Kepala Alisyah mendadak menjadi terasa pusing luar biasa, perkara penikahan yang sudah didepan mata. Siapa sangka, ternyata selama ini tanpa sepengetahuannya Azka adalah tunangannya sendiri? Parahnya Alisyah baru tahu hal itu beberapa saat lalu.
Pantaslah saja saat ia bisa masuk kampus ternama dengan biaya selangit, tapi ibunya biasa saja tak terlihat kelimpungan memikirkan biaya sama sekali. Alisyah kuliah dan Azka yang menjadi dosennya menjelang akhir semester adalah sebuah rencana untuk mendekatkan keduanya. Kemudian tindakan Alisyah yang berniat mengerjai membalaskan dendamnya terhadap Azka malah membuatnya tersungkur jatuh dalam kesialan yang mempercepat rencana pernikahan mereka. Bodoh.
Dia dan Azka memanglah sudah dijodohkan sejak lama, sejak mendiang ayahnya Alisyah masih hidup.
Sebenarnya Rencana para orang tua yang akan menyatukan Alisyah dan Azka adalah setelah Alisyah wisuda, akan tetapi dengan bodohnya Alisyah malah membuatnya dipercepat menjadi dua minggu dari sekarang ini.
Pengakuan hamilnya telah genap seminggu berlalu, sudah buming dan sudah menjadi bumerang bagi Alisyah sendiri. Andaikan saja waktu bisa diulang atau Alisyah setidaknya tahu siapa Azka baginya, mungkin saja kejadian sialnya sekarang menikah muda dengan musuh atau orang paling diumpatinya takkan terjadi. Menyesal, tentu sangat disesalinya sekali, namun sayangnya nasi telah jadi bubur dan Alisyah tak bisa berbuat banyak selain menerimanya dengan terpaksa.
Tidak ada yang bisa Alisyah lakukan selain menjelaskannya berulang kali kepada ibunya yang enggan mendengarkannya.
"Ma, Alisyah tidak hamil. Minggu lalu itu Alisyah cuma bercanda dengan pak Azka. Alisyah cuma main-main dengan perkataan ALisyah ..." Alisyah menatap ibunya penuh harap agar mempercayainya.
Namun Ibunya malah menghela nafas sambil menggeengkan kepala. "Ya Mama tau kalian cuma main-main," ucap ibunya membuat Alisyah berbinar senang, namun tidak lama karena selah beberapa menit berikutnya ia kembali mengerang kecewa oleh lanjutan pekataan ibunya. "Kalian main-main, tapi telah berhasil membuat test pack milikmu jadi garis dua ..."
Ah, sialan Bagaimana Alisyah lupa tentang alat pendeteksi kehamilan yang telah disabotase oleh Azka. Sekarang Alisyah benar-benar merutuki dirinya sendiri yang bodohnya minggu lalu mengaku hamil anak Azka, sebab sekarang dia menanggung akibatnya.
"Ma, aku benar-benar tidak hamil ..."
"Kalau kamu tak hamil berarti Azka yang hamil dong!" ucap Ibunya ketus tak perduli.
"Nggak begitu jugalah, Ma. Iihhh! Masa laki-laki bisa hamil?"
"Nah itu kamu tahu dan artinya kamulah yang sedang hamil. Ch, sudahlah, berhentilah menjelaskan hal yang tidak masuk akal dengan kebohonganmu. Lagian kamu melakukannya dengan calon suamimu dan Mama tidak marah. Sudah terlanjur, kamupun sudah mengandung, ya tinggal dinikahkan saja." Ibunya santai mengangkat bahunya acuh. "Sudah sana beristirahatlah dan jangan mengganggu Mama lagi, kasihani calon cucuku ..."
Dengan kecewa sambil mendesah prustasi Alisyah patuh berlalu kekamarnya. Sekarang harus bagaimana? Taka adakah yang bisa menolongnya dari bencana pernikahan yang akan menimpanya??
***
Disisi lain keluarga Azka dengan antusiasnya bergotong royong mempersiapkan pernikahan yang akan dilaksanakan. Mereka sudah tak sabar menantikan penerus keluarga yang akan lahir padahal nyatanya belum ada dan kehamilan Alisyah hanya kebohongan Alisyah yang Azka perbenarkan semata. Sudahlah, lagian ada tidaknya bayi dalam rahim Alisyah sekarang, saat sudah menikah nanti Azka jamin akan ada juga.
"Gedung sudah, penata rias pengantin, catering, gaun, cincin sudah, hm ... yang kurang apa lagi?" Pikir Ibunya Azka mengingat-ingat.
"Paket honeymoon-nya belum, Ma." Beritahu Ayahnya Azka yang diangguki Ibunya Azka.
"Nah, itu Pa ... tapi memangnya boleh ya?" tanyanya ragu disertai sedikit kecemasan.
"Loh bukannya itu harus, Ma. Setelah menikah Azka dan Alisyah tentu saja harus pergi honeymoon, kitapun dulu begitu."
Ibunya Azka kembali mengangguk setuju. "Mama tahu hal itu, Pa. Akan tetapi keadaannya beda, hari itu setelah menikah Mama tidak sedang mengandung berbeda dengan calon menantu kita yang sudah hamil duluan. Memangnya tidak apakah berpegian saat keadaan mengandung? Apakah bayinya akan baik-baik saja nanti ..."
Ayahnya Azka terpikirkan hal itu dan ikutan menjadi bingung juga. Honeymoon menurutnya adalah ha wajib bagi pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan, agar segera diberi momongan, tapi sekarang jika pernikahannya terjadi akibat hamil duluan ceritanya beda lagi dan harus bagaimanakah?
"Bagaimana jika honeymoon-nya ditunda dahulu setelah cucu kita lahir," usulnya yang diangguki Ibunya Azka.
"Begitu juga sepertinya tak masalah, Pa. Mereka honeymoon-nya nanti-nanti saja."
***
Alisyah bangun dari tidurnya dan langsung merasa kelaparan sekali. Ini akibatnya terlalu bersemangat menjelaskan kenyataan yang sebenarnya pada ibunya, Alisyah sampai kelupaan makan. Saat keluar kamar betapa kagetnya ia saat menemukan Dion didepan kamarnya.
"Loh, Kak Dion!!" Alisyah membulatkan matanya tak percaya lantas menguceknya.
"Sayang kamu sudah bangun?" Azka terlihat berada dibelakang Dion dan hal itu membuat Alisyah makin kebingungan.
Bagaimana bisa Azka dan Dion bersamaan didepan kamarnya, apa yang mereka berdua lakukan?
"Kalian kenapa ada disini?" tanya Alisyah masih dalam keterkejutannya.
Azka dan Dion saling menatap sebelum menjawab pertanyaan Alisyah dengan kompak secara bersamaan.
"Aku pikir anakku dalam rahimmu pasti kelaparan."
"Aku pikir calon keponakanku ingin makan."
Alisyah menjadi geram dan heran saat bersamaan. Geram pada Azka masalah perkataannya yang mengatakan soal anak mudahnya, padahal itu tidak pernah ada. Lalu heran pada ucapan Dion, keponakan?
"Aku tidak menyangka pacarku selama ini ternyata adalah calon kakak iparku dan sekarang sekarang mengandung keponakanku. Haha, lucu sekali! Oh, ya, nih aku bawakan makanan favoritnya Mas Azka, aku pikir keponakanku pasti mirip papanya ..." ungkapnya santai menyodorkan bungkus makanan yang langsung diterima Alisyah walau masih kebingungan tentang maksudnya. "Jelaskan Mas, calon bini loh tampaknya masih bingung, gue tinggal, ya, dadah ..." sambungnya melanjutkan sebelum berlalu.
Seperginya Dion, Azka malah mendorong masuk Alisyah kembali kekamar. "Dia adikku tidak perlu kebingungan begitu dan berarti dia adalah adikmu juga tepatnya adik iparmu."
Azka membawa Alisyah duduk diatas tembat tidur lantas membuka bungkus makanan yang dibawanya juga bungkus makanan yang Dion berikan pada Alisyah tadi.
"Alisyah, makanlah dan jangan sampai membuat anak kita kelaparan."
Sial ucapan Azka barusan sukses membuat Alisyah sebal. Anak apa?
Yang benar saja, tidak ada bayi dikandungannya bagaimana bisa ada anak, man lagi Alisyah saat ini masih tersegel.
"Anak dari mana,Pak? Bikin aja belum pernah, mau hamil bagaimana ... sudahlah, sudahi semua kekacauan ini dan yuk kita jelaskan pada orang tua kita kalau aku tidak benaran hamil." Alisyah berdiri bersiap menarik Azka keluar kamarnya, namun malah ia yang kembali tertarik duduk.
"Ssstttt, sayang ... berhati-hatilah dan jangan membahayakan sampai calon anak kita."
Menggeleng tak habis pikir. "Anak dari mana? Aku tidak sedang hamil, Pak!" ucapnya dengan nada meningkat.
Azka tersenyum miring mengejek Alisyah sambil menyeringai. "Enggak usah cemberut gitu, kalau benaran tidak ada nanti kita bisa membuatnya agar kamu menjadi hamil sungguhan."
***
To be continued