Yang Penting Sayang

811 Words
"Tadi kamu chat katanya kangen sama aku." "Hoh, iya. Tapi gak dibalas, lama banget sih balasnya." "Keluar. Aku di depan." "Haaa!?" Gubrak! Lika langsung terjun dari tempat tidurnya. Namun, sayangnya dia terpeleset dan mendaratkan bokongnya ke lantai, "Adoh! buset encok dah Gua," Lika terpincang-pincang berlari ke luar rumahnya, "Sayang!" teriak Lika begitu melihat Jay dari pintu. Lika langsung berlari ke pagar dan membuka pagar tersebut dengan ceroboh, hingga bagian bawah pagar membentur jari kakinya. "Akh," Lika menggosok-gosok kakinya lalu terpincang-pincang kearah Jay. "Kamu gak papa?" Lika menggeleng, lalu tersenyum cerah, "Kenapa kesini malam-malam gini?" "Katanya kamu kangen, udah beberapa hari Aku gak perhatiin kamu." "Aaa ... sayang, bisa aja ih," Lika bertingkah genit. "Loh, sandal kamu mana?" Jay terheran-heran begitu melihat kaki Lika yang tanpa alas. "Oh, hehehe tadi buru-buru, gak sempat pake," Lika cengengesan, lalu meringis karena jari kakinya terasa nyeri, akibat terbentur tadi. "Ya ampun, ambil dulu sandalnya," "Emank mau kemana?" "Hmmm, udah malam sih, ke toko itu aja," Jay menunjuk toserba 24 jam yang jaraknya tak jauh dari rumah Lika. "Ok, aku ambil sandal dulu." Lika berlari ke rumahnya seperti tornado, dan beberapa detik kemudian dia sudah berada di depan Jay. Kini mereka berjalan pelan kearah toko. Lika melirik Jay beberapa kali sambil tersenyum, "Beberapa hari ini ngapain aja, yank? kok susah dihubungi?" "Gak ngapa-ngapain, kok. Aku nemenin Vina jalan-jalan, soalnya kan masih baru di Jakarta." "Oh, gitu," Lika menarik nafas, "Jadi sibuknya ama tuh cewe? Gua kirain sibuk di kantor. Tapi, gak papa. Kan mereka sepupuan." "Mau beli cemilan apa?" tanya Jay begitu sampai di depan toserba. "Hmm, apa aja de, yang enak." "Ya udah, duduk sini Aku beliin." "Aku ikut de ke dalem," "Gak usah, duduk sini aja." Jay menekan bahu Lika. Lika terduduk kursi, dan Jay segera masuk ke dalam. toserba untuk membeli camilan. Beberapa menit kemudian, Jay keluar menenteng sekantong penuh camilan di tangan kanannya. "Nih, habisin," ucap Jay sambil menaruh kantong tersebut ke atas meja. "Wih banyak amat!" Lika tersenyum sumringah. Jay kemudian berjongkok lalu menyentuh kaki Lika, Lika kaget hampir saja dia menendang Jay. "Ngapain? ampon dah, kaget akuh tuh," "Siniin kakinya," Jay mengambil kapas, dan menaruh alkohol di kapas tersebut. Lika masih terdiam menatap Jay, alah bengong, sini." Jay menarik kaki Lika, lalu mengoleskan alkohol di jari-jari kaki Lika. Lika meringis karena merasa perih. "Liat tuh, kukunya berdarah, kalau lepas gimana?" "Sayang ih, nyeremin. Jangan donk!" "Makanya, lain kali hati-hati." Setelah mengoleskan alkohol, Jay mengoleskan salep dingin ke kaki Lika. Agar sakitnya segera hilang dan tidak membengkak. "Ok, selesai," Jay duduk, lalu mencuci tangannya dengan air mineral yang tadi dia beli. "Makasih ya, sayang," ucap Lika sambil tersenyum manis. Jay ikut tersenyum sambil mengelap tangannya dengan tisu. "Mmm Yank, Jadi kamu ama teman kamu itu belakangan kemana aja?" tanya Lika penasaran. "Cuma jalan-jalan. Ke taman, ke mall, ke cafe," jawab Jay cuek. "Hoo, b-besok pagi ... bisa jemput aku gak pergi ngantor?" "Waduh, kalai Vina ketemu si Stalker, bakal ribet urusannya. Vina agak sensitif." "Gimana Yank?" "Maaf ya, gak bisa. Besok pagi-pagi aku ada urusan," "Kalau Gua nanya urusan apa, Gua dianggap kepo gak ya?" Lika menatap Jay lekat, "Ya udah de, pasti sayang aku sibuk." Lika tersenyum lalu memasukkan segenggam cemilan ke mulutnya, "Ya udah, gak papa," ucapnya dengan suara yang tak jelas, karena mulutnya penuh. "Pulang yuk, udah jam 11 malam," Jay menunjukkan jam tangannya kepada Lika. "Oh iya," Lika berdiri lalu membereskan semua sampah, dan menenteng beberapa cemilan yang belum dimakan. "Biar aku yang bawa," Jay mengambil tentengan tersebut dari tangan Lika. "Kan, kan, mana kuat liat pacar yang perhatian kayak gini, aduh, aing makin klepek-klepek," batin Lika. Jantung di dalam raganya kini seperti melompat-lompat tak karuan. Lika melangkahkan kakinya perlahan. Namun, tiba-tiba Jay berjongkok di depannya, "Naik, aku gendong sampai rumah." "Gendong? aku gak papa kok sayang, ini kaki cuman sakit dikit aja." "Rumahnya juga gak jauh, ayo naik." Lika berlonjak kegirangan, lalu menaiki punggung Jay. Jay berdiri, dia berjalan pelan sambil menggendong Lika di belakangnya. "Aaa, sayang akuh imut banget sih," ucap Lika sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Jay. "Padahal makannya banyak, kok bisa ringan kek gini?" "Nah, hebat kan? aku gak mudah naik berat badannya, gak mudah gemuk juga, walo makan sebaskom." "Busung lapar ya?" "Anjir, mana ada busung lapar segar kek gini, sembarangan." Lika cemberut. Jay tiba-tiba tertawa. Entah mengapa hatinya terasa geli ketika memikirkan Lika. "Apaan sih, kok ketawa?" "Lucu aja. Makan banyak tapi gak gemuk, pantes kamu boncel gak tinggi-tinggi, pasti karena makanannya numoang lewat doank. Hahahaha," Mendengar Jay yang tertawa begitu merdu, Lika akhirnya ikut tertawa, "Hahaha, terserah dah," Lika kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Jay, "Budu. Mau dibilang busung lapar kek, boncel kek, yang penting sayang." TBC ------ Nb. Nanti bakal up lagi ya, ini lagi oteweh ke planet Namex, jd agak dikit update nya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD