Hangat

744 Words
"Ya udah. Aku mandi dulu, tapi ... dalemannya gimana?" "A-Apa! d-daleman!?" Wajah Lika yang dingin tiba-tiba merona, dia gugup sekaligus agak sedikit malu, karena Jay menyinggung soal pakai dalam. "Bisa-bisanya Khun Jay ngomong masalah daleman ama Gua, wah ... memancing keributan nih namanya, keributan di tempat tidur," "Aku punya pakaian dalam di mobil," ucap Jay lagi. "Arai! (apa)," Lika terbelalak, "Khun Jay kemana-mana bawa daleman?" "Iya, emank kenapa? tolong ambilin ya," "Aku?" Lika menunjuk dirinya sendiri dengan heboh. "Dalemannya masih baru. Masih dalam kotak, Aku emank sediain di mobil, Buat keadaan darurat, tolong ambilin, Aku kedinginan nih, mau mandi," Jay langsung beranjak ke kamar mandi. Sementara Lika membatu beberapa menit, sebelum akhirnya dia mengambil payung dan memeriksa mobil Jay untuk mencari pakaian dalam. "Semvak oh semvak di mana engkau berada," Lika bernyanyi mengikuti nada lagu anak-anak, bangau oh bangau, "Mana yak. Wadu, bisa-bisanya Gua ambilin semvaknya Khun, aaa kan Hayati jadi malu," Lika menepuk pipinya lalu tersenyum genit, "Aih, Hayati pala Lu. Sembunyi dimana sih nih semvak?" Lika membuka dasbor mobil di depannya, "Nah ini dia," Lika memeriksa celana dalam yang masih tersegel di kotak tersebut. "Waw, ukuran XL. Hihihi," Lika cekikikan. Di bagian belakang mobil, dia menemukan pakaian Jay yang lain, "Wah, emank Khun Jay ini Idol yang menyamar jadi CEO. Isi mobilnya gak kalah sama Idol kelas atas," Lika susah payah menenteng pakaian Jay, memastikan pakaian tersebut tidak terkena hujan. Dia berlari kecil masuk ke rumahnya dengan tersenyum. "Khun Jay ini ..." Lika terbelalak, "Wuaaa! Khun Jay apa-apan, sih ..." Lika memalingkan wajahnya lalu menutup mata. "Apanya yang apanya?" "Apanya itu, itu ... kenapa keluar sembarangan cuman pake anduk!" "Oh, ini ..." Jay menatap dirinya sendiri. Dia menyeringai lalu menatap Lika, "Kenapa? kan cowo." "Cowo ya cowo juga tapi kan ..." Lika mengintip Jay, tampak laki-laki itu memiliki d**a yang bidang, kulit yang eksotik, otot perut yang keras dan sempurna, "Mampus, gua laper," batin Lika tatkala melihat tubuh Jay dengan roti sobek matang tersebut. Dia kembali menutup matanya lalu mengulurkan pakai Jay, "I-Ini, pakai baju sana." Jay mengambil tas berbahan kertas di tangan Lika, lalu mengambil celana dalam serta celana panjangnya, dan melempar sisanya ke lantai. "Loh, bajunya gak sekalian? jangan-jangan ... hah! Khun gak mau pake baju?" "Hmm, itu sih maunya kamu, Aku butuh dua ini aja, bajunya aku pake kaus absurd itu, kayaknya lucu juga." Jay kembali ke kamar mandi, untuk mengenakan pakaiannya. Lika menghela nafas, lalu menepuk-nepuk pipinya yang dingin, "Wuahh! sadar Lika, dasar m***m Lu," Beberapa menit kemudian, Jay keluar dari kamar mandi. Dia benar-benar mengenakan kaus dengan foto wajahnya, dan siallnya itu tak mengurangi sedikitpun ketampanan Jay. Dengan wajah bersih dan rambut setengah basah itu, bahkan kupu-kupu saja bisa menabrak saat melewatinya. Lika sudah menyiapkan minuman hangat untuk Jay. Dia juga memasakkan beberapa bungkus mie rebus. Tak ada pilihan lain, Lika hanya punya mie dan telur di kulkasnya. "Khun Jay, m-makan ama minum dulu," ucap Lika agak canggung. Jay duduk di depan Lika, meminum air hangat dan menatap Mie polos tanpa sayur yang yang hampir mengembang di depannya. "Gak ada makanan lain?" tanya Jay kepada Lika. "Gak ada. Yang ada cuman itu," Jay menyendokkan mie tersebut lalu menatapnya agak lama, "Ini mie apaan? Gak ada sayur, tomat, ama cabenya," "Mau gak? kalau gak mau sini, biar Aku yang makan." Lika meraih mie tersebut, namun Jay segera mengangkat mie itu dan menjauhkannya dari Lika, "Iya, Aku makan." Jay melakukan suapan pertama. Lika terdiam, was-was menanti reaksi Jay setelah memakan mie buatannya. "Gak enak?" tanya Lika setelah tak mendapat respon disuapan pertama. "Hmm, gak enak," ucap Jay sambil memasukkan suapan besar ke mulutnya. "Lah, itu makannya lahab bener." "Karna aku lapar," "Idih, dasar Kang Ngeles," batin Lika. Jay menghabiskan makanannya dengan cepat, lalu bersandar ke sofa karena kekenyangan. Jay kemudian menatap jam di dinding. Pukul tiga dinihari, Jay menguap lalu berbaring di sofa, dan menyamankan posisinya. "Loh, Khun Jay mau apa?" "Tidur. Ngantuk banget, sebenarnya Aku masih mau minta maaf. Tapi besok aja ya. Oh, iya besok jangan kemana-mana, kamu harus ngurus Aku seharian, kayaknya Aku mau demam." Jay memejamkan matanya, Lika menghela nafas tak percaya, "Apa-apan sih. Ada ya, orang mau minta maaf tapi malah merintah sembarangan kayak gini," Lika bangkit dari duduknya lalu menghampiri Jay, "Khun Jay, bangun dulu!" Lika menoel-noel bahu Jay dengan telunjuknya. Tiba-tiba Jay menggenggam tangan Lika, membuat Lika terbelalak, "Ssstt ..." Jay merubah posisinya menjadi menyamping, lalu menaruh tangan Lika di pipinya, "Hmm, hangat juga," gumam Jay setengah tertidur. "K-Khun Jay ..." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD