Dengan Alisyah Putri Prayudha
Happy Reading
###
Langkah kaki Alisyah menelusuri trotoar pejalan kaki menuju area kampus tempatnya berkuliah. Dia memilih jalan kaki bukanlah sebab agar sehat melainkan itulah pilihan terbaik ketika area tempat tinggal kosnya berjarak dekat dengan lokasi universitas tempatnya berkuliah. Dan sekarang kedua bola matanya berkeinginan kuat untuk bisa terpejam akibat virus mengantuk yang menyerang padahal hari masih terlalu pagi. Tidak mengherankan mengingat kelakuannya semalaman begadang demi menuntaskan maraton film kesayangannya. Ah, andaikan saja mata kuliah pagi ini bukanlah dosen killer yang ditakutinya, sudah pasti Alisyah memilih tarik selimut dibandingkan repot pergi kuliah.
Dari arah yang sama Mobil Ferrari 458 melaju kencang dijalan aspal, seakan jalan itu adalah kepemilikannya. Tanpa perduli sang empunya membiarkan putaran ban mobilnya begitu saja menggelinding melewati genangan air. Tepatnya sebuah genangan air yang tercipta oleh hujan diantara celah jalan yang rusak.
BYUURR!
Percikan genangan airnya terciprat mengenai Alisyah. Dan berhasil menyebabkan virus mengantuk enyah seketika, berganti pelototan kesal disertai umpatan yang meluncur begitu saja.
"Berengsekk!! Dasar tidak punya otak mentang-mentang berduit seenaknya saja cipratin air kepadaku padahal aku sudah mandi tadi." Alisyah menjerit kesal seraya menggerutu.
Namun, empunya mobil itu malah tak peduli dan berlalu begitu saja tanpa berniat tanggung jawab. Ocehan gadis dipinggir jalan atau trotoar pejalan kaki yang dia dilihat dari kaca spionnya seakan angin lalu saja.
Lagian salah gadis itu juga, kenapa berjalan begitu tepi dekat aspal dan dekat genangan air, jadi jangan menyalahkannya sebab mobilnya sudah melewati alur jalan yang benar.
Tapi sayangnya ketidak pedulian itu membuat Alisyah murka.
"Keterlaluan!! Tunggu saja nanti kalau kita bertemu lagi, aku takkan melepaskanmu dan akan membalas perbuatannmu." Alisyah melihat arah plat mobil yang mencipratkannya air lantas buru-buru menghafalnya sebelum mobil yang terus melaju itu hilang dari pandangannya.
Alisyah mengusap wajahnya kasar menyadari kejadian itu membuat bajunya basah. Tetapi, ia tak punya pilihan sebab kalau kembali ke tempat kosnya untuk mengganti pakaiannya waktunya takkan cukup.
Dengan terpaksa akhirnya Alisyah terus melangkahkan kakinya. Hingga tujuannya menuju fakultasnya yang melewati parkiran roda empat, tak sengaja menyebabkan kedua bola matanya menangkap objek yang membuatnya mengeram kesal.
Diparkiran itu terdapat mobil yang tadi mencipratkan genangan air kearahnya dan kini menyebabkan pakaiannya kotor.
BRAKK!
Alisyah dengan sekuat tenaga mengarahkan tendangannya pada mobil yang mencipratnya tersebut.
Nana seorang mahasiswi yang mengampu jurusan sama dengan Alisyah. Dia keluar dari mobil miliknya, mendekat menghampiri dengan raut wajah kebingungan. Melihat kelakuan Alisyah yang sedang menendang sebuah mobil yang terparkir disebelah mobil miliknya. "Alisyah apa yang kamu lakukan, apa salah mobil itu sehingga kamu tendang kasar?"
Alisyah menoleh menatap Nana, "mobilnya tak bersalah, tapi empunya."
"Jika pemiliknya yang salah jangan hukum mobilnya, hukum saja pemiliknya.
Lagipula menendang mobil yang keras begitu apa kakimu tak sakit dan, jika alarm peringatannya bunyi bagaimana nanti. Kamu mau diteriaki maling?" peringat Nana bertanya diakhir kalimatnya dan dijawab gelengan kepala oleh Alisyah.
"Enggaklah!" jawab Alisyah cepat. "Aku tidak mau mencuri mobilnya, tapi ingin memberi pembalasan saja pada empunya. Lihatlah pakaianku kotor akibat empunya mobil ini mencipratkan kubangan air padaku dan membuatku sangat kesal." Beritahu Alisyah mengadukan kejadian buruk yang telah dialaminya pagi ini.
Niat kuliah paginya yang begitu semangat tadinya, kini harus berganti jengkel dan ingin pulang saja.
Sementara Nana yang mendengar penjelasan darinya pun mengangguk, "Oh, begitu. Hm, aku pikir sebelumnya warna coklat dipakaianmu adalah coraknya. Tetapi, ternyata bukan corak melainkan air lumpur." Nana menjeda sebentar ucapannya berpikir sejenak.
Lalu tiba-tiba saja ekspresinya berubah perlahan terkekeh dan tawanya pun meledak tak tahan untuk menertawai Alisyah. "Jangan-jangan kamu pagi tadi tidak mandi, makanya dimandiin mobil ini dengan mencipratimu kubangan air bekas hujan kemarin malam. Haha ... apes sekali nasibmu padahal masih pagi loh."
"Hina terus sampai puas. Bukannya nolongin." Alisyah meluap kesal menyebabkan Nana menghentikan tawanya.
"Ok, aku nggak menertawaimu lagi dan nih kunci mobilku, didalam sepertinya aku memiliki stok pakaian ganti. Kamu bisa menggunakannya supaya nggak dilihat aneh oleh orang-orang nanti."
"Begitu dong, kamulah temanku yang terbaik. Alisyah menjawab sambil menyunggingkan senyum manisnya."
"Hm, yasudah. Aku duluan ke kelas tak masalahkan?" Nana memberitahu Alisyah yang langsung menganggukinya setuju. Setelah jarak Nana cukup jauh dari Alisyah, Nana kembali tertawa dari jauh. Entahlah bagian mana yang lucu, tapi kejadian Alisyah yang apes pagi ini begitu menggelikan baginya.
###
Alisyah bercermin menatap pantulan dirinya dikaca toilet. Kini dia telah mengenakan setelan pakaian yang dimaksudkan Nana untuk mengganti pakaian kotornya. Sayangnya pakaian itu nampaknya terlalu seksi membuat Alisyah tak percaya diri untuk keluar. Dua bagian kancing kemeja teratas nampaknya sengaja ditiadakan, menyebabkan sedikit saja pergerakan darinya akan memperlihatkan celah untuk mengintip pakaian dalamnya.
"Berkacanya jangan terlalu lama, nanti kacanya bisa pecah akibat kebosanan melihat wajahmu terus-menerus." Celetuk Nia yang merupakan sahabatnya semasa SMA sampai sekarang, hanya saja tidak sedekat dulu meskipun komunikasi keduanya masih terjalin baik.
"Eh, ada Nia." Alisyah menjawab dengan sedikit kaget, menjeda ucapannya sekejap sebelum melanjutkan dengan percaya dirinya, "cantik imut-imut begini, gak mungkinlah kacanya bosan melihat penampilanku, tapi kalau itu wajahmu mungkin saja." Balasnya tak mau kalah.
"Terserah kamu sajalah. Tetapi, ngomong-ngomong ini masih pagi, masih jam delapan lewat lima menitan, tumbenan kamu sudah ada di kampus bukannya jadwal kuliahmu siang, Alisyah?" Nia bertanya dengan heran. Setaunya Alisyah sahabatnya itu memang sering kali diperhatikannya berada di kampus ketika siang hari saja.
"Apa?!! Jam delapan kelewatan lewat lima!" Alisyah terlonjak kaget tak percaya. "Astaga, pak Marcel dosen Iblis tak berperikemanusian itu jangan-jangan sudah berada dikelas. Nia aku dulu-"
"Mau kemana kenapa jadi buru-buru begitu?" Nia heran kepada Alisyah yang bukannya menjawab pertanyaannya malah jadi aneh dan berniat meninggalkannya. Beruntung saja Nia sigap menahan pergelangan tangannya dan dengan cepat memotong kalimatnya.
"Aduh, Nia! Lepaskan tanganku. Kalau tidak aku akan terlambat dan berakhir diusir secara tidak terhormat. Jadi kumohon Nia ..."
"Disini sajalah dan tenanglah dosen kalian pak Marcel itu tak hadir." Beritahu Nia dengan serius.
"Tetapi, Alisyah tak percaya begitu saja. Darimana kamu tahu?"
"Kita keluar dululah, disini gak enak bau. Cari tempat yang enak yuk! baru ku beritahu." Tanpa menunggu jawaban Alisyah, gadis itu segera menyeret sahabatnya keluar toilet.
###
Riuh terdengar menggema menyeluruh diciptakan oleh perbincangan antara mahasiswa terlihat sangat serius. Informasi tentang pak Marcel dosen yang membawakan mata kuliah pagi ini menggembirakan mereka. Desas-desus percakapan mahasiswi yang mengatakan sang dosen tak masuk merupakan berita baik bagi hampir semua mahasiswa yang mengikuti mata kuliah. Mereka senang saat dosen pengampu mata kuliah yang terkenal killer tak mengisi kelas hari ini, walau kabar beritanya telat, dan membuat mereka terlanjur sudah sampai di kampus hal itu tak mengecewakan mereka. Pasalnya liburnya pak Marcel adalah harapan bagi mereka. Tentu saja, pak Marcel adalah dosen killer yang galaknya kelewatan, tingkat disiplinnya berlebihan ditambah otoriternya yang menyebabkan banyak mahasiswa mengumpatinya dibelakang.
Lewat perkataan seorang mahasiswi yang mengambil mata kuliah sama dengan Alisyah, yang bernama Deva telah berhasil mempengaruhi semua mahasiswa. Padahal belum tentu benar walau Alisyah sudah mendengar beritanya untuk kedua kalinya mengenai pak Marcel yang tak jadi mengisi kelas pagi ini.
Deva orang kedua yang mengatakannya setelah Nia, tapi hal itu tak mampu menambah keyakinan Alisyah akan kebenaran kabar tersebut.
Jadi sekarang Alisyah tengah manganalis mengorek lebih informasinya untuk membuatnya yakin.
Namun, sayangnya aksinya tak berjalan mulus. Ketika sedang mengorek info lanjutnya, Deva asik menjelaskan. Ada saja penggangu yang menyela dan membuatnya kesal.
"Berengsek!! Dasar kalian berdua hobi sekali memotong ucapan orang! Deva katakan lanjutan informasi yang kamu ketahui. Jangan dengarkan mereka," Alisyah memegangi kerah kemejanya dengan sebelah tangan agar aset berharganya tak terintip sambil sangat kesal akibat ulah jahil oleh dua mahasiswa rese tukang ganggu.
"Sabar, neng. Adeva pasti akan mengatakan semuanya kok dan tak akan ketinnggalan. Hm, jadi begini pak Marcel nggak hadir. Gue denger dari gosip grup adik tingkat kita dia keluar kota buat urusan bisnisnya. Itu saja yang aku tahu.
Tetapi, kalau kalian nggak percaya tanyakan saja pada komting." Jelas Deva serius.
"Ah, bangke. Gimana mau nanya ke komting? Komtingnya saja suka telat dan malas jawab chat. Gue jadi heran komting begituan dulu siapa yang milih sih?"
Dan mereka pun menggosip dengan riuh dan bertambah riuh lagi, ketika kedatangan Nana orang yang sama dengan yang memberikan Alisyah pakaian ganti diparkiran tadi.
Nana terkenal paling perusuh diantara mahasiswa lain dan dia tak jauh beda dengan Alisyah. Bedanya hanya sedikit yakni Nana lebih berani, tak kenal takut kepada dosen manapun termasuk si killer pak Marcel yang sedang asik dibicarakan saat ini. Sedangkan Alisyah hanya berani berulah kepada dosen yang tak killer saja dan juga kelakuannya yang suka bolos serta nitip Absen.
Dan sekarang Alisyah menyadari sesuatu, dimana dia mendahului Nana masuk kelas. Padahal ketika diparkiran jelas-jelas Nana lebih dulu kekelas meninggalkan Alisyah, tapi kenapa yang sampai lebih awal justru sebaliknya.
Kalau mengingat kelakuan Nana sebenarnya hal itu wajar saja. Sebab, Nana kan pembuat rusuh suka cari masalah. Alisyah tebak sebelum kekelas gadis itu pasti cari gara-gara dahulu.
Dan Alisyah mengetahui alasan dibalik kelakuan Nana adalah bentuk penolakan yang Nana lakukan atas perjodohan paksanya dengan salah satu dosen killer dikampusnya ini. Nana tak mau menikah muda apalagi dengan Dosennya sendiri sehingga melakukan banyak cara untuk menolaknya.
Namun, sayangnya aksi Nana tersebut tak membuahkan hasil, sehingga kini dirinya resmi jadi isteri dosennya sendiri dan hal itu bukan rahasia lagi. Alisyah tahu hal itu bahkan hampir semua penghuni universitas pun mengetahuinya. Itulah yang Alisyah ketahui tentangnya.
"Ekkhhhm ..." dehem seseorang tiba-tiba saja mengejutkan semua mahasiswa yang ada. Termasuk Alisyah yang terlarut dalam lamunannya mengenai Nana.
Pandangan serta perhatian mereka seketika tertuju kepada sosok Pria yang melangkah masuk kedalam ruang perkuliahan.
"Rapihkan cara duduk kalian, agar mata kuliah bisa segera kita mulai." Perintahnya dengan tegas terdengar tak ingin dibantah, menyebabkan semua mahasiswa menurut saja.
Selanjutnya perhatian para mahasiswi terfokus kepadanya. Tepatnya sibuk mengagumi kegantengannya.
"Apakah dia dosen pengganti pak Marcel sementara?"
"Aku pikir bukan, karena kelihatannya dia lebih mirip model ketimbang dosen.Lihatlah tubuhnya yang tegap!"
"Ah, ya. Kamu benar. Aku terka dibalik kemeja yang dikenakannya terdapat roti sobek yang susah ditolak."
"Setuju, tapi aku pikir, Dev. Kamu sedikit salah, dia tidak mirip model melainkan terlihat seperti jodohku."
Bisik-bisik beberapa mahasiswi sambil menatap kagum terhadap sosok didepan mereka. Kelihatannya mempelajari tentang dosen dihadapan mereka lebih mengasikkan ketimbang mempelajari atau membahas materi kuliah yang disampaikan.
###
TO BE CONTINUED