Elusan lembut di kepala

1252 Words
Pukul sembilan pagi. Lika melangkah riang memasuki kantornya. Setelah pulang dari kencan absurd-nya bersama Jay tadi malam, dia tak langsung tidur. Dia berguling di kasur, sambil menghayal yang iya-iya. Tepat pukul tiga, akhirnya dia terlelap. Tak seperti biasanya. Dia selalu bangun telat tiap kali begadang. Namun, kali ini dia tepat waktu, dia bahkan melompat-lompat kecil dengan ceria. Entah dari mana dia mendapat energi tersebut. Lika berlarian, lalu masuk ke ruangan Jamy. Tampak Jamy, tengah menyiapkan berkas seperti biasa. "Good morning, Jamy," sapa Lika ceria, begitu memasuki ruangan. "Ka, tolong ..." "Fotokopi, kan? beres siniin." Lika mengambil berkas dari meja Jamy sambil tersenyum. Jamy terdiam sejenak, melihat tingkah Lika yang tak seperti biasanya. "Seneng bener Lu kayaknya, abis kencan?" "Ih, kok bisa tau? anak dukun ya?" Lika menoel-noel bahu Jamy dengan telunjuknya. "Apaan sih Lu," Jamy menepis tangan Lika. "Berapa rangkap nih," tanya Lika kemudian. "Tujuh rangkap, trus ..." "Jilid yang bener, kan? Ok, no problem. Beres dah pokoknya." Lika segera bergegas ke lantai bawah untuk menggandakan berkas di tangannya. Begitu Lika keluar, Jamy duduk di kursi sambil menghelas nafas, "Kalo udah Bucin emank susah. Padahal Gua gak percaya banget ama si Songong Jay." Dua puluh menit berlalu. Lika kembali ke ruangan Jamy sambil membawa hasil foto kopiannya. "Jam, udah selesai," "Bawa tuh berkas. Sama laptop Gua sekalian. Gua tunggu di bawah." "Loh, emank mau kemana?" "Meeting!" *** Lika dan Jamy tiba di sebuah restoran ternama. Sesampainya di sana mereka langsung menuju ruang VIP. Ruang private tersebut merupakan ruang lesehan, dilengkapi dengan bantal duduk yang empuk lengkap dengan sandarannya, meja rendah, serta layar besar di dindingnya. Lika seketika melongo melihat desain ruang restoran yang begitu unik. "Wih, kayak di drama-drama korea atau jepang gitu gak sih, restorannya? baru tau Gua ada restoran beginian di Jakarta." "Lu mana tau apa-apa, kerjaan Lu kan nguntit orang trus maen sosmed," celetuk Jamy lalu duduk dengan nyaman di tempatnya. "Idih, sensi banget njir. Tapi, kita kenapa meeting dimari? kita meeting dulu atau makan dulu? makan dulu aja lah ya, lapar nih," "Lapar? bukannya tadi Lu ngemil mulu sepanjang jalan?" "Itu mah beda, ngemil kerupuk, mana kenyang sih. Tapi kita meeting ama siapa? gak biasanya orang meeting di restoran gini." "Lu tadi motokopiin berkas, gak dibaca? itu proyek siapa?" "Ye, mana sempat. Kan fokus motokopi dengan baik dan benar. Au ah, yang penting ini Meeting dulu atau makan dulu? Gua laper ni," "Makan dulu," terdengar suara orang dari ambang pintu. Tampak Jay berdiri dengan dengan dandanannya yang rapi. Lika terbelalak, segera dia memeriksa berkas yang tadi telah dia fotokopi, "Ha? Methanan Jewelry and JJ Kosmetik, new product?" Lika cengengesan, lalu menyandarkan dirinya. Jay masuk dengan Percaya diri, diikuti Khun Thivat dan Mawes di belakangnya. Melihat Khun Thivat, Lika segera memperbaiki posisi duduknya, dan mulai berakting seperti wanita elegan. "Jamy, sudah lama nunggu?" Khun Thivat mengulurkan tangannya. "Gak juga Khun. Baru juga nyampe," ucap Jamy sambil menyambut tangan Khun Thivat. Jay duduk di depan Lika, dengan raut wajah datar. Lika senyum-senyum, lalu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Beberapa pelayan restoran masuk membawa menu andalan mereka. Membuat air liur Lika hampir menetes. "Kita sarapan dulu. Setelah itu baru bicarain project." ucap Khun Thivat sambil tersenyum. Lika bersemangat, ingin segera dia menerkam semua makanan di hadapannya. Jamy melihat Lika, lalu menyenggol kaki Lika, "Sabar. Jangan malu-maluin," Lika seketika diam sambil menelan ludahnya. Jay menatap Jamy tajam, ketika Jamy mengambilkan makanan untuk Lika, "Nih, makan pelan-pelan," bisik Jamy. "Dikit banget sih Jam, mana kenyang ini," "Nanti ambil lagi, yang penting makannya pelan-pelan." Jay kemudian mengambil sumpit, lalu meletakkan sumpit tersebut ke piring Lika, "Makan pelan-pelan," ucapnya membuat Khun Thivat mengalihkan pandangan kearah Lika. Baru kali ini Jay bersikap ramah dan tak keberatan diajak bergabung untuk membicarakan bisnis. Lika nyengir kuda, lalu memegang sumpit tersebut di tangannya, Jamy kemudian mengambil sumpit dari tangan Lika, lalu mengganti sumpit tersebut dengan sendok dan garpu. "Apa-apaan sih Lu!" Jay agak kesal. "Lika, gak bisa gunain sumpit," jawab Jamy cuek. Lalu tersenyum kearah Khun Thivat. Khun Thivat memperhatikan mereka bertiga dengan seksama, "Ayo dimakan, setelah ini kita mulai meeting-nya," ucap Khun Thivat kemudian. Mereka semua mulai makan. Lika terbelalak karena rasa dari makanan tersebut sangat enak. Dia menyenggol Jamy, lalu tersenyum dengan gembira. Jamy mengerti maksud dari senyuman Lika. Dia mengambil beberapa cumi goreng, lalu meletakkan cumi tersebut ke piring Lika, "Cepet banget abisnya makanan Lu, pelan dikit lagi," bisik Jamy. Lika mengangguk sambil mengacungkan jempolnya. Lika tersenyum menatap Jay sambil mengunyah. Sementara Jay makin kesal, karena dari tadi Jamy mengganggu pemandangannya. Jamy melihat bibir Lika yang belepotan. Dia memang begitu, makan seringnya tidak bersih, seperti anak kecil. Jamy mengambil tisu untuk Lika. Namun, dia kalah cepat. Jay telah lebih dulu mengelap bibir Lika dengan tisu. "K-Khun Jay ..." Lika agak kaget. Namun hatinya meletup-letup gembira. Seperti ada kembang api di dalam sana. "Ada sisa makanan di bibir kamu. Hmm, sekarang udah bersih," Jay lalu melanjutkan makannya. Mawes yang duduk di samping Jay terbelalak. Dia mengepalkan tangannya senang. Ini bakal menjadi bahan gosip yang heboh di kantin. Khun Thivat tetap tenang sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Sementara Jamy meremas tisu di tangannya dengan kesal. Tiga puluh menit kemudian, mereka selesai makan. Lika memberikan berkas proyek ke masing-masing yang ada disana, lalu Jamy memulai meeting tersebut. "Berdasarkan desain yang telah diberikan Methanan Jewelry kepada saya, saya bisa menyimpulkan bahwa kita harus memadukan perhiasan tersebut dengan tampilan yang fresh. Ini mengacu pada warna-warna muda yang segar dan ceria namun tetap elegan." "Bagaimana cara memadukan berlian dengan Kosmetik?" tanya Khun Thivat kemudian. "Gampang saja. Berlian dari Methanan Jewelry berwarna silver bening, bersinar dengan desain elegan yang membuat mata teduh. Saya akan menggunakan warna peach cerah untuk blush on, serta kesan berliannya bisa kita masukkan ke highlighter dengan warna silver. Saya sudah mendapat sample produk dari MJ (Methanan Jewelry), serbuk berliannya bisa berpadu dengan baik ke semua produk yang kami miliki. Tapi kita harus terfokus pada masker berlian, dan jika mau melakukan make over show seperti yang sudah disepakati, berlian dari MJ bisa melengkapi fresh make up milik JJ Kosmetik, yang notabenenya memiliki nuansa ceria menjadi lebih lembut dan elegan." "Rencananya sudah matang sekali. Baiklah, kami akan mengirim serbuk berliannya untuk produksi masker, dan sample berlian yang sudah di desain untuk perencanaan show kita. Project ini disusun dengan baik. Jamy, tak salah Ayahmu selalu membanggakanmu," Khun Thubat tersenyum ke arah Jamy. Jamy menyatukan kedua tangannya di depan d**a lalu agak menunduk. Meeting akhirnya selesai. Lika kini berada di luar restoran, sambil menunggu Jamy yang masih memiliki beberapa pembicaraan dengan Khun Thivat. Beberapa menit kemudian, Jay keluar lalu diam-diam bersembunyi di belakang Lika. "Nungguin tukang bedak?" "Wuaaa!!" mendengar suara Jay, Lika melompat karena terkejut. Dia memegangi dadanya lalu menghela nafas, "Khun Jay, ngagetin aja." "Hmm ... Aku kira Kamu udah pulang dari tadi." "Ya gaklah, kan nungguin Jamy. Lagian mau pulang pake apa? gak ada mobil, naek taksi mahal, hehehe." "Pak Pras ada di mobil. Bisa nganterin kamu." "Gak de, kan bentar lagi selesai." "Ya udah, kalau gitu nanti pas mau pulang kerja, telepon Aku, Aku akan jemput kamu di kantor," ucap Jay sambil tersenyum. "Beneran?" Lika sangat gembira. Akhirnya dia merasakan bagaimana dijemput pacar. Biasanya dia hanya di jemput Jamy, atau tukang ojek langganannya. Jay mendekat lalu mengelus kepala Lika, membuat Lika membatu, "Hm, hubungi aja kapanpun. Aku bakal langsung jemput kamu." Lika hampir kejang-kejang. Baru kali ini ada yang menyentuh kepalanya dengan lembut. Tiba-tiba seseorang berdiri di belakang Jay, lalu menatap mereka, "Jay ..." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD