Kecelakaan

979 Words
Jay membawa Vina masuk ke ruangannya. Lika tampak kecewa, lalu memasuki ruang meeting dengan cemberut. "Napa jelek gitu tampang Lu, abis ngapain?" bisik Jamy kepada Lika. "Gak ada!" jawab Lika ketus. "Oy, Pu. Bos Lu mana? pasti beduaan sama cewe body kecapi yang Lu bilang ye?" Ijul yang duduk di depan Lika ikut berbisik ke Mawes. "Kebiasaan ya Lu, Bos Elu juga tuh. Mana Gua tau dia dimana, gak ngerti Gua." "Baiklah kita mulai meeting-nya," ucap Khun Thivat sambil memeriksa dokumen di depannya. Begitu mereka mulai bersiap, tiba-tiba Jay masuk ke ruangan meeting, lalu duduk di samping Khun Thivat, "Maaf. Aku terlambat," ucapnya kemudian. "Jay, kamu gak nemenin Vina? kan Ayah udah bilang, Mawes bisa wakilin kamu," "Vina di ruangan kok, Yah. Lagian meeting juga gak lama-lama banget, kan? ayo mulai meeting-nya." Jay menoleh kearah Lika. Lika diam sejenak, tapi kemudian tersenyum lebar kearah Jay. Lika berdiri dengan semangat, lalu mulai menghidupkan infocus. Semua orang kini mengarah ke layar infocus tersebut. "Pertama, ini adalah contoh perhiasan dari Methanan Jewelry," Lika memulai sambil memperlihatkan berbagai perhiasan di layar. Mulai dari cincin, anting, dan yang paling utama adalah kalung berlian dengan desain simple yang mewah. "Kami telah menciptakan riasan yang sesuai dengan desain perhiasan ini," Lika kemudian beralih pada produk riasan dari JJ Kosmetik. Blush On, highlighter, eye shadow, beserta produk kolaborasi mereka yang menggunakan serbuk berlian dari Methanan Group, yaitu masker wajah. "Lalu, ini adalah foto para model yang menggunakan riasan JJ Kosmetik dan dilengkapi dengan perhiasan dari Methanan Group." "Wah, kamu memang cerdas Jam," ucap Khun Thivat sambil tersenyum takjub. "Jadi, kita tetap bakal ngadain acara modeling untuk produk kolaborasi ini?" tanya Jay kemudian. "Benar, Tuan. Untuk acaranya saya dan Ijul sudah membuat rancangannya," jawab Mawes. "Kita harus persiapkan semua dengan matang. Untuk modelnya kalian bicarakan saja. Mau memakai dari JJ Kosmetik, atau Methanan Ent," Khun Thivat kemudian berdiri, "Baiklah, sekian dulu meeting hari ini. Jamy, jangan pulang dulu. Kita harus makan siang," "Tapi, sekarang baru pukul 10.30, Khun. Saya kembali ke kantor saja." "Jangan, kamu disini saja hingga jam makan siang. Sebelum itu, Mawes bisa mengajak kalian berkeliling melihat pabrik Methanan." "Pabrik? pabrik tempat ngerakit berlian? wah! Jam, yok liat yok," Lika berlonjak-lonjak. "Lu apaan sih, balik kantor aja." "Kalau gitu Lu balik kantor, biar Gua yang nemenin Lika," ucap Jay. Lika auto cengengesan. Jamy menatap Jay tajam, "Ya udah kita liat tempatnya. Tapi Lu jangan kelayaban kemana-mana," "Yes!" Lika mengepalkan tangannya dengan semangat. "Kalau begitu, Mawes temani Jamy. Jay kamu gak usah ikut. Kamu harus nemenin Vina." "Tapi, Yah ..." Tok-tok-tok, "Meeting-nya udah selesai?" tampak Vina sedang berdiri di ambang pintu. "Vina, udah selesai kok Vin, tapi kami masih harus lihat pabrik." "Boleh ikut?" "Anjir nih cewe. Ngapain sih ngintilin Sayang Gua segala. Sepupu macam apa ini?" Lika menatap Vina tajam, "Aih, mungkin mereka memang akrab. Positif thingking Lika." "Kamu tunggu di ruangan bentar ..." "Gak papa kalau Vina mau ikut," Khun Thivat memotong Jay. "Beneran Paman? Vin boleh ikut?" "Iya. Jay bawa Vina sekalian ya. Jam, saya pergi dulu masih ada kerjaan." "Baik, Khun," Jamy menunduk. Khun Thivat menepuk bahu Jamy, dan berlalu. *** Kini Lika, Jay, Jamy, Vina dan dipandu oleh Mawes berkeliling di area pabrik. Lika terpesona melihat berbagai proses pembuatan perhiasan. "Waduh, Jam. Canggih bener alatnya." Jamy menarik Lika, "Hati-hati. Jangan dekat banget," ucap Jamy, ketika Lika mendekati mesin perakitan berlian. Jay melihat Jamy yang menggenggam tangan Lika, "Sialan, kenapa sih nih manusia maen pegang-pegang tangan cewe Gua segala?" omelnya dalam hati. sementara Vina dari awal masuk tadi sudah menggandeng tangan Jay. "Phi, kenapa?" tanya Vina. Karena melihat Jay yang sedang bengong. "Ah, gak kenapa-napa kok, yuk jalan lagi." Jay dan Vina mendahuli Jamy dan Lika. Lika menatap mereka berdua. Menatap Jay yang menggandeng Vina, dan wanita itu menyandarkan kepalanya ke bahu Jay. "Napa? cemburu?" Jamy meledek Lika. "Idih, ngapain cemburu? mereka kan saudaraan." "Akrab bener ya. Gua kira mereka suami istri." Lika dengan kesal memukul kepala Jamy, "Aw! apaan sih, Ka!" Jamy menggosok-gosok kepalanya. "Nyebelin banget sih Lu!" ucap Lika lalu meninggalkan Jamy, sambil mengomel. "Dasar Oon. Sama Gua aja galak. Coba sama tuh si Songong. Diem, cengengesan kek orang begok," Jamy berlari mengikuti Lika, "Woy. Jalan yang benar! jangan nabrak!". Kini Lika dan Vina berada di tempat penyimpanan berlian. Lika terpesona melihat butiran berlian yang ada di dalam wadah kaca, Vina berdiri di sampingnya. Sementara Jay dan Jamy sedang membicarakan, tentang acara yang akan mereka adakan, di sofa yang terdapat di tempat itu. "Kamu. Udah berapa lama kenal ama Phi Jay?" tanya Vina kepada Lika. "Oh, udah lima tahun," jawab Lika sambil tersenyum. "Kerjasama bisnis kalian, udah berlangsung lima tahun?" "Gak. Kerjasamanya baru empat bulanan ini. Maksudnya Gua kenal secara pribadi dengan Sa ... eh maksudnya Khun Jay udah lima tahun." "Gua ude jadi Isteri Sahnya selama lima tahun, hihihi," Lika cengengesan. "Jadi, cewe ini udah kenal Phi Jay selama lima tahun? kenapa Phi Jay bisa kenal cewe kayak gini sih?" Vina menatap Lika dari ujung rambut hingga kaki, "Gayanya urakan, jelek, kayaknya bodoh juga. Apaan sih Phi Jay mau-maunya kenal sama orang kayak gini." "Kamu pernah pergi keluar berdua aja sama Phi Jay?" tanya Vina lagi. "Pernah. Beberapa kali, hehehe," Lika kembali menatap setumpuk berlian yang ada di depannya, "Cantik banget ya, berliannya. Wah, bisnis Khun Jay emank ter-elit dah." Lika berbalik untuk melihat tempat lain. Namun, tiba-tiba ... prang! tempat berlian yang tadinya di depan Lika terjatuh, dan berserakan di lantai. Lika terdiam seketika, Jay dan Jamy segera berlari kearah Lika dan Vina begitu mendengar suara tersebut. "Ini kenapa? kenapa bisa jatuh begini!?" Jay panik melihat kecelakaan fatal yang ada di depan matanya. "I-Ini ..." Lika menatap Vina sejenak. "Phi Jay. Dia tadi berbalik, trus hoodie-nya tersangkut di wadah kaca, kaca dan berliannya jadi jatuh," ucap Vina sambil menatap Lika tajam. "G-Gua? kapan Gua ..." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD