Lagi-lagi kamar mandi menjadi tempat Lila meratapi nasib, ia masih terus duduk dia atas closet kamar mandi di kamarnya itu, sembari menangis tersedu-sedu, Lila merasa takdir benar-benar tidak pernah berpihak kepadanya. Kenapa seakan semua begitu mudah tercapai impian orang-orang yang menyakitinya namun sama sekali tidak ada celah bahagia untuknya. Arshangga di luar sana begitu mengkhawatirkan keadaan Lila, ia mendengar semua luapan emosi Lila, ia semakin merasa bersalah telah salah menilai Lila yang menginginkan semua ini terjadi. Arshangga mondar mandir di depan kamar Lila, ia tidak bisa tidur dan tidak bisa tenang sebelum melihat Lila baik-baik saja. Kau menganggap Lila senang menukar masa depannya dengan uang, iming-iming sekolah tinggi dan semua rencana bisnis hari tua ibunya.