Ghibah

738 Words
"Tanya apa?" "Tanya, kamu mau gak balikan ama Aku? kan Aku dah bilang, bakal tanya terus sampe kamu jawab iya." "Bukannya ntu termasuk pemaksaan yak?" "Mana ada. Kan Akunya gak maksa kamu buat langsung jawab iya," "Tapi kan ... tetep aja. Masa tiap ari ditanyain," "Kan biar cepet dapat jawabannya." "Kalau Aku gak mau balikan?" "Aku tunggu sampe kamu mau." "Kalau Aku sukanya ama orang lain?" "Gak mungkin." "Idih, tau darimana? emanknya cowo di dunia ini cuman Khun Jay doank?" "Banyak sih. Tapi yang ganteng, kaya, baik and yang kamu cinta kan cuman Aku." Jay tersenyum. Senyum yang sangat menjengkelkan. Lika ingin membantah semua perkataan Jay. Tapi, yang Jay katakan memang benar. Mana mungkin Lika bisa berpaling dari manusia tampan dengan kepercayaan diri selangit ini? "Nih orang ngeselin banget. Tapi Gua gak bisa marah." Lika menghela nafas, lalu beranjak meninggalkan Jay. Jay tersenyum puas, karena berhasil menggoda Lika dengan tingkah anehnya. Jay sendiri tak menduga bahwa dia bisa bertingkah menjengkelkan seperti itu. "Kayaknya Gua udah gila, baa! (gila)," ucap Jay sambil cekikikan tak jelas. *** Keesokan harinya. Lika kelabakan dari pagi karena diteror Jamy. Jamy memaksa Lika untuk masuk hari ini. Jika tidak, Jamy mengancam akan datang ke rumah Lika membawa satu galon jamu pereda sakit datang bulan. Lika terpaksa buru-buru mengurusi Jay. Dia bahkan memaksa Jay untuk bangkit dari tempat tidurnya, dan menyuruh Jay untuk segera pulang. "Kamu kenapa sih ... kan masih pagi, lihat? masih Jam sembilan." Jay menyodorkan jam tangannya ke depan Lika. "Aku mau kerja! penting nih, kalau gak masuk hari ini, bisa-bisa Jamy beneran bawa galon isi jamu!" "Kan udah Aku bilang, biar Aku yang ngomong ama Jamy," "Gak! Khun Jay jangan macam-macam ya, marah nih Aku," "Tapi, Aku belum mau pulang," "Ya udah. Tunggu aja disini, nanti pulang sendiri ye, Aku cabut dulu," Lika memakai sepatunya, lalu bersiap pergi. "Tunggu! kamu beneran mau ninggalin Aku?" "Kan ude dibilang, Aku mau kerja. Udah telat nih!" "Bentar!" Lika yang tadinya hendak tancap gas, terhenti. Dia berbalik menatap Jay, sambil menghela nafas, "Apaan lagi sih," "Kamu masih belum mau balikan ama Aku?" Lika memutar bola matanya, lalu menghentak-hentakkan kaki, mendengar pertanyaan Jay. "Kenapa nanyain itu mulu, sih ..." "Masih kesel kayaknya ya, ya udah besok Aku tanya lagi." "Budu ah, Aku pergi kerja dulu," Lika berjalan cepat kearah pintu. "Stalker!" Begitu Lika menyentuh gagang pintu, tiba-tiba Jay memanggil lagi. Lika terdiam, lalu berbalik dengan kesal. Tatapannya seolah ingin mengajak Jay baku hantam. Jay tersenyum lembut lalu melambaikan tangannya, "Hati-hati di jalan, nanti Aku telepon yah," ucap Jay dengan santai. Lika tak menjawab, dia menutup matanya, lalu melangkah keluar dari kamar Jay dengan lunglai, "Otak Khun Jay kayaknya bener-bener gak beres. Kebentur benda keras kali yak," *** "Pak Pras, gak jemput Khun Jay lagi?" Ijul yang melihat Pak Pras di parkiran belakang kantor, segera menghampirinya. Pak Pras mengenakan seragam berwarna dongker dengan kain di tangannya. Dia tampak mengelap body Juwita, mobil dinas berwarna hitam kesayangannya, dengan teliti dan hati-hati. "Pak Bos masuk rumah sakit," ucap Pak Pras, masih asik dengan usapan lembutnya ke spion Juwita. "Hah, yang bener? berarti dua hari Khun Jay gak masuk gara-gara sakit? parah banget ya? biasanya kan Khun Jay tetap masuk walo lagi sakit parah sekalipun." "Gak tau, tanya Mawes gih, kan Mawes yang ngerti jadwal Pak Bos," "Mawes sibuk banget. Hoo pantesan, mungkin dia sibuk gara-gara ngurusin kerjaan Khun Jay." "Gua denger sih, Pak Bos ujan-ujanan. Untung dia bawa si Jelita. Kalo bawa Juwita kan Gua jadi sedih, ngliat kesayangan Gua diujan-ujanin. Ntar masuk angin lagi," "Ih, Pak Pras. Mana ada mobil masuk angin," "Lu gak ngerti sih, mobil juga punya masalah sendiri, ya kan, sayang," Pak Pras mengusap Juwita sambil tersenyum. "Kok bisa Khun Jay ujan-ujanan?" "Nah, ini yang mesti kita cari tau. Mawes gak ada cerita apa-apa?" "Boro-boro cerita, kan ude dibilang selama Khun Jay gak masuk, Mawes sibuk banget, semalam Gua ajak ke kantin aja dia gak sempat." "Kayaknya ada something happend, Gua mencium bau-bau perghibahan yang mantap." "Astagfirullah, Pak Pras. Jangan ngajak ghibah lagi ah, dosa." "Kalau ghibahnya mantap?" "Tetap dosa." "Ya udah, biar Gua yang cari tau." "Nanti kasih tau ye, kalau dah dapat info." "Lah, Lu bilang ghibah dosa." "Kan Gua cuman mau minta info, bukan ngajak ghibah," "Oh, iya juga. Kalau udah ada kabar kita ngumpul di kantin. Jangan lupa ngintilin si Mawes. Dia diem-didem tapi kotak suaranya banyak." "Beres." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD