Jalan Ninja

1069 Words
Lika duduk bersila di atas meja kerjanya, kedua tangannya disatukan di depan d**a. Perlahan dia menarik nafas dalam dari hidung, lalu menghembuskan nafas pelan dari mulutnya. Dia konsentrasi penuh. Selama hidupnya, mungkin baru kali ini dia berpikir dengan serius. Jamy yang baru saja memasuki ruangan kerja Lika, mendadak sakit kepala, melihat tingkah Lika yang tak mencerminkan normalnya seorang wanita. "Woy, Lu ngapain bertapa di atas meja? turun gak Lu, ini meja Gua beli mahal-mahal buat kerja, bukan buat nyari wangsit." Lika masih konsentrasi penuh. Dia menarik nafas dalam sekali lagi, lalu mulai bicara, "Jamy Baskara. Menurut anda senyum terindah identik dengan laki-laki atau perempuan? saudara atau kenalan? hubungan biasa atau hubungan spesial?" "Wahai Lika Miana, yang gilanya udah ngalahin penghuni Rumah Sakit Jiwa. Lu mau turun atau gaji Lu gua potong?" Lika mendesah, akhirnya dia menghentikan kegiatan absurd yang dia lakukan. Namun, yang dia lakukan berikutnya malah lebih buruk. Dia berguling-guling di atas meja lalu merengek. "Aaa ... Gua udah konsentrasi and mikir dengan bener. Tapi gak nemu juga siapa yang dimaksud Khun Jay. Aish, kesel!" "Woy, Lu kalau gak gila sehari aja bisa gak sih? stres nih Gua lama-lama ngeliat Elu." Lika lalu turun dari meja, dan duduk di kursinya dengan cemberut, "Masa My Suppasit punya gebetan sih? selama Gua ngikutin dia, gak pernah tuh Gua nemu dia deket apa siapapun." "Emanknya dia bilang apa?" "Dia bilang, senyum Gua senyum terindah kedua yang pernah dia lihat. Berarti ada yang pertama donk, aish," Lika memukul tangan kursinya dengan kesal. "Pfft ..." Jamy tertawa dan hampir saja menyemburkan salivanya, "Buta kali ya si Jay. Yang kayak begini dibilang senyum terindah? hahaha, ngakak," Jamy memegangi perut, hatinya terasa geli, membuatnya tak bisa menahan tawa. "Lu ngeledekin Gua? Khun Jay yang bilang sendiri kok." "Gua yakin tuh orang udah kesambet jin penunggu pohon pisang. Jangan percaya Nak, itu fitnah." Jamy menepuk-nepuk bahu Lika. "Ih, nyebelin banget sih Lu! sana Lu jauh-jauh dari Gua." "Idih ... mulai ngamok, ude kayak kucing bunting aja." "Minggir, Gua mau ngeretas data Khun Jay, siapa tau Gua nemu tuh orang yang dia maksud." Lika bersiap untuk menjelajah dengan jari-jari racunnya. Namun, Jamy merampas laptop Lika, mematikan laptop tersebut dan menyembunyikan barang itu di belakangnya. "Apaan sih Jam, jangan usil de, sini balikin laptop Gua." "Elu tuh yang usil. Keppo Lu jangan keterlaluan. Lu ngeretas informasi pribadi Jay, sama aja Lu ngelanggar privasi dia. Tobat ngapa." "Ya gimana lagi, Gua penasaran." "Tolong ye, bedain penasaran ama keppo yang membabi buta. Berenti dah main ama laptop Lu. Daripada Lu ngurusin hal yang gak jelas gini, mending Lu siapin diri buat acara pembukaan perusahaan kita." "Ha? perusahaan yang kerjasama ama Methanan Group. Emank udah kelar urusannya? cepet bener pembukaannya." "Tau tuh, kali ini mereka kerja kilat. Kayaknya mereka tahu, kerjasama ama kita itu nguntungin." Lika mengangguk mantap, "Ok, kalau gitu kita tinggal pergi setor muka ke pesta kan? gampang, bisa diatur." "Jangan asal ngomong gampang aja Lu. Lu harus dandan agak rapian dikit. Jangan sampe ya, Lu kesana make hoodie, Gua gaplok Lu!" "Ye, Lu pikir Gua apaan. Gua punya kali, baju buat ke pesta, gak cuma punya hoodie doank." "Beneran? kok Gua ragu " "Beneran, udah Lu tenang aja." Lika mengacungkan jempolnya kearah Jamy. Jamy menatap Lika ragu-ragu. Dia masih tak mempercayai wanita b****k itu. Bahkan saat pesta pernikahan kolega saja dia memakai hoodie. Tapi, karena Lika sangat yakin, akhirnya Jamy memutuskan untuk mempercayainya. *** Pukul delapan malam. Jay yang baru selesai mandi, berdiri di depan cermin sambil mengelap rambutnya yang basah. Handuk putih melilit di pinggangnya, pemperlihatkan perutnya yang ramping dan berotot. Bisepnya yang kencang dan lembab begitu mempesona. Jay diam beberapa saat, lalu duduk di tempat tidur sambil memeriksa gawainya. "Isteri Sahnya Khun Suppasit, ayo kita lihat apa yang dia posting hari ini." Jay menggulirkan layar ke halaman media sosial dimana akun fanbasenya itu beraksi. Setelah melihat unggahan terbaru, Jay menggeleng tak percaya. Dia bahkan terlihat sedikit takjub. "Bukannya ini foto waktu Gua ke mall? sakti banget nih adminnya. Padahal Gua udah hati-hati banget, bahkan gak nyatet jadwal di tablet kalo Gua pergi ke sana. Bisa-bisanya dia dapet foto Gua." Jay memperhatikan foto tersebut dengan lebih seksama, "Ini kan ... stelan yang Gua coba tapi gak jadi Gua beli. Buset, stalker ngeliat orang mencurigakan gak sih disana? apa Gua tanya aja?" Jay membuka kotak pesan, lalu mencari nama Lika. Setelah mengetik satu kata, Jay berhenti lalu menghapusnya lagi, "Ngapain Gua nanyain dia. Dia mana ngerti apa-apa, taunya cuma tidur sama makan." Jay melempar gawainya, lalu kembali berdiri, "Ok, kali ini Gua biarin karena dia ude nemuin Gua sama si stalker. Lain kali bakal Gua tuntut nih akun." Ucapnya, lalu membuka lemari, mencari piama untuk dia pakai. *** Hari pembukaan perusahaan sudah tiba. Tampak Jamy sudah berdandan rapi. Berbeda dari gayanya yang biasa. Biasanya dia lebih suka memakai t-shirt polos. Untuk celana dia terbiasa memakai trening atau jeans. Namun, hari ini dia memakai stelan berwarna hitam, lengkap dengan dasinya. Dia juga memakai mantel panjang yang terlihat cocok dengan stelan di dalamnya. Sisiran rambutnya keatas, memperlihatkan kening keramatnya yang tersembunyi selama ini. Begitu kening itu terlihat, Cahaya Ilahi seakan terpancar dari sana, membuat wajahnya lebih bersinar rupawan. Jamy, berdiri di depan rumah Lika untuk menjemputnya. Sudah hampir setengah jam, Lika belum juga menampakkan batang hidungnya. Jamy menghela nafas kesal, lalu menggedor-gedor pintu rumah Lika. "Woy, Maemunah, Lu ngapain anjir, lama banget. Cepetan oy Gua digigitin nyamuk nih." "Iya bentar, 5 menit, eh 10 menit lagi, Gua lagi dandan ini." "Emank Lu bisa dandan? Udah cepetan, jangan dandan yang aneh-aneh. Yang elegan dikit. Awas ye lu keluar menor-menor, kayak pisang ditepungin trus dikasi cabe. Ini acara resmi tau gak." "Iye bawel. ngomel aja Lu. Gangguin konsentrasi Gua aja." "Ya, makanya cepetan!" Tenggorokan Jamy sakit, karena berteriak. Setelah beberapa menit, Lika akhirnya keluar juga. "Udah selesai nih, yok cabut." "Astagfirullah Lika ..." Jamy terdiam sejenak. Dengan kesal dia mengepalkan tangan. Lalu menarik nafas dalam, "Lu mau cosplay jadi anak metal?" "Apa kenapa?" "Itu kenapa Lu make eyeliner item tebel banget kayak anak band abis begadang? trus ini ke ..." Jamy mengusap wajahnya, "Ini kenapa Lu pakai kebaya segala! kebaya jaman kapan ini!" "Kebaya waktu Gua wisuda dulu. Kan mau acara apapun kebaya gak ada matinya. Memakai kebaya adalah jalan ninjaku! yuhuu!" Lika mengangkat tangannya lalu nyengir kuda. "Ya Allah ... tabahkan hati hamba Ya Allah. Tolong masukin lagi ni cewe ke perut emaknya, hamba mohon." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD