Jangan dengerin

599 Words
Pukul sembilan lewat tiga puluh menit. Jamy dan Lika kini berada di Methanan Group. Ditemani Maya, Sekretaris Khun Thivat. "Khun Thivat akan tiba dalam lima menit, kita ke ruang meeting dulu," ucap Maya sambil mempersilahkan Jamy dan Lika untuk memasuki lift. Beberapa menit kemudian, mereka memasuki ruang meeting. Ijul dan Mawes sudah menunggu disana. Melihat itu, Lika melambaikan tangannya kearah Mawes sambil tersenyum. Mawes dan Ijul berdiri lalu membungkuk kearah Jamy, "Selamat pagi, Tuan Jamy," ucapnya kemudian. "Pagi, ngapain berdiri segala? duduk aja." Mereka kembali duduk, Lika duduk di depan Mawes. Lalu menatap Mawes dengan senyumnya yang ceria. "Wes, Khun Jay mana? belum datang ya?" tanya Lika. "Belum, mungkin lagi di jalan." "Oh, okhe," Lika melihat kearah pintu menanti kedatangan Jay, "Apa Gua tunggu di luar aja yak?" Lika berdiri dari duduknya lalu beranjak. "Mau kemana Lu? jangan kelayaban, meeting mau mulai nih," "Keluar bentar, kan Khun Thivat belum dateng," Lika melangkah keluar sambil clangak-clinguk di lorong ruangan. Beberapa menit kemudian, Lika mengendus sesuatu, " Yea, sayang aku dateng," Lika berlari dan berdiri di depan lift untuk mengejutkan Jay. Begitu lift terbuka, "Wua!" Lika langsung melakukan aksinya. "Aaa! Phi Jay ..." tak disangka Lika malah mengejutkan Vina. Gadis dengan rambut ikal dan dandanan soft tersebut segera merangkul Jay. Melihat hal tersebut, Lika langsung terdiam. "Kamu siapa? bisa-bisanya main-main di perusahaan, kamu pikir ini sekolahan anak kecil?" omel Vina. "Stalker," "Sayang ..." Lika memasang wajah bersalah. "Sayang? m-maksudnya ..." "Ah, Vin ini Lika, Lika ini Vina," Jay memperkenalkan. "Oh, jadi ini sepupu kamu yang kamu ceritain itu? hai aku Lika," Lika mengulurkan tangannya kearah Vina. Vina yang masih merangkul tangan Jay, hanya diam. Setelah beberapa detik, Lika akhirnya menurunkan tangannya, lalu menatap tangan Vina yang sedang merangkul Jay. "Vin, bentar yahh," Jay melepaskan tangan Vina darinya, lalu menarik Lika menjauh. "Kenapa, yank?" tanya Lika keheranan. "Mmm, maaf ya. Vin itu orangnya agak sensitif." "Oh gitu, gak papa kok," "Makanya, jangan sampai Vin tau kita pacaran." "Lah, kenapa?" "Udah dibilang dia sensitif. Trus dia gak suka denger kabar yang mendadak. Nanti aku yang bilang ama dia pelan-pelan. Bisa yah ... please," "Hm, ya udah de gak papa." "Makasih, yuk balik kesana." Jay berlalu menuju kearah Vina, diikuti Lika di belakangnya. Sesampainya disana Khun Thivat ternyata sudah menunggu di samping Vina. "Jay, kamu kemana aja? masa kamu biarin Vina berdiri sendirian disini?" "Sorry Ayah, ada urusan sebentar tadi. Ini kok ada Lika disini? berarti Jamy juga ada?" "Iya, kita mau meeting tentang pencocokan warna produk." "Kok Aku gak dikabari sih. Vin, kamu tunggu di ruangan Phi yah, Phi mau meeting bentar." "Phi? kok boleh sih tuh cewe manggil sayang akuh Phi? ah apa itu untuk panggilan dalam keluarga aja? kan tu cewe sepupunya dia," batin Lika. "Kamu gak perlu ikut meeting. Temenin Vina aja." "Loh, gak bisa donk, Yah. Kan proyek ini aku yang pegang." "Kasian kan Vina sendirian nungguin kamu di ruang kerja." "Makanya, kenapa gak bilang kalau hari ini ada meeting, Mawes juga gak ada infoin." "Sengaja. Ayah yang minta Mawes gak infoin. Kamu kan harus nemenin Vina." "Yah, kalau tau ada meeting, Vin gak bakal ikut. Kan ngerepotin Paman ama Phi Jay." "Gak papa kok Vin, meeting nya, gak penting. Jay, temenin aja Vina, masih ada Mawes kok buat wakilin kamu." Khun Thivat segera berlalu ke ruang meeting. Lika masih membatu melihat Jay dan Vina di depannya. "Pasti bukan sepupu biasa." kata-kata Jamy terputar otomatis di kepala Lika. Lika menatap Vina sekali lagi, gadis itu tersenyum lalu kembali menggandeng tangan Jay, "Mereka kan saudaraan. Udah pasti akrablah. Jamy ngasih pengaruh buruk ih. Jangan dengerin Jamy, jangan dengerin." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD