Bucin ama Gua, gandengan ama yang lain

1075 Words
Waktu menunjukkan pukul 08. 20 malam. Dua puluh menit telah berlalu dari waktu pembukaan yang seharusnya diselenggarakan pukul delapan malam. Jay mondar-mandir menatap ke arah pintu, menantikan koleganya tiba. Sudah pasti bukan Jamy, yang sebenarnya dia tunggu adalah Lika. Mawes mengekori Jay kesana-kemari. Sedangkan Juliana sudah mulai gelisah, berkali-kali dia ke toilet, untuk memperbaiki jilbabnya. Namun, ketika keluar, acara masih belum dimulai juga. "Sepertinya, Tuan Jamy akan terlambat. Apa caranya kita mulai aja Tuan? Khun Thivat, gimana? kira mulai aja?" Mawes bertanya kepada ayah dan anak di depannya. "Kemana sih tuh orang? kayak orang penting aja pake terlambat segala." Jay sekali lagi, memeriksa jam tangannya. "Ayo donk Khun, mulai aja. Keburu malem, ngantuk ni," Juliana merengek, gayanya saja mengantuk. Padahal dia ingin cepat-cepat pulang untuk menonton drama korea. "Kita tunggu sebentar lagi. Ayah hubungi Jamy dulu." Khun Thivat mengambil Gawai dari saku stelannya. Begitu dia ingin menelepon. Terlihat sosok Jamy telah berdiri di depan pintu. Semua orang mengarah ke padanya. Tak terkecuali Jay dan Khun Thivat. Jamy tersenyum cerah, diikuti seorang wanita dengan senyum tak kalah cerah di sampingnya. Melihat sosok itu, Jay hampir menumpahkan minuman dari tangannya. Wanita itu. Lika Miana, tampak anggun dengan gaun silver yang melekat di tubuhnya. Wajahnya dirias begitu simple dan elegan. Selaras dengan tatanan rambutnya yang menawan. Bagaimana Lika yang tadinya merupakan bebek buruk rupa dan sedang cosplay jadi anak metal ini, berubah menjadi angsa anggun bak artis korea? mari kita mundur pada satu jam sebelum mereka tiba di gedung, tempat acara pembukaan digelar. Jamy yang naik pitam dan hampir terkena ayan karena melihat kelakuan Lika akhirnya menyeret Lika ke salon langganannya. Lika mau tak mau menurut, karena diancam pemotongan gaji, "Sungguh atasan tidak berakhlak," omel Lika. "Loh, Mas Jam, kenapa kok malam-malam kemari? gak biasanya." Mbak Ayu yang merupakan pemilik salon sekaligus butik itu merasa keheranan. "Mbak, liat nih manusia satu ini. Bikin Gua sakit kepala, tolong agak dipermak dikit, buat lebih elegan. Gak, gak, gak perlu elegan elegan banget. Asal gak malu-maluin." Mbak Ayu menatap Lika. Lika tersenyum seperti anak kuda yang tak mengerti apa-apa. "Astagfirullah, kamu belajar dandan dari mana?" "Biasa mbak, dari yusup, menurut Gua bagus kok, Jamy ih gak tau style." "Style pala Lu! adoh tolongin ... tensi Gua naek. Mbak Ayu, singkirin nih gerobak siomay, cepetan!" Mbak Ayu hampir ngakak. Dengan segera Mbak Ayu mendudukkan Lika di kursi lalu mulai mencuci wajah Lika. "Kita bersihin wajah dulu ya Dek. Mas Jam, ini mau pergi ke acara apa?" "Acara pembukaan perusahaan," jawab Jamy ketus lalu melemparkan dirinya ke sofa. Mbak Ayu terkekeh, "Dek Lika, kenapa make kebaya? pesta kostum ya konsepnya?" "Bukan gitu Mbak ..." "Pokoknya jangan sampe Gua liat lagi tuh kebaya, ganti! permak total, cepetan Mbak dah mau telat ini." Lika terdiam, dia akhirnya pasrah, dari pada harus menerima potongan gaji bulan depan. Udah banyak hutang, gaji malah dipotong. Apa kata dunia? "Mas Jamy, coba lihat. Gaun ini bagus gak?" Mbak Ayu membuka tirai, tampak Lika keluar dari dalam ruang ganti, bertelanjang kaki, mengenakan gaun pastel lembut. Anehnya, Gaun semata kaki dan memiliki sedikit belahan di bagian samping itu, terlihat cocok pada Lika. Jamy tertegun sejenak. Dia tak pernah sekalipun melihat Lika mengenakan Gaun seperti itu. Pakaian kebangsaan Lika adalah hoodie dan celana Jeans. Dengan gaun itu, kali ini Jamy hampir tak mengenali Lika. "Sialan, ini anak kenapa bisa jadi cantik begini?" "Gimana Mas Jam, suka?" "Gak! ganti de, dia pendek. Gak cocok ama gaunnya." "Woa, penghinaan, apa maksud Lu nyebut Gua pendek segala?" Jamy berdiri, lalu mendorong Lika kembali ke ruang ganti, "Ganti, ganti pokoknya! jangan banyak bacot." Beberapa saat kemudian. Mbak Ayu tersenyum, lalu membuka kembali tirai berwarna biru muda di depannya. "Yang ini gimana Mas?" Lika keluar sambil menggaruk kepala. Kali ini dia mengenakan gaun hitam selutut, dengan bagian lengan gaun agak turun ke bahu. Jamy sekali lagi terkesiap. Dia memegangi kepalanya lalu membuang muka, "Jelek! ganti!" perintah Jamy, "Sialan, yang ini keliatan imut. Gak bisa, dia gak bisa make ini." "Oy, udah de. Gua pake kebaya aja, capek nih Gua!" "Make kebaya? Lu mau malu-maluin Gua?" "Trus gimana? ini gak, itu gak." "Ganti lagi! Mbak, cariin gaun yang lain. ganti! sana cepetan!" Beberapa menit kemudian, "Gak elegan. Ganti!" "Anjir, gak bisa. Ganti!" "Ganti!" "Ganti!" "Woy! bangsad. Lu mau suruh Gua ganti berapa kali? sekalian aja Lu suruh Gua ganti kulit biar puas Lu!" Lika berguling-guling di lantai, Jamy mendadak fertigo, "Berenti anjir! ya udah pake yang silver aja, ude cocok!" "Setidaknya, matching ama stelan Gua yang elegan." pikir Jamy. Setelah berganti pakaian, Mbak Ayu lalu mempersiapkan Make Up. "Nah, ayo kita mulai riasannya, yang simpel aja kan yak? acara resmi ini." "Iya Mbak, cepetan. Gak perlu bagus-bagus banget. Seadanya aja." Jamy menunggu sambil mengotak-atik gawainya. Dua puluh menit kemudian, riasan selesai. Mbak Ayu melengkapi tampilan Lika dengan sepatu berwarna senada dengan gaunnya. Dan terakhir tas tangan silver yang elegan. Jamy menelan ludahnya. Dia lalu berdiri dan mendekati Lika, "Biji kuaci, wajah Lu konsisten banget ya?" "Konsisten gimana?" "Mau diapain juga tetep jelek, hahaha," Lika memukul Jamy, dan menjewer kuping Jamy, "Sialan Lu, ini Gua ude gap-gapan disuruh pake baju begini. Nih muka ude pengen Gua cuci aja tau gak. Berasa kek pake topeng." "Hahaha, nanti aja lepasin topengnya. Kita otw dulu." Jamy menarik tangan Lika, "Makasih yah Mbak Ayu!" "Buset, cakep juga ternyata nih si kuaci kalo didandanin. Gak rugi Gua keluar duit banyak. *** Disinilah Lika berada, dengan jalannya yang agak terseok-seok karena tak biasa memakai sepatu berhak tinggi. Begitu melihat Jay yang menatap kearah mereka, Jamy segera mengangkat tangannya sedikit. Memberikan kode kepada Lika untuk menggandengnya. "Kenape?" "Kenapa apanya? yok taruh tangan Lu disini, kita gandengan." "Emanknya kudu pake gandengan segala?" "Ya, iyalah ... pan pesta resmi. Gak pernah ke pesta orang kaya sih Lu." Lika terdiam sejenak, setelah beberapa detik, akhirnya dia menggandeng tangan Jamy. Jamy berjalan dengan santai. Namun, Lika terlihat tegang, dia menaikkan dagunya dan berjalan sambil menginjak gaunnya beberapa kali. Entah mengapa, kepala Jay serasa mengeluarkan asap, tatkala melihat mereka. "Stalker sialan! katanya Bucin ama Gua, tapi bisa-bisanya gandengan ama orang lain!" TBC *Author Note : Para readers yang budiman. Gax cuman budiman tapi budi budi yang lainnya. Mon maap yak, up nya agak telat. Hari ini hari pertama Thor di nyatakan Positif Covid-19. Namun, thor bakal terus berusaha menghibur kalian "Tetap Positif walau Positif" Azeek. Doahin Thor segera pulih yak, dan segera negative covidnya. Tengkyu all ... Chan Rak Khun, Saranghek ❤️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD