Makan Siang

879 Words
"Swadi kha Phi Jay, sabai dimai kha?" (Halo Kak Jay, gimana kabarnya?). "Vina? Vina Maakrakorm!?" Melihat wanita di depannya, Jay terbelalak tak percaya. Wanita itu adalah Vina Maakrakorm. Teman sekaligus sepupu jauh Jay. Mereka dulu kuliah di kampus yang sama di Amerika. Saat itu, Jay menyelesaikan S1-nya dan langsung kembali ke Indonesia, sedangkan Vina tinggal untuk mendapatkan gelar Master. "Phi Jay, Chan khidteung, Phi," (Aku kangen). "Oh My God, Vina. I miss you too, miss you so much." Jay memeluk Vina erat. Mereka bercengkrama melepas rindu masing-masing. "Kapan kamu tiba di Jakarta?" "Tadi pagi." "Kenapa gak hubungi Phi? Phi kan bisa jemput di bandara. Sudah ke rumah Ayah?" "Hahaha, Paman kok yang jemput Vin di bandara. Sengaja, I want to surprise you." "Hm, and the surprise worked." "Hahaha, khotot na kha Phi (maaf)." "Mai bpen rai (gak papa). Duduk dulu, pasti capek." Jay mempersilahkan Vina duduk, lalu menghubungi Mawes, "Wes, bawain minuman ke ruangan Gua. Jus organik ya, cari di cafe depan." Jay duduk di depan Vina, lalu menatap Vina lekat. Vina tersenyum sambil menyilangkan kakinya. "Whay, kenapa Phi ngeliat Vin kayak gitu?" "Hm ... Phi gak percaya aja. Kamu akhirnya nemuin Phi setelah sekian lama." "Vin kan baru selesai kuliah, Phi. Ah, by the way, i'm hungry. belum makan siang." "Ok, kalau gitu kita makan." Jay membuka pintu ruangannya untuk Vina, setelah Vina keluar, Jay kemudian mengikuti dari belakang. Mawes yang baru saja tiba di kantornya, langsung berlari begitu melihat Jay di lantai bawah, "Tuan, mau kemana?" tanya Mawes terengah-engah. "Makan siang." "Tapi ini jusnya ..." "Minum aja," Jay membukakan pintu mobil untuk Vina. Vina tersenyum kearah Mawes lalu masuk kemobil. Beberapa menit setelah Jay masuk, mereka akhirnya melaju. "Waduh, siapa tuh cewe. Hmm, aing sepertinya merasakan hawa-hawa yang tidak enak," ucap Mawes, sambil meminum jus di tangannya. *** Lika duduk di ruangannya sambil menatap jam di dinding. Lika mengirim pesan ke Jay. Namun, Jay tak membaca pesannya. "Hmm, apa lagi sibuk ya? aduh udah laper banget nih," Lika menggosok-gosok perutnya, lalu meminun air putih untuk menunda lapar, "Sayang cepetan datang," "Ka, Lu gak makan siang?" Jamy membuka ruangan Lika, lalu berdiri di ambang pintu. "Makan donk, nih lagi nungguin pacar aku jemput." "Yaelah, udah jam berapa nih, ikut Gua aja." "Hg, gak mau. Nanti kalau dia jemput gimana?" "Hah, suka-suka Elu dah." Jamy menutup pintu lalu pergi meninggalkan Lika. Lika kembali mengambil gawainya dan menelepon Jay. Setelah beberapa kali panggilan, Jay masih tak menjawab teleponnya, "Kok gak dijawab yah, hmm tunggu bentar lagi." Lika menaruh kepalanya di meja. Lonceng di perutnya sudah berbunyi dari tadi. Dia benar-benar kelaparan. Hampir dua jam berlalu, Lika hampir tertidur di mejanya. Dia terbangun begitu mendengar perutnya menjerit. Lika sekali lagi memeriksa gawainya, namun tak ada kabar Jay sama sekali. Dia tak membalas pesan, dan tak kembali menelepon. Tiba-tiba pintu ruangan Lika terbuka. Tampak Jamy masuk dengan menenteng plastik berisi makanan dan minuman. Plastik tersebut lalu di letakkannya di meja Lika. "Masih belum dapat kabar juga? nih makan dulu. Ngapain sih nungguin dia, belum tentu juga dia nepatin janji," ucap Jamy sambil cemberut. "Jamy! huwa, tengkyu ... Gua lapar banget." Lika membuka makanannya, lalu makan dengan tergesa-gesa. "Pelan-pelan, keselek baru tau rasa Lu." "Wuah, baru dah terang dunia," ucap Lika sambil mengunyah. "Jadi kalau si Songong itu gak dateng, Lu bakal gak keluar ruangan? gak makan gitu? idih kok tulul banget sih," omel Jamy sambil duduk di depan Lika. "Ye, siapa tau sayang aku lagi sibuk. Kayaknya ada meeting mendadak, dah." "Meeting mendadak pala Lu, dia bisa aja kan kasih tau kalau gak jadi dateng. Malah gak ada ngasih kabar." "Hehehe, biarin aja. Mungkin dia lupa." Lika cengengesan sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Jamy hanya bisa menggelengkan kepalanya. *** Vina selesai makan. Dia hanya memakan sayuran hijau dan jus organik untuk kesehatannya. Jay tersengat lembut melihat Vina yang menikmati makanannya. "Dari dulu gak berubah ya, tetap suka makan sayuran. Emanknya kenyang? Phi pesanin daging yah, harusnya disini ada daging rendah lemak." "Hmm, mai bpen rai (gak papa) Phi, ini aja udah kenyang kok," Vina mengelap mulutnya dengan tisu yang dia bawa sendiri. Lalu memeriksa penampilannya di cermin, "Phi Jay, habis ini kita jalan-jalan yuk," "Phi harus kerja." "Jangan kerja. Hari ini kasih waktu spesial buat Vin. Kan kita baru aja ketemu." "Nanti, pulang kerja Phi bakal jemput kamu buat jalan-jalan." "Haaa, gak mau. Maunya sekarang, yuk jalan-jalan. please, please." Vina mengedipkan matanya, dan merengek manja. Jay tersenyum, lalu merogoh saku stelannya, "Kalau gitu Phi hubungin Mawes dulu," Jay terdiam sejenak, "Loh, hengpon Gua ketinggalan?" gumamnya. "Kenapa, Phi?" "Mm, kayaknya hengpon Phi ketinggalan di kantor." "Oh, pasti karena terlalu senang ketemu Vin yah, makanya lupa semuanya." "Iya, kayaknya lupa gara-gara ketemu ka ... mu ..." Jay akhirnya mengingat sesuatu, "Ya ampun, Gua lupa ada janji ama Stalker!" "Hmm ... apa Phi? S-Stalker? ya ampun, penguntit?" "B-Bukan Stalker yang kayak gitu." "Trua siapa?" "Phi lupa ada janji ama teman hari ini, ah udahlah, bukan siapa-siapa kok." "Oh, kirain, ya udah sih, biarin aja. Nanti di infoin kalau Phi abis nemenin Vina yang cantik ini," Vina tersenyum, lalu berdiri dan menggandeng tangan Jay, "Yuk kita jalan-jalan, Vin udah bosan, Nih." Jay terpaksa berdiri lalu mengikuti Vina "Gak papa, nanti Gua jelasin dah ama Lika." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD