Pertemuan setelah putus

1179 Words
Setelah dari pertarungan yang sengit itu, Jamy kembali ke rumah Lika sambil membawa banyak makanan dan beberapa vitamin. Lika masih duduk lesu di sofanya, tapi sekarang dia tidak memakai selimut lagi. Dia sudah mengenakan t-shirt berwarna ungu yang kebesaran serta celana trening. "Ncel, makan cemilan dulu. Gua masakin bubur bentar," ucap Jamy lalu bergegas menuju dapur. "Gua gak mau bubur!" teriak Lika, membongkar plastik yang berisi cemilan di depannya. "Trus Lu mau apaan?" Jamy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sedang kebingungan melihat dapur Lika yang berantakan. Tak ada piring bersih sama sekali, semuanya berserakan di wastafel. Jamy membuka penanak nasi elektrik milik Lika. Di dalamnya ada nasi yang telah mengering karena dibiarkan berhari-hari. Jamy mencabut colokan dari penanak nasi tersebut lalu menghela nafas, "Ini rumah atau gudang sih? lebih bersih gudang kayaknya daripada rumah Lu" omel Jamy. "Gua makan ini aja," ucap Lika yang berjalan menuju Jamy sambil menenteng sebuah roti di tangannya, dan sosis ukuran jumbo tersumpal di mulutnya. "Kita makan diluar aja. Rumah Lu berantakan banget, jadi saket kepala Gua ngliatnya." "Gua gak nafsu makan. Mau ngemil aja," "Lu dari semalam gak ada makan nasi, kan? pokoknya kita makan diluar. Mau apa? nasi padang pake rendang? pake ayam bakar? pergedel kentang? ambil aja semuanya." Lika kembali berjalan ke sofa dan merebahkan diri. Jamy mengikuti Lika Lalu duduk di depan wanita yang terlihat seperti orang kurang gizi tersebut. "Lu kenapa lagi? ude jangan pikirin si Jay, gak penting banget tau gak, mikirin dia," "Gua kangen, pengen ngebucin tapi Gua masih sedih, padahal Khun Jay jahat banget, beh pengen Gua tonjok mukanya." "Gak perlu. Si Jay ude Gua tonjok, sampe bonyok," "What! Lu mukul Khun Jay!?" Lika langsung terbangun dan terbelalak menatap Jamy. "Ho oh, dua kali." "Jam! kok jahat banget sih ... kenapa Lu pukul Khun Jay!" Lika melempar bantal kursi kearah Jamy. Jamy lalu menangkap dan memeluk benda tersebut. "Lu masih belain dia? dia pantes dipukul. Masih mending gak Gua buat masuk rumah sakit." "Bukan gitu, nanti kalau Khun Thivat gak seneng trus Lu dilaporin, gimana? Lu jangan ngulah lagi de, Lu kan udah janji, bakal berenti jadi preman." "Alah, bilang aja Lu khawatir karena si Jay Gua hajar. Asal Lu tau ya, si Jay itu gak ngotak. Kan Lu liat sendiri dia selalu perhatian ama Vina, padahal si Vina hampir buat Lu celaka!" "Celaka gimana? Vina gak pernah gangguin Gua kok," Jamy terdiam, dia berdehem beberapa kali, lalu mengalihkan pandangannya, "M-Maksud Gua, gara-gara Vina ..." "Jam, Lu nyembunyiin sesuatu dari Gua? jangan coba-coba ngeles depan Gua ya, Gua tau kalo Lu lagi bohong." "Vina yang udah nyuruh orang buat ngurung Lu di gudang pas acara perusahaan waktu itu!" Jamy akhirnya bicara. Dia memang tak bisa berbohong jika sudah berhadapan dengan Lika. Jamy menceritakan semuanya, toh cepat atau lambat Lika juga bakal tau. Lagian sekarang Lika dan Jay sudah tak punya hubungan apapun lagi. Jadi Lika harus tau semuanya agar dia bisa "move on" dari Jay. "Makanya Lu jangan pikirin dia. Di otak si Badjingan itu cuman ada Vina. Lu harus move on. Hapus tuh akun fanbase Elu yang gak berfaedah." Lika terdiam, dia tak menyangka hal seperti ini bisa menimpanya. Dulu setiap dia menonton drama korea, pemeran utama wanita pasti dihadapkan dengan masalah seperti ini, dan dia bercita-cita menjadi pemeran utama wanita, karena disana pemeran utama wanita selalu mendapatkan akhir yang bahagia. Tapi, setelah mencicipi pahitnya percintaan, dan kejamnya kelicikan. Lika tak ingin menjadi pemeran utama wanita lagi. Dia ingin menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Di drama jelas ada akhir yang sudah di pastikan oleh penulis naskah. Penulis naskah menentukan akhir cerita sesuai keinginannya. Namun, Lika berbeda. Dia berada di dunia nyata yang naskah hidupnya tak bisa di set oleh penulis manapun. Hanya Tuhanlah yang tahu. Hasil akhir dari kisahnya belum tentu bahagia, tapi dia sudah mencicipi bagian dari kepahitan itu. "Ternyata, Vina yang lakuin itu? sia-sia aja Gua berpikiran baik selama ini, harusnya Gua tetap suudzon," Lika menunduk dengan wajah sedih. "Makanya, Lu jangan pikirin mereka lagi. Bangun cepetan! piring kotor tak akan bersih dengan sendirinya, Lu harus cuci piring! ude ancur-ancuran tuh dapur Lu!" "Aaa, gak mau! Gua lagi sedih!" "Gak ada sedih-sedihan, bangun! bangun gak," Jamy menarik tangan Lika. "Gak mau ..." Lika memberatkan tubuhnya. Jamy kemudian menggendong Lika lalu membawa Lika ke dapur, "Aaa! Jamy!" "Cuci piring! biar Gua yang ngepel rumah," "Capek ..." "Mau gua siram Lu pake air sabun?" "Aaa, gak mau!" Lika berlarian di sekitar rumah, Jamy berkeliling mengejar Lika. Jamy berusaha agar Lika tertawa dan melupakan kesedihannya. Setelah ini dia tak kan membiarkan Lika menangis lagi. *** Beberapa hari berlalu. Lika mulai masuk kantor setelah bersemedi di rumahnya. Kini perasaannya sudah mulai membaik. Lika mulai membuka kain yang digunakannya untuk menutupi potret Jay. Sedih di hatinya masih terasa. Namun, Lika memutuskan untuk bangkit kembali. Dia memurnikan hatinya sebagai fans yang kecewa, dan mulai melangkah maju. Namun, dia masih hiatus dari akun fansbase-nya. Dia tak pernah membuka sosial medianya atau membuka laptopnya. Dia memutuskan untuk berhenti sejenak, hingga hatinya benar-benar pulih. Setelah dua minggu, Lika mulai tersenyum lagi. Dia makan banyak makanan enak, tidur cukup, dan kembali ceria seperti biasanya. Lika mengatakan kepada Jamy bahwa dia sudah baik-baik saja. Jamy merasa lega, lalu memberikan Lika hadiah, berupa voucher makan di restoran mahal. Disinilah Lika berada sekarang, duduk sambil menunggu pesanannya tiba, dia juga menunggu Jamy. Jamy mengatakan bahwa dia akan menyusul Lika setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan. Entah siapa atasan di kantor itu, tapi Lika jelas merupakan karyawan yang spesial. Lika tersenyum sumringah, sangat bersemangat membayangkan apa yang akan dia santap. Beberapa menit kemudian, Lika memutuskan untuk ke toilet. Namun, tiba-tiba gawainya berbunyi. Dia mengangkat telepon tersebut sambil melangkah menuju toilet yang ada di pojok restoran. "Jam, Lu dimana?" ucapnya dengan suara cempreng. "Bentar lagi Gua nyampe. Lu udah pesan makanan?" "Udah ... Gua pesan porsi jumbo." "Asal abis aja, kalau gak abis gua pites Lu," "Tenang, Gua bakal menyelamatkan semua makanan yang ada di dunia, hohoho." Buk! tiba-tiba Lika menabrak seseorang, "Ah, maaf. Gak senga ..." Lika terdiam ketika menatap orang di depannya. Ternyata Lika baru saja menabrak Jay, dan di samping Jay, berdiri Vina memakai gaun berwarna putih dengan dandanan wajahnya yang shoft seperti biasa. "S-Stalker?" Jay ikut terdiam. Lika melihat tangan Vina menggandeng lengan Jay dengan erat. "Ncel, kenapa?" terdengar suara dari ujung telepon. Lika tersadar lalu mengalihkan pandangannya. "Ah, gak kenapa-napa," Lika menurunkan gawai dari telinganya, lalu menatap Jay, "Sorry, gak sengaja," ucap Lika kemudian, dan berlalu melewati Jay. "Stalker, tunggu!" Jay hendak mengejar Lika. Namun, Vina menahan tangannya. "Kenapa sih Phi. Biarin aja dia, kita cari tempat duduk yuk," ajak Vina. Vina menarik Jay lalu memilih tempat duduknya, Jay masih menatap kearah tempat Lika pergi. Ini pertama kalinya dia bertemu Lika sejak putus. Entah mengapa Jay merasa gugup dan canggung. Fakta bahwa dia dan Lika tak punya hubungan apapun lagi, terasa begitu asing bagi Jay. Dia telah terbiasa dengan sosok Lika yang ceria, dia juga telah terbiasa dikejar-kejar Lika hingga dia muak. Tapi kini, mereka berdua tak lebih hanya sekedar orang asing. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD