"Gimana Cia?" Al dan Ari bertanya serentak pada Restu yang baru saja turun ke ruang tengah. "Dia baik. Penanganan Cia pada kondisinya cukup bagus. Biasanya orang akan panik dan langsung mencabut pisau tersebut, namun Cia justru melilitkan kain agar darahnya tak keluar dengan tetap memposisikan pisau berada di tubuhnya. Gue nggak kebayang gimana sakit yang Cia rasain saat ngelakuin semuanya." Al menghela nafas. Al lalu menatap Ari, "Gue dengar dari Cia, Lo kakak sambungnya Cia. Ibu Cia nikah sama bokap Lo." Ari terdiam sejenak lalu mengangguk, "Tapi Cia nggak mau mengakui itu. Dia anti nganggap gue Abang sambungnya." "Kenapa?" Kali ini Restu yang bertanya. Ari hanya mengangkat bahunya. Ia sendiri juga bingung kenapa Cia tak mau menganggapnya Abang. Contohnya saja kondisi hari ini, Cia