Gak bisa dibiarin, pokoknya gak bisa!

1407 Words
Jamy berjalan dengan santai sambil menyapa tamu undangan. Lika terlihat tegang, dia menaikkan dagunya dan berjalan sambil menginjak gaunnya beberapa kali. "Lu jalan yang bener anjir, Gua suruh Lu gandeng Gua, bukan gelantungan kek monkey begini," bisik Jamy sambil terus tersenyum kepada lainnya. "Bentar-benar, ini gaun apa kain pel sih, panjang bener sampe nyapu lantai," Lika menarik gaunnya, agak ke atas. Jamy terbelalak lalu menahan tangan Lika. "Jingan, Lu mau ngapain?" "Angkat dikitlah, risih Gua. A-aaa," Lika hampir terjatuh, namun Jamy dengan cekatatn memeluk pinggang Lika, mencegah wanita itu mencium lantai. Hening. Mata mereka beradu, semua orang terdiam di tempatnya. Jay hampir terkena serangan panik. Dia ingin menyeret Lika dari pelukan Jamy. Namun, tampaknya tamu undangan yang lain malah terpesona. Entah mengapa pemain musik malah memainkan, "Canon in D Major" dari "Johann Pachelbel" menambah romantisnya adegan itu, dan tentu saja membuat hati Jay semakin terbakar. "W-woy ... Jam, udah njir, pinggang Gua sakit nih," "Bentar lagi, belum saatnya." "Emank Lu nungguin apaan?" Jamy melirik, tampak beberapa tamu masih terpesona, "Nah, sekarang," Jamy lalu menarik Lika, mereka berdua berputar dua kali, musik Canon masih terus terus berputar selaras dengan gerakan mereka yang serasi. Beberapa detik kemudian, Jamy menghentikan gerakannya. Para tamu bertepuk tangan histeris dan beberapa mengacungkan jempol pada Jamy. "Nah gitu donk, tu baru cowok," ucap seorang tamu ibu-ibu dengan gaun kuningnya yang mencolok. "Gentle banget sih, kalau kalian gak jadian hubungi Ibu ya, Ibu punya anak cewe, siapa tau jodoh," ucap emak-emak yang mengenakan turban dengan kristal besar dikepalanya, mungkin dia mau memantulkan cahaya matahari untuk membuka pintu gua. Jamy hanya tersenyum lalu membungkuk beberapa kali, "Lihat? sebenarnya Jay mah masih kalah jauh dari Gua," ucap Jamy menyombongkan diri. Jamy akhirnya berjalan menuju tempat Jay dan Khun Thivat berada. Lika tak mau ambil pusing, dia mengangkat gaunnya lalu mengikuti Jamy. Begitu sampai di depan Jay, Lika kembali menurunkan gaunnya, bersikap malu-malu seperti gadis desa. "Maaf Khun Thivat, kami terlambat." Jamy tersenyum lalu mengulurkan tangan. "No problem, kita baru aja mau mulai," Khun Thivat menyambut tangan Jamy. Jamy kemudian mengulurkan tangan ke Jay. Jay menyambut tangan itu, namun mencengkramnya kuat. Merasakan tekanan di tangannya, Jamy balas mencengkram lebih kuat lagi. Jay membalas lagi, Jamy lebih bertekat lagi. Akhirnya Jay menyerah lalu melepaskan tangannya. Jamy tersenyum senang. Lalu menarik Lika mendekat. "Kenal dia kan? Lika karyawan setiaku," ucap Jamy, Lika memegangi dadanya lalu membungkuk beberapa kali. "Pu, cupu. Itu si Anak TK?" Juliana memukul-mukul bahu Mawes. Mawes memperbaiki kacamatanya dan melihat dengan seksama, "Wah cantik juga ya," "Apaan sih Lu, gak boleh liat yang bening dikit langsung lemah tuh imin," "Lah, kok Lu marah sih? btw imin itu apaan?" "Tau ah, males ngomong ama Lu, ngeselin." "Kok ngamok, Jul ... oy Ijul," *** Begitu Jamy disana, mereka langsung memulai acara pembukaan. Acara utama berakhir tak sampai tiga puluh menit. Kini mereka mengadakan acara makan dan dansa. Jamy dan Lika berdiri melihat orang-orang yang berdansa pelan. Lika terlihat gembira melihat pemandangan itu, dia menepuk-nepuk tangannya dan tersenyum riang. "Sialan, ternyata dia senyum begitu kesemua orang?" gerutu Jay yang berdiri tak jauh dari Lika dan Jamy. "Ka, mau dansa gak?" ajak Jamy. "Dansa? mana mungkin stalker bisa dansa." gerutu Jay. "Mau sih, tapi kan Gua gak bisa dansa," Like cengengesan sambil menggaruk leher belakangnya. "Nah, bener kan," Jay menarik nafas lega. "Nanti Gua ajarin, gampang kok, yuk," Jamy mengulurkan tangan. "Gak bakal. sia-sia dah ngajak dia mana ma ..." "Yok, semangat nih," Lika peregangan sejenak, lalu menyambut tangan Jamy. "T-tunggu dulu. masa nolaknya sekali doank? gak bisa ini gak bisa dibiarin." Jay gelagapan, akhirnya dia mengambil minuman yang dibawa pelayan, lalu mendekat ke arah Lika dan Jamy, byur! Jay menyiram air tersebut ke gaun Lika, hingga Gaun, berbahan ciffon itu basah dan meninggalkan noda. "Wa ... maaf gak sengaja," ucap Jay pura-pura bengok. "Lu apa-apaan sih!" Jamy terlihat kesal. "Ye kan Gua bilang, gak sengaja." "Ka, Lu gak papa?" Jamy memeriksa Lika. "Gak papa gaize gak papa, nyantuy saja," Lika masih tersenyum sambil menarik-narik gaunnya, "Gua ke toilet dulu yak," Lika berjalan cepat ke toilet. Jay mengangkat tangannya, lalu pergi dengan wajah tanpa dosa. "Ugh! kalau gak di acara kayak gini. Gua bonyokin tuh muka si Jay, ngeselin banget," omel Jamy lalu, menghabiskan minumannya karena suhu tiba-tiba terasa panas. *** Lika yang baru keluar dari toilet, terkejut melihat Jay sudah berdiri di luar pintu toilet. "K-Khun Supp? ngapain?" "Baju Lu basah kan? nih ganti!" Jay menyodorkan sebuah tas belanjaan. Lika mengambil tas tersebut dan memeriksa, "Hoodie? Waduh masih ada labelnya. Baru beli?" "Lu kira Gua kurang kerjaan beliin Lu hoodie jam segini? nih punya Gua gak dipake!" "Kenapa dibawa kesini?" "Jangan banyak bacot, pake aja!" "Kenapa ukurannya pas?" Lika mengendus hoodie tersebut, "Bau-baunya emank kayak baru keluar dari toko," Lika lalu melihat ke dalam tas belanjaan lagi, "Nah ada pasangannya juga, kenapa ada celananya?" "Cerewet banget sih Lu! udah ganti sana!" Jay mendorong Lika kembali ke toilet. Lika terpaksa masuk dan mengganti bajunya. Jay menunggu di depan toilet sambil tersenyum. Asal tahu saja, hoodie tersebut memang baru keluar dari toko. Walau bukan Jay yang membelinya, dia menelepon pemilik toko kenalannya yang berada tak jauh dari gedung acara agar mempersiapkan hoodie tersebut. Lalu, salah satu tim Avengers-nya, yaitu Pak Pras, yang mempunyai skill mengemudi diatas rata-rata manusia normal, bertugas menjemput hoodie itu dalam waktu lima menit. Begitulah caranya hoodie bisa sampai ke tangan Jay, tepat waktu. Dua puluh menit kemudian, Lika yang telah memakai hoodie lengkap dengan celananya keluar. Jay otomatis bertepuk tangan. "Nah, ini baru pas. Gak cocok Lu pake gaun, keliatan udiknya," ucap Jay membuat Lika cemberut. Jay memperhatikan wajah Lika, dia terdiam sejenak, "T-tunggu dulu, gak bisa dibiarkan ini," Jay mengambil sebuah masker dari kantongnya, "Untung tadi beli, nih pake," Jay memakaikan masker ke wajah Lika secara paksa. "Apaan sih Khun Supp, bengek nih make masker segala," "Nah ini, baru keliatan cantik," "Ha, beneran, aku cantik make masker? ya udah kalau gitu gak jadi bengek deh, hehehehe," Jay kembali melihat penampilan Lika, Lalu pandangannya teralihkan oleh kaki Lika yang masih memakai high heels. "Sial, Gua lupa suruh Pak Pras beli sepatu juga," gumam Jay. "Apa? Pak Pras kenapa Khun?" "Gak kenapa-napa, ya udah balik lagi ke tempat acara. Makan sana, laper kan Lu?" Lika menggosok-gosok perutnya, "He eh, tadi make gaun mau makan takut kotor, eh gaunnya malah kesiram," "Gak usah Lu pake gaun-gaunan lagi. Gak cocok! gini aja, udah paling bener." Jay berjalan cepat meninggalkan Lika sambil tersenyum. *** Acara pembukaan selesai, Jamy mengomel sepanjang jalan sambil mengantar Lika pulang. Dia kesal karena Jay sudah merusak gaun yang dia beli mahal-mahal. Namun, Lika hanya senyam senyum tak jelas, dari tadi sibuk menciumi lengan hoodie yang dipakainya. "Lu dengerin Gua gak sih Ka, napa Lu dari tadi senyam senyum aja kek orang gak waras? oh iya Lu emank gak waras. Tapi napa Lu nyiumin tuh hoodie dari tadi?" "Bekas dipegang Khun Jay tau, baunya lengket, wuahahaha," "Astagfirullah ... tobat Gua ngomong ama Lu, serah Elu dah!" *** Pukul 11 malam, setelah membersihkan diri, Jay kemudian mendapat notifikasi di gawainya. Notif tersebut dari akun Isteri Sahnya Khun Suppasit yang sengaja Jay ikuti untuk memantau akun tersebut. Tampak unggahan sebuah foto yang membuat Jay kesal. "Gua tau dia bakal ada disini, gimana caranya dia bisa masuk ke acara pembukaan perusahaan? pasti dapat undangan dari orang dalem." Beberapa menit kemudian, satu foto diunggah lagi. Foto yang memperlihatkan, Jay berdampingan dengan Jamy. Dengan caption : Pilih siapa Gaize? Bagai dikejar peluru. Puluhan bahkan ratusan komentar langsung muncul di bawah foto tersebut. BucinJay : "Wah dua serbuk berlian" "S-Serbuk berlian? masa Gua sama dia disamain sih, Gua berliannya, dia sih serbuk deterjen!" omel Jay MenantuMethanan : "Khun Jay yang terbaik" "Nah ini baru bagus, bentar-benar Gua like komentar Elu!" Sheilamu : "Itu Abang Jamy, yang punya JJ Kosmetik, anjir ganteng juga!" "Eh bangsad, apaan sih ganteng dari mana, mana nih tombol unlike nya, gak ada ya?" ssunnysorch : "Menciptakanmu adalah kuasa Tuhan, tapi mencintaimu adalah kuasa terindah dari Tuhan yang diberikan padaku" "Idih-idih ... komennya kenapa di sini bangsad! di foto Gua yang lain kek? ngeselin bener!" Kevin : Abang, remnya blonk ya, kok gantengnya ngegas?" "Ng-ngegas? dia bilangin siapa sih? K-kevin? ini cowo apa cewe?" Jay lalu menggulirkan layar gawainya hingga ke bawah. Semua komentar dia baca satu persatu, hingga matanya hampir keluar. "Kenapa, kebanyakan ngomentari si tukang bedak? aish gak bisa dibiarin ini, pokoknya gak bisa!" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD