Lika menenteng cameranya, terlihat kecewa dan lemah. Harapannya untuk pergi ke kuil bersama sang idola musnah sudah. Sudah pukul 5.30 sore, tak ada kesempatan untuk mengunjugi kuil lagi. Sayang disayangkan mengingat ini mungkin kesempatan pertama dan terakhirnya bersama Jay. Jay terus saja ingin pergi ke tempat lain, saat Lika mengajaknya ke kuil. Sepertinya Jay sengaja, agar membuat Lika kecewa. Mungkin untuk balas dendam, karena Lika sudah berani memanfaatkannya.
Meski begitu, hanya dengan sepatah kata dari Jay saja, Lika sudah ceria kembali. Dia tersenyum sumringah di dalam tuk tuk, menuju pasar malam. Jay yang duduk di sampingnya sesekali mengintip, lalu menggelengkan kepalanya.
"Senyum mulu ni cewe, uratnya ada yang konslet kali ya?" batin Jay.
"Phi, nanti di pasar malam, mau beli apa?" Lika menatap ke arah Jay, Jay segera berpaling berpura-pura tak memperhatikan Lika.
"Phi Jay, Phi mau beli oleh-oleh?" Jay menyadari sesuatu, pantas saja kupingnya terasa berdenging.
"Phi? ngapain Lu manggil Gua Phi?"
"Kan aku lebih muda setahun, berarti aku manggil Phi donk."
"Phi Jay, itu panggilan sayang ku padamu, jangan sampai ada orang lain yang memanggilmu begitu ya?" sebuah suara seperti berbisik ke telinga Jay. Otaknya melayang mengingat seorang wanita dengan senyum indah, dan wajah cerah nan lembut.
"Phi Jay, Phi Jay, kok ngelamun sih?"
"Jangan panggil Phi! dasar stalker, panggil aja kayak biasa kalian manggil Gua."
"Kenapa gak boleh?"
"Pokoknya gak boleh! panggil Khun aja, udah paling bener, awas kalau Lu manggil Phi lagi."
"Iya deh, iya ..." Lika cemberut. Namun Jay tak mempedulikannya.
Lima belas menit kemudian, mereka tiba di pasar malam. Keramaian membuat Jay sedikit tak nyaman, namun Lika menepuk pundaknya. "Tenang aja, jangan panik, kan ada Lika." Ucap Lika membanggakan diri.
Tak bisa dipungkiri, Lika memang membuat Jay merasa aman. Lika melindunginya dan membuatnya tertawa sepanjang perjalanan. Bahkan Jay bisa bersantai dan melupakan bahwa dia sedang memakai Hoodie dengan foto wajahnya yang terpampang nyata.
"Wah! banyaknya makanan!" Lika berlari gembira, Jay berusaha menahan dirinya, namun akhirnya dia tersenyum juga melihat tingkah Lika.
"Wah ini kayaknya enak, wah! ini juga kayaknya lumayan." Lika menyinggahi semua stand melihat satu persatu sambil menelan ludahnya.
"Lu ngapain mutar-mutar aja? heboh iya, beli kagak."
"Hehehe, gak papa gak beli, lihat aja udah kenyang," Lika cengengesan, sambil mengetik kalkulator di gawainya. Menghitung semua pengeluaran, Dia harus menghemat uang, agar tak menjadi gelandangan di negara orang.
"Lu bokek ya?"
"Bokek? mana ada, ih ngomong sembarangan."
"Lu mau beli apa? ambil aja sana."
"Ha? a-ambil?"
"Iya, ambil. Gua yang bayarin."
"Beneran? beneran ya? gak bohong kan?"
"Mau gak?"
Jay jengkel karena Lika terlalu cerewet. Lika berlonjak gembira lalu melaju dengan cepat ke berbagai penjual makanan dan suvenir. Entah mengapa Jay merasa terhibur, dia terus saja tertawa melihat tingkah Lika yang cuek dan kocak.
***
Lika susah payah mengangkat belanjaan di tangannya, bahkan dia kesulitan melihat jalan. Jay membeli begitu banyak barang, hingga menggunung, dan Lika bertugas membawa semua itu, sedangkan dia, berjalan santai menuju kamarnya.
Jay membuka pintu kamar, memasuki kamar diikuti oleh Lika yang sejak tadi sempoyongan tersandung sana sini.
"Taruh semua di sana. Hati-hati jangan sampe rusak," perintah Jay. Lika berjongkok menaruh barang-barang tersebut dengan hati-hati.
"Akhh! pinggang Gua encok, adoh, bangke urat gua salah tempat."
"Lu ngomong apa?"
Jay menatap Lika tajam, Lika menutup mulutnya, lalu nyengir kuda. "A-apa? Gu eh Aku gak ngomong apa-apa kok. Mana ada ih." Lika tersenyum centil. Jay lalu mendorongnya keluar dari kamar lalu menutup pintu.
"Ya Ampon, main usir aja, untung ganteng." Lika kesal, tapi wajahnya masih saja tersenyum. Setelah Beberapa menit dia berdiri di depan pintu kamar, Lika lalu berbalik dan melangkah pergi.
Klik, tiba-tiba pintu kamar terbuka. "Oi Stalker!" Jay memanggil, Lika yang tadinya ingin menulis catatan, langsung terhenti dan menoleh ke belakang.
"B-besok... ayo ke White Tample," ucap Jay, lalu kembali menutup pintunya.
Lika terdiam sejenak, beberapa detik kemudian, dia menjerit dan berlonjak girang, dia menari dan hampir saja salto. Jay yang mengintipnya dari dalam kamar tertawa terbahak-bahak. Lika yang urakan itu, mampu membuat hari Jay menjadi lebih berwarna.
***
Di dalam kamar, Lika berbaring di tempat tidurnya, masih tak percaya akan kejadian yang berlangsung hari ini. Semuanya serasa seperti mimpi di siang bolong. Begitu absurd tapi dia bersyukur bahwa itu nyata.
Takdir membawanya bertemu Jay secara tak sengaja, bahkan takdir begitu baik hati membuat mereka bersama hari ini, tak sampai di situ, kecanggihan takdir bahkan berlanjut esok hari. Jay mengajaknya ke White Tample.
"Lu denger Jam? dia ngajakin Gua besok, ke White Tample, canggih gak tuh?"
"Lu gak mimpi kan? Gua takut Lu lama-lama jadi gila."
Jamy yang mendapat curhatan, panjang kali lebar kali tinggi dari Lika masih merasa tak percaya. Biasanya keberuntungan Lika sangat buruk, tapi sekarang tiba-tiba menjadi sangat beruntung. Orang bodoh pun pasti akan curiga. Mungkin setelah ini takdir buruk bakal menanti Lika.
"Lu gak percaya ama Gua? kapan sih Gua pernah bohong?
"Sering, Lu gak ingat?"
Lika berpikir sejenak. "Oh iya, sering. Tapi kali ini Gua beneran!"
"Terserah Lu dah, udah ah Gua ngantuk ni, kerjaan kantor banyak, Lu malah enak-enakan liburan."
"Tenang, besok Lu gua beliin oleh-oleh, dengerin Gua dulu."
"Anjir, capek Gua dengerin Lu curhat,"
"k*****t Lu, temen lagi seneng juga, gak setia kawan Lu."
"Gak ada hubungannya ama setia kawan oy. Ngasal aja Lu kalau ngomong."
"Lu tau gak, Kami itu ude kayak dijodohin, Lu tau jodoh yang unik itu gimana? jodoh yang gak di sengaja. Weh cakep kan Quotes Gua?"
"Jadi kalo Gua gak sengaja nabrak Elu, berarti Gua jodoh Lu gitu?"
"Ye mana bisa gitu."
"Nah tu Lu tau, udah ah, males ngomong ama Lu, Gua tutup, bye bye."
"Jam, Oy... Jamy, anjir maen tutup aje."
Lika melempar gawainya ke tempat tidur, lalu memeluk foto Jay. "Selamat tidur sayang, besok ketemu lagi."
TBC