Tanya terus

555 Words
Hampir satu jam lamanya, Lika masih belum masuk ke ruangan Jay. Kini dia memilih untuk duduk di taman rumah sakit. Berpikir dengan otaknya yang agak sedikit kurang pintar. Dia ahli meretas dan menguntit. Tapi, masalah perasaan, dia berada di level yang berbeda. Dia tak secerdas keahliannya. Lika menghentikan lamunannya tatkala mendengar gawainya berbunyi. Setelah melihat siapa yang menelepon, Lika langsung menjawab telepon tersebut. "Halo, Khun Jay," "Kamu dimana?" "Aku ... lagi di taman rumah sakit," "Kamu tadi pake hoodie abu-abu, kan?" Lika melirik pakaiannya, "I-Iya, Hoodie abu-abu " "Oh ternyata beneran kamu," Suara Jay tedengar dekat. Lika menoleh ke belakang. Tampak Jay sudah berdiri di Belakangnya, dengan infus yang sudah dilepas dari tangannya. "Aku kira tadi bocil dari mana, duduk sendirian disini. Hampir Aku lapor satpam, takutnya anak ilang," Jay tersenyum lalu duduk di samping Lika. "Khun Jay! ngapain keluar dari kamar? trus infusnya kok dicopot?" "Kata dokter udah gapapa, malah disuruh pulang. Tapi lagi males besok aja pulangnya, Kamu temenin Aku sampe besok ya," "Lah, besok pagi Aku harus kerja loh, Jamy ude nelpon-nelpon suruh masuk," "Izin aja, biar Aku yang infoin ke Jamy," "J-Jangan!" Lika terbelalak. "Kenapa?" "B-Biar Aku aja yang ngasih tau." "Takut ama Jamy, Ya?" Jay menunjuk wajah Lika sambil tersenyum. "Ih, mana ada," Lika menggeser duduknya, lalu menatap ke depan. Kearah bunga melati mini yang tumbuh subur di samping tembok rumah sakit. "Jadi, malam ini temenin Aku disini lagi yah," ucap Jay mengikuti arah pandangan Lika. "Nanti Vina ngambek. Trus Khun Jay diomelin Khun Thivat lagi," "Gak papa. Asal ada kamu," Jay menatap Lika lekat. Lika terdiam sejenak. Dia tak mengerti sejak kapan Jay mulai menjadi buaya tukang gombal seperti ini. Bukannya dulu dia yang selalu menggombali Jay? "Khun Jay, selama kita putus, Khun Jay kenak penyakit parah?" Lika bertanya dengan wajahnya yang serius. "Loh, kok nanya gitu?" "Abisnya, sekarang Khun Jay jadi aneh. Biasanya mana pernah ngomong kayak gini," "Kelamaan kangen sama kamu kali," "Khun Jay apaan sih! jadi makin aneh, tau gak." "Hahaha, Khotot (maaf)," "Khun Thivat udah pulang?" "Hmm, abis ngomel-ngomel kayak yang kamu bilang," "Khun Thivat ngomel karena peduli ama Khun Jay, makanya ..." "Trus kamu peduli gak ama Aku?" Jay memotong perkataan Lika. Lika tertegun sejenak. Beberapa detik kemudian, Lika terbatuk lalu mengalihkan pandangannya, "Khun Jay, hari ini kenapa sih?" "Cuman nanya, kamu peduli gak sama Aku?" "G-Gak juga," "Trus kenapa bawa Aku ke rumah sakit?" "Kalau Khun sekarat di rumah Aku, nanti Aku yang repot." "Trus kenapa masih disini? kenapa bolos kerja segala?" "Kan Aku nganterin Khun Jay," "Abis nganter kan bisa langsung kerja, kenapa gak pergi?" "Mau mastiin Khun Jay baik-baik aja." "Kenapa harus mastiin? katanya gak peduli," "I-Itu ..." Lika tak bisa bicara lagi. Dia berdiri dengan kesal sambil menyilangkan tangannya, "Budu ah, mau balik ke kamar." "Ke kamar siapa? kan itu kamar Aku," Jay diam-diam tersenyum. Menggoda Lika mungkin sudah menjadi hobi barunya. "Tau Ah! ngeselin!" Lika hendak beranjak dari tempatnya. Nanun, Jay tiba-tiba menangkap tangan Lika, membuat Lika terhenti. "Kamu itu peduli ama Aku. Aku tau kok, makanya ..." "Makanya apa?" "Makanya kamu masih nemenin Aku sampe sekarang. Hmm, hari ini kesempatan bertanya Aku udah abis. Jadi besok Aku bakal tanya lagi." "Tanya apa?" "Tanya, kamu mau gak balikan ama Aku? kan Aku dah bilang, bakal tanya terus sampe kamu jawab iya." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD