut Kevin akhirnya. "Jangan libatkan Jessy dalam kebencianmu terhadapku, Kevin. Dia hanya gadis yatim piatu yang masih polos. Kau pikir dengan menyiksanya begitu rupa, maka perjanjian kita akan berakhir? Tidak, Kevin, itu justru akan membuatmu terikat perjanjian ini lebih lama. Aku tetap ingin cucuku lahir dari rahim Jessy. Bukan lahir dari para wanita yang sudah kau tiduri tanpa ikatan apa-apa! Aku tidak ingin cucuku lahir dari dosa yang dilakukan orang tuanya! Kau dengar, kau harus tetap membuat Jessy hamil. Tapi untuk itu, kamu harus menunggu selama dua minggu. Menunggu Jessy kembali sehat, dan siap untuk menerima benihmu." "Kenapa harus benihku!? Kenapa tidak Ayah saja yang menikahi Jessy, dan meminta dia untuk mengandung anak Ayah!" Seru Kevin marah. "Jangan membantah ucapanku, jangan lupa dengan perjanjian yang sudah kita sepakati. Begitu Jessy hamil, kau boleh pergi, begitu Jessy melahirkan, kau boleh menceraikannya. Begitukan perjanjiannya, jadi ikuti saja itu, jangan membantah, atau mencoba untuk lari dari kesepakatan kita. Satu lagi, jika kau masih saja menyakiti Jessy, maka aku tidak akan segan-segan melemparkanmu ke dalam penjara, Kevin, camkan itu!!" Seru Keanu sebelum akhirnya ia berbalik, dan menuju pintu untuk ke luar dari ruangan kantor Kevin. -- Jessy menatap ke luar jendela kamarnya, di kejauhan sana terlihat kelap kelip lampu kota. Ia sendiri belum pernah pergi ke kota besar yang berada jauh di sana. Sepanjang hidup ia hanya tinggal di kota kecil mereka. Hari-harinya hanya berkisar dari rumah, dan sekolah saja. Karena itulah, ia tidak tahu, dimana Keanu pernah melihatnya. Sepuluh hari sudah berlalu, sejak malam pertama yang memilukan hatinya. Dan sejak itu ia tidak pernah melihat Kevin muncul di rumah ini. Jessy bergerak, ia melangkah meninggalkan jendela, saat terdengar ketuka di pintu kamarnya. "Jessy!" Suara Keanu terdengar memanggilnya. Jessy segera membuka pintu kamarnya. "Opa." "Bersiaplah, Amy akan membantu mengganti pakaianmu." "Kita mau ke mana, Opa?" "Aku akan mengajakmu pergi ke kota, kita akan menginap di rumahku di sana, ada banyak hal yang ingin aku tunjukan padamu. Amy, bantu Nyonyamu bersiap!" "Baik, Tuan besar." Amy membungkukan tubuh. Keanu menutup pintu, dan berlalu dari kamar Jessy. Banyak sekali yang ingin ditanyakan Jessy pada Amy. Tapi ia tahu, kalau Amy tidak akan membuka mulutnya barang sedikitpun, untuk menjawab pertanyaan seputar majikannya. Akhirnya Jessy hanya menelan rasa penasarannya. -- Jessy mengikuti Keanu turun dari mobil yang membawa mereka. Hampir dua jam perjalanan mereka, dari rumah di atas bukit ke kota yang lampu-lampunya tampak dari rumah Keanu. "Kita makan malam di sini dulu. Ini restoran milikku, dan akan jadi milik anakmu kelak," ujar Keanu. Meski tinggal cukup jauh dari kota besar, tapi Jessy bisa menduga, kalau makan di restoran ini pasti sangat mahal. Keanu menyodorkan lengannya, meminta Jessy untuk mengaitkan tangannya. Jessy meraih lengan Keanu, lalu mereka melangkah memasuki restoran itu. -- Siangnya, Keanu membawa Jessy ke tempat di mana semua usahanya dikendalikan. "Dari sekarang, kamu harus belajar, Jessy, karena kalau aku sudah tidak ada. Kamulah yang akan membimbing anakmu untuk menjalankan perusahaanku ini nanti," ujar Keanu. "Aku?" "Tentu saja kau, apa kamu berharap Kevin yang akan membimbing anak kalian? Itu tidak mungkin, Jessy, hhhh nanti akan aku ceritakan semuanya padamu. Ayolah, aku akan memperkenalkanmu pada orang-orang paling penting di perusahaanku." Harapan Keanu untuk membuat Kevin kembali terasa sia-sia. Kejadian di mana Kevin menyiksa Jessy di malam pertama mereka, membuat Keanu merasa harus menghentikan mimpinya. Mimpi seorang ayah yang sangat ingin memeluk putranya. Mimpi seorang ayah yang berharap mendengar sebait kata 'i love you' ke luar dari bibir putranya untuk dirinya. Keanu merasa ia harus mengubur semua harapan itu. Ia tidak ingin lagi menjadikan Jessy alat untuk bisa meraih Kevin kembali. "Ayo." Keanu menggamit lengan Jessy, yang pikirannya masih berkecamuk dengan berbagai pertanyaan. "Baik, Opa." Jessy merasa sulit merubah panggilannya menjadi ayah pada Keanu, Keanu sendiri sepertinya tidak keberatan dengan hal itu. Keanu memperkenalkan Jessy pada orang-orang yang berperan penting dalam perusahaannya. Keanu meminta mereka untuk membantu, dan membimbing Jessy untuk belajar dalam mengelola perusahaan yang akan ia wariskan pada cucunya kelak. Keanu punya keyakinan, kalau Jessy bisa diandalkan. Ia akan mendatangkan guru-guru private untuk mengajar Jessy nantinya. Mimpi Keanu sekarang, bukan lagi tentang Kevin. Tapi sudah berubah, tentang Jessy, dan cucunya, yang akan membuatnya bangga. Yang akan mengucapkan 'i love you' dengan tulus untuknya. ***BERSAMBUNG*** 100 komen untuk part selanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD