Good Looking vs Good Personality

2175 Words
Saat ini pukul empat sore. Lika masih berada di kantor sambil mengutak-atik gawainya. Dia seharian menunggu janar dari Jay. Namun, sampai sekarang Jay belum juga menelepon atau mengirimkan pesan. "Ka, yok pulang, Gua anter," ucap Jamy yang telah berada di depan pintu ruangan Lika. "Hmm ... duluan de. Gua bentar lagi." "Lu mau nungguin apa lagi?" "Eh, Sttt. Bentar." Lika tersenyum ceria ketika mendapat panggilan masuk di gawainya. Dia langsung menjawab teleponnya tanpa basa basi. "Halo sayang, kamu kemana aja? tadi kenapa gak jadi jemput? sibuk ya, trus pesan aku juga gak dibalas. Habis kuota ya? eh gak mungkin denk Sultan habis kuota, kamu gak kenapa-napa kan, sayang?" Jamy mual mendengar ucapan Lika. Hampir saja dia memuntahkan isi perutnya, "Gila bener tuh cewe. Ude di cuekin seharian masih Bucin juga," ocehnya. "Banyak bener pertanyaannya. Maaf ya, tadi ada tamu. Sahabat Aku dari luar negeri datang, trus hengpon Aku ketinggalan di kantor jadi gak bisa nelpon kamu." "Oh, gitu. Jadi ini sekarang udah balik ke kantor?" "Iya, udah." "Oh, iya. Gak papa de. Hmm ... Aku mau pulang nih, bisa jemput gak?" "Sorry, kayaknya gak bisa. Ini aku mau anterin Vina ke rumah." "Vina? Vina siapa?" "Vina, Sahabat Aku ya g dateng tadi." "Ho, namanya Vina? rumah siapa? rumahnya sayang?" "Iya, namanya Vina. Besok- besok Aku kenalin deh. Hm, ini mau nganter ke rumah Aku. Dia juga sepupu Aku sih, jadi Ayah mau ajak kami makan malam." "Oh, ya udah de gak papa." "Sorry ya, gak marah, kan?" "Hmm, gak kok. Ya udah hati-hati ya di jalan. Bye bye." "Iya, kamu juga, bye." Telepon terputus. Lika menghela nafas kecewa. "Napa, dia sibuk? gak bisa jemput?" "Lagi ada acara keluarga katanya. Ya udah Lu anterin Gua pulang de, eh traktir Gua makan sore dulu. Hehehe," "Dasar, kerjaan Lu makan aja. Ya udah cepetan siap-siap. Keburu sore nih." "Sip, bentar." Lika mengambil tasnya lalu segera bergegas menyusul Jamy yang sudah lebih dulu pergi keluar. *** "Belakangan Pak Bos sering bawa mobil sendiri loh. Apa Gua mau di pensiunkan yak?" Pak Pras tengah melamun memikirkan nasibnya. Dia sangat kesepian karena selalu nongkrong di kantin. Belakangan dia jarang sekali membawa Juwita. Juwita adalah nama mobil Jay yang biasa di bawa Pak Pras kemana-mana. Pak Pras sendiri yang memberi nama itu. Pak Pras selalu bersemangat ketika Jay memintanya menyetir kemanapun, asal dia bisa bersama Juwita, si hitam seksi kesayangan Pak Pras. Juliana yang sejak tadi sibuk memisahkan cabe dari sayurannya menatap Pak Pras, "Pak, mungkin udah saatnya Pak Pras cere ama Juwita, siapa tau Bapak disuruh bawa si Juleha." "Juleha? Juleha siapa?" "Tuh, mobilnya Khun Thivat yang umurnya hampir sama ama umur Pak Pras." "Lah, sejak kapan tuh mobil ada namanya?" "Sejak semenit yang lalu, Gua karang sendiri, hehehe," Ijul terkekeh, lalu sibuk lagi dengan kotak makan siangnya. "Lu kenape sih Jul? Kalau Lu mau pisahin semua, mending Lu pas masak dipisah juga. Jangan disatuin tuh sayur mayur ama sambel di wajan," Pak Pras mulai kesal. Dari tadi Ijul mengganggu pemandangan. Bukan hanya hari ini, hampir tiap hari Ijul selalu menghabiskan waktu makannya dengan memisahkan sayuran ataupun lauk lain. Membuat Pak Pras semakin stres. Padahal dia sedang tertekan karena jarang bertemu Juwita. "Ini seni loh Pak. "Art" ngerti kagak? pasti kagak ngarti dah?" "Iya, gak ngerti Gua. Suka-suka Elu dah." Pak Pras mengambil sebuah gorengan di meja, lalu memasukkan satu gorengan utuh itu ke mulutnya. "Mawes mana Pak, tumben gak keliatan?" tanya Mbak Kantin kepada Pak Pras. Pak Pras mengendus-endus sejenak, lalu menoleh ke belakang, "Tuh die anaknya. Panjang umur dah si Mawes." Beberapa menit kemudian Mawes tiba di kantin sambil tersenyum tipis, "Assalamualaikum," ucapnya dengan nada suara yang ceria. "Waalaikumussalam," balas Pak Pras, Ijul, dan Mbak Kantin. "Tumben Lu pake salam, Pu. Abis dengerin ceramah?" tanya Ijul, dengan matanya yang masih terfokus ke sayuran di depannya. "Eh, Ijul. Misahin apalagi kali ini?" Mawes melihat kotak makan siang Ijul. "Cabe ama kacang panjang, anjir bentuknya mirip banget, bakal lama dah ni," oceh Ijul. "Mbak. Na ... si ..." belum sempat Mawes bicara, Mbak kantin sudah di depan Mawes meletakkan makanan dan minuman ke meja. "Nasi pake ayam bumbu. Sama es jeruk kan Wes? nih udah Mbak siapin." Mawes mengacungkan jempolnya, lalu segera duduk, "Makasih Mbak," ucapnya sambil mengaduk nasi di depannya. "Cupu! jangan makan dulu, tungguin Gua!" Ijul menahan tangan Mawes. Dia masih memisahkan sayur dan cabenya. Jika Mawes makan, pasti Mawes akan selesai duluan dan dia tak punya teman untuk makan lagi. "Adoh, Gua laper nih, gak usah de lu pisah-pisahin lagi tuh kacang ama cabe. Ude capek-capek disatuin di wajan. Malah dipisahin lagi. Jahat Lu." "Idih, Lu ngomongnya kayak Gua misahin hubungan manusia aja. Emank Gua velakor?" "Budu. Gua makan." Mawes mulai menyuap makanannya ke mulut. Ijul akhirnya menyerah. Entah mengapa dia gemar sekali memisahkan makanan, namun tak pernah tuntas. Selalu saja menyerah di tengah jalan. Kini Ijul mulai melakukan suapan pertamanya, sambil melirik Mawes, "Pu, makannya jangan cepat-cepat. Tungguin Gua." "Yaelah, kek kemana aja minta ditungguin segala." "Wes, gak ada gosip baru? Pak Bos kan sering bawa si Juwita sekarang. Trus kayaknya Lu jarang ikut ama dia juga, kan?" Pak Pras mulai menggali. "Oh iya, itu yang mau Gua ceritain. Kalian lihat gak cewe yang sama Tuan tempo hari?" Mawes meminum es jeruknya. Beberapa suapan lagi maka nasinya akan habis. Melihat itu, Ijul ikut ngebut. Memasukkan suapan besar ke mulutnya. "Cewe yang mana lagi? Gua kan selalu di tempat supir sih, Jul Lu liat gak?" tanya Pak Pras kepada Ijul. Ijul yang tak bisa bicara karena mulutnya terlalu penuh, akhirnya menggelengkan kepalanya. "Itu loh, yang cantik, kurus, tinggi, seksi kek kecapi." "Gak tau," jawab Pak Pras, "Lu gak tau juga kan, Jul?" tanya Pak Pras lagi pada Ijul, Ijul hanya mengangguk mulutnya mulutnya masih menggembung. "Oke, jadi kan tempo hari ada cewe cantik datang ke kantor. Trus Tuan Jay pergi ama tuh cewe. Kayaknya kenalan Tuan Jay de, akrab banget waktu semalam Gua ke rumah Tuan Jay, tuh cewe juga ada loh di rumahnya," Mawes menjelaskan. Kini dia hendak memasukkan suapan terakhir ke mulutnya. "Bentar!" Ijul memegangi tangan Mawes, dia melakukan suapan beberapa kali lagi. "Apaan sih Jul, Gua mau makan nih," "Hmm ... Mmm ... hm .. mmm ... mmm ... mmm," ucap Ijul. Membuat Pak Pras menepuk keningnya, dan Mawes menghela nafas. Walaupun Ijul menggunakan bahasa gaib. Tapi Mawes mengerti. Bahwa Ijul tak membolehkannya menghabiskan suapan terakhir, karena Ijul masih memiliki beberapa suapan lagi. "Ok, sekarang Lu boleh makan," ucap Ijul sambil melepaskan tangan Mawes. Kini mereka berdua sama-sama akan melakukan suapan terakhir. "Juliana, Juliana. Benar-benar ngeselin banget Lu," ucap Pak Pras kemudian, "Keputus kan, tadi Mawes ceritain apa?" "Cewe cantik, body seksi bak kecapi, Pak. Eh, kok kecapi sih Pu, bukannya biasanya gitar spanyol?" Ijul mengajukan pertanyaan yang tak penting. "Kejauhan elah, Spanyol. Diksinya juga gak cocok," Mawes menghabiskan es jeruknya, mengelap mulutnya, lalu menarik nafas dalam, "Jadi, belakangan Tuan Jay, pasti sering ama tuh cewe. Gua jadi curiga kalau mereka punya hubungan spesial." "Waduh, jadi si Anak TK gimana?" tanya Juli penasaran. "Adoh, itu urusan lain. Orang kaya mah bebas Jul," jawab Pak Pras. "Kasian juga yah si Anak TK," gumam Ijul. "Jadi gimana? tuh cewe emank punya hubungan ama Pak Bos? jangan-jangan saudaranya kali," sambung Pak Pras lagi. "Ih, gak mungkin Pak, orang Gua lihat cewe itu genit-genitan kok ama Tuan Jay," "Menurut Lu mana yang cocok ama Khun Jay, Pu? cewe itu atau si Anak TK?" "Hmm ... kalau segi fisik sih, ya jauhlah. Lebih cocok tuh cewe dibandingin Lika. Tapi, kayaknya sifatnya lebih mending Lika deh. Lika kan ramah ama kita-kita, gak jaim lagi." "Iya. Karena dia rakyat jelata, Wes. Coba dia Sultan juga," "Tapi mending mana sih, Good Looking atau Good Personality?" tanya Ijul. Kali ini pertanyaannya agak sedikit berbobot. "Kalau Gua sih Good Looking, dah. Kan personality-nya bisa ketutup ama tampangnya, hahaha," jawaban Mawes membuat Ijul melengos. "Walau kepribadiannya buruk? eh tampang jelek juga bisa ditutupin kali ama kepribadian yang baik," Ijul protes. "Itu menurut Elu, hampir semua orang bilang, Mending jelek asal kelakuan baik. Tapi coba liat, itu cuman omongan doank, dimana-mana yang Good Looking always di atas. Liat aja para yusuber and salabgremer, kalau gak good looking, mana laku." "Ih, gak adil banget. Gimana nih Pak Pras?" "Ijul. Pernah dengar keadilan sosial bagi para good looking saja? kalimat itu gak salah sih," jawab Pak Pras, lalu mengangguk seperti seorang cendekiawan. "Nah, bener kan? Gua gak salah," ucap Mawes, merasa menang. "Ok, ayo kita liat Bos kita. Dia lebih milih yang good looking atau yang good personality. Kalau dia lebih milih Lika, siap-siap kalian berdua Gua jitak," Ijul mulai memasang wajah serius. "Lah, tumben Lu manggil namanya, baru tadi Lu manggil dia Anak TK," sambung Mawes "Ini demi perempuan. Gua membela hak-hak perempuan yang dirampas!" "Oy, dodol. Yang satunya kan juga perempuan." "Beda. Dia good looking banyak yang bakal dukung dia. Kalian contohnya. Mulai hari ini Gua adalah ketua organisasi perempuan "Not Good Looking but Good Akhlak". Fighting!" *** Lika berguling-guling di tempat tidurnya dengan kesal. Sudah hampir 3 hari dia tak bisa bertemu dengan Jay. Pesan yang dia kirim pun kadang dibalas Jay dengan singkat, dan butuh waktu lama untuk menunggu balasan dari Jay. Lika menghela nafas lalu mengutak-atik gawainya. Dia berhenti pada sebuah foto Jay yang tersenyum sambil menunduk di sebuah mall, tempat mereka bermain minggu lalu. "Kamu kenapa sih sayang? sibuk banget yah sampai gak bisa hubungin aku?" gumam Lika dengan lemah. "Karena udah pacaran, Gua berhenti ngeretas jadwal kerjanya. Tapi kalau kaya gini ..." Lika berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya, "Gak, Gua gak boleh kayak gitu. Pokoknya Gua harus jaga privasi pacar Gua. Semangat yah sayang," ucap Lika sambil mengelus foto Jay. Lika kemudian mengunggah foto tersebut ke akunnya. Caption : "Bahkan saat melihatmu seribu kalipun, aku masih tetap merindukanmu" #JaySuppasit #MethananGroup #IsteriSahnyaKhunSuppasit Seperti biasa. Tak berapa lama unggahan tersebut dibanjiri berbagai komentar. "Phi, enak banget. Pasti sering ketemu Khun Jay de." "Aku juga rindu Khun Jay." "Adoh, ini anak manusia tampan sekali. Resepnya apa sih?" "Kapan kita adain fansmeet, Phi? Gak bisa ketemu Phi Jay gpp. Asal bisa ketemu Admin ISKS yang telah berjasa bagi seluruh Isteri Online Phi Jay di dunia." Lika tersenyum membaca komentar terakhir, dia lalu menulis balasan di komentar itu, "Biarlah. Tetap rahasia. Karena aing bukan Makhluk Tuhan yang paling Glowing". Lika terkekeh membaca balasannya sendiri, "Anjir. Gua memang keren," ucapnya. Sementara itu, Vina ternyata ikut melihat unggahan tersebut. Dia kini sedang berada di sebuah cafe dengan Jay. Dia merengek kepada Jay untuk membawanya keluar. Padahal, tiga hari ini, Jay hampir tak bisa bekerja karena dia. Vina memasang tampang cemberut melihat unggahan tersebut. "Kenapa, Nong (Dik)?" tanya Jay setelah melihat ekspresi Vina. "Ini nih, dari mana sih asalnya akun fanbase ini?" Vina melempar gawainya ke atas meja, Jay mengambil gawai tersebut lalu memeriksa apa yang tadi dilihat Vina. "Oh, Isteri Sahnya Khun Suppasit? kok bisa tau ada akun kayak begini?" "Aku kan sering cari informasi, karena kangen ama Phi saat di Amerika. Tapi yang ketemu malah akun itu. Malah dia punya banyak foto Phi Jay lagi. Bukannya itu sama aja ama Stalker?" "Biarin aja. Mereka fans-fans Phi yang ada di Indonesia. Gimana? Phi terkenal banget kan? bukan disini aja, di Thailand juga gitu, udah kayak Idol," "Tapi Vin gak suka! pasti yang punya akun ini cewe deh. Berarti dia ngikutin Phi kemana-mana, donk?" "Bisa jadi. Soalnya fotonya banyak yang gak bisa didapetin ama media," Jay tersenyum lalu meminum kopi dingin di depannya dengan santai. "Phi, kita harus tuntut dia. Phi kan bukan publik figur. Mana boleh ada yang nyebar foto Phi sembarangan!" "Iya, Phi bakal tuntut kok, tapi gak sekarang. Phi lagi ada proyek besar. Sebagian besar followers akun itu orang kaya loh, mereka berkontribusi banyak dalam membeli barang-barang produksi Methanan Group. Baik itu Methanan Jewelry ataupun Album-album dari artis Methanan Ent." "Tapi aku risih banget liat nih akun!" "Iya, Vina tenang aja. Phi bakal urus semuanya, Okhe?" Vina menunduk, lalu bersikap manja, "Ya udah kalau gitu. Tapi Phi tetap harus tuntut ya?" "Iya, kamu tenang aja." Jay terdiam sejenak. Dia mengambil gawainya lalu tersenyum lembut. "Vin. Kamu bisa pulang sama Pak Pras? Phi ada kerjaan yang harus diselesaikan." "Gak mau! Phi mau kemana? Vin ikut." "Gak bisa. Urusannya mendadak. Vin pulang sendiri ya? Pak Pras bakal anterin dengan aman kok sampe rumah." "Phi ikut juga donk, anterin Vin pulang!" "Gak bisa, udah udah hampir jam 10 malam, nanti Phi bakal telat. Vin pulang dulu ya, jangan cemberut nanti gak cantik lagi loh." Vina menghela nafas, lalu mengangguk, "Ya udah. Kalau gitu besok Vin harus ikut Phi Jay ke kantor." "Hmm ... Oke. Besok Vin bisa ikut Phi ke kantor." Setelah Vina pulang dengan Pak Pras. Jay yang masih berdiri di depan cafe segera mencari taksi. Hampir tiga puluh menit kemudian, Jay kini berada di depan rumah Lika, lalu menelepon. "Hoam, halo Sayang," terdengar Lika berbicara sambil menguap. Jay tersenyum, hatinya terasa sejuk mendengar suara Lika, "Tadi kamu chat katanya kangen sama aku." "Hoh, iya. Tapi gak dibalas, lama banget sih balasnya." "Keluar. Aku di depan." "Haaa!?" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD