Sosor ... Tidak ...

1531 Words
Begitu telepon dimatikan, Lika kemudian berguling-guling di tempat tidurnya. Lalu melompat dan segera berdiri di depan cermin. "Khun Jay Suppasit Methanan! ngajakin Lika Miana ke Selangor? wah! pasti di kehidupan Gua sebelumnya, Gua udah nyelamatin Negara! Eh, tapi ngapain yak ke Selangor? Ah, bodo amat. Asal sama Khun Supp, jangankan Selangor, seluruh dunia ini aja Gua jabanin!" Lika membongkar kopernya. Mencari-cari pakaian terbaik yang hendak dia kenakan, "Waktu Gua 10 menit? pake yang mana? hoodie biru?" Lika berpikir sejenak, waduh Khun Jay udah pernah liat Gua make ini sebelumnya," Lika membongkar lagi, "Hoodie abu-abu?" Lika mengendus hoodie tersebut, " Anjir, ini belum dicuci, ude Gua pake tiga kali," Lika melempar hoodie tersebut kesembarang tempat, "Nah, hoodie pink, idih, cewek banget gak sih? ngapain coba Gua beli warna ini," Lika menelungkupkan kopernya, lalu mengambil hoodie berwarna hitam, "Black emank yang terbaik." Lika mencuci mukanya. Lalu menggosok gigi. Yah, dipagi hari, Lika tak terbiasa mandi. Selain dia tidak terlalu suka air, mandi bisa mengurangi berat badan katanya. Karena dia sering diejek Jamy, makan banyak, tapi beratnya segitu-segitu saja. Ini adalah siasat tak masuk akal Lika, demi menghindari mandi. Tepat 10 menit kemudian, Lika sudah berada di lobi hotel. Dia membawa tas punggungnya dan senjata wajibnya. Kamera yang telah standbay bergantung di lehernya. "Khun Jay kemana ... aing sudah siap lahir batin ini," ucap Lika sambil mengelus-ngelus kameranya dengan lembut. Beberapa menit kemudian, tampak Mawes keluar dari lift, dan menuju ke resepsionis. "Mawes!" Lika berlonjak, lalu berlari kecil mendekati Mawes. "Ya ampun, elu persis kayak stalker. Lengkap bener peralatan Lu," ucap Mawes sambil memberikan kunci ke petugas resepsionis, "Check out, please," ucapnya kemudian. "Kok check out, Lu mau balik ke Indo?" "Iya, gak ada gunanya Gua disini, Tuan Jay udah gak waras." "Trus Khun Jay mana? ikut balik juga?" "Ya gaklah, Gua yang mau balik sendiri. Males disini, gerah ..." "Trus Khun Jay mana?" "Bentar lagi juga turun," Mawes menatap pintu lift yang baru saja terbuka, "Tuh, Sultan Elu," Lika mengikuti arah pandangan Mawes. Jay melangkah dengan santai dari dalam lift. Mengenakan T-shirt lengan panjang berwarna abu-abu. Celana berbahan Jeans lembut yang agak lebar dan nyaman. Sepatu kets berwarna putih dengan tambahan warna abu-abu. Lebih membuat kejang-kejang lagi. Jay menyisir rambutnya rapi ke atas. Lalu memakai kacamata hitam. Dum dum durum durum, tiba-tiba Lika seperti mendengar musik Believer dari Imagine Dragon. Musik itu sangat pas dengan langkah kaki Jay, yang santai dan penuh pesona. "Pain! You made me a, you made me a believer, believer," otak Lika sedang tak pada tempatnya. Bahkan dia tak mendengar bahwa Mawes dari tadi memanggilnya, akhirnya Mawes menepuk bahu Lika. Lika seketika terlonjak. "Believer, believer. Aish ... Mawes, ngagetin aja!" "Lu kenapa mangap kayak orang begok gitu? believer, believer, pala Lu, Lu kira lagi konser Imagine Dragon?" "Mawes, udah mau berangkat ke bandara?" tanya Jay begitu tiba di depan Mawes dan Lika. "Iya Tuan, ini udah selesai saya balik dulu," Mawes menatap Lika yang masih membuka mulutnya dan tak berkedip melihat Jay. Mawes lalu mendorong rahang Lika dengan jarinya, "Tutup mulut Lu anjir, Lu mau nangkap lalat?" "Wuah! selamat morning Khun Jay!" ucap Lika, begitu pikirannya yang traveling sudah kembali. "Hmm ..." balas Jay sok cool, "Ya udah, Mawes urusan pekerjaan di kantor sementara, Gua cabut dulu," Jay berlalu meninggalkan Mawes, setelah beberapa langkah Jay berhenti dan berbalik ke belakang, "Lu ngapain bengong? ikut Gua cepetan!" "Aku Khun, Lika Miana?" Lika menunjuk dirinya sendiri. "Emank Gua bicara ama siapa lagi? cepetan elah," "Hokeh!" Lika melambaikan tangannya ke Mawes lalu segera berlari mengikuti Jay persis seperti Pinguin yang sedang jalan cepat. Begitu tiba di luar, sebuah mobil telah bersiap menunggu Jay dan Lika. Lika segera membukakan pintu untuk Jay, Jay masuk lalu bergeser ke ujung. Harapannya, agar Lika ikut duduk di kursi belakang, di sampingnya. Namun, belum sempat Jay bicara, Lika sudah menutup pintu, dan langsung duduk di kursi depan sebelah supir. Lika menoleh ke belakang, dan tersenyum ceria, "Pukul 8.45 pagi, di dalam mobil, bersama Khun Jay, menuju Selangor. Berangkat?" ucap Lika dengan semangat. Jay lalu menutup matanya, dan memberi kode dengan tangan sebagai jawaban atas pertanyaan Lika. "Okhe Kha, Pak berangkat!" Supir tersebut langsung menjalankan mobilnya. Jalanan mulus dan pemandangan indah membuat Lika terpana beberapa kali. "Lu gak pernah jalan-jalan ke luar negeri ya?" tanya Jay setelah melihat reaksi Lika. "Pernah. Ke Thailand, tempat pertama kali kita ketemu, hehehe," "Thailand doank?" "Mmm ... ke KL juga pernah, 2 kali. 2 tahun lalu, dan sekarang." "Berarti pernah keliling KL?" Lika menggeleng, "Mana bisa. Waktu itu aku datang dengan Jamy. Jamy punya masalah ama Bapaknya. Disuruh pindah rumah kesini, jadi Jamy, ngamuk trus sorenya pulang deh, gak sempat jalan-jalan." "Jadi selain Thailand, Lu belum pernah jalan-jalan liburan ke luar negeri?" "Iyes, hutang banyak ih. Jadi gak ada budget buat jalan-jalan. Ke Thailand juga dipaksa demi ziarah idola." "Ziarah idola? ada idola Lu yang meninggal di Thailand?" "Bukan gitu!" Lika berpikir sejenak, "Masa Gua harus jelasin sih? ntar keceplosan dah, mampus Gua ketahuan. FP Gua bakal dilaporin ke polisi," "Napa Lu bengong?" "Hehehe, gak kenapa-napa. Tapi Khun ... kita ke Selangor mau ngapain?" Jay berdehem, "Bukannya Elu suka Kuil?" Lika terbelalak, "Kuil? jangan-jangan ... Batu Caves?!" Jay menyentuh dahinya. Berpose dan berlagak keren seperti aktor di drama korea. *** Hampir 45 menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Tebakan Lika ternyata benar, disinilah mereka. 13 km dari pusat kota Kuala Lumpur. Tepatnya di Gombak, Selangor. Batu Caves dengan patung raksasanya berwarna kuning emas yang terlihat sangat mewah, menyambut kedatangan semua wisatawan disana. Lika keluar dari mobil lalu menatap patung tersebut sambil membuka mulutnya. Jay ikut keluar dari mobil, lalu menyeringai melihat Lika, "Lu kenapa? kesambet?" "I-itu patungnya, aku cuman pernah lihat di internet. Anjir! aslinya ternyata gede banget," Lika menatap Jay, "Tapi, gak segede rasa Bucin akuh ke Khun Jay kok, tenang aja," ucap Lika lalu senyam-senyum tak jelas. "Idih. Lu ama gombalan Lu yang gak berfaedah itu," Jay berlalu meninggalkan Lika. Lika akhirnya berlari mengikuti Jay. Begitu mendekati patung, Jay menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari-cari sesuatu. Lika yang melihat itu, langsung mendekati Jay. "Khun Jay nyari apaan?" "Tempat jual tiketnya dimana?" "Hng ... bukannya masuk sini gratis? gak pake tiket-tiketan." "Yang bener?" "Hahaha, Khun Jay juga belum pernah jalan-jalan ke luar negeri ya?" Lika menunjuk Jay sambil memamerkan giginya. "Sembarangan Lu, Gua hampir tiap hari ke luar negeri!" "Iye. Tapi cuman kerja. Gak pernah jalan-jalan kan? kan?" "Bukan gak pernah, tapi gak mau! lagian ... Gua gak punya temen buat jalan-jalan." Jay terdiam lalu menghela nafas, "Sekarang ada Lika. Khun Jay tenang aja, Lika akan jagain Khun Jay. C'mon!" Lika bersemangat, lalu berjalan mendahului Jay. Jay akhirnya tersenyum melihat tingkah Lika, "Dia gak berubah sama sekali," ucap Jay sambil menggelengkan kepalanya. "Kita harus naik tangga ini?" Jay terbelalak ketika dihadapkan dengan ratusan anak tangga di depannya. "Iyes, pan kuilnya ada di atas. Jadi harus naik tangga," "Berapa banyak nih? gak mau Gua, nyari kerjaan aja sih," "Katanya mau jalan-jalan, gimana sih? gak banyak kok. Menurut internet ada 272 anak tangga. Yok ah naik, sambil ngitungin bener apa kagak," "Ogah! ngapain Gua ngitungin anak tangga segala. Lu aja yang naik, Gua tunggu disini!" "Mana bisa gitu, ayuk ah, capcus. Khun Jay ... Khun ..." Lika menarik tangan Jay. Mau tak mau Jay terpaksa mengikuti Lika. Namun, belum sampai setengah mendaki, Jay sudah kepanasan. Dia lalu duduk di anak tangga, dan mengulurkan tangan kearah Lika, "Siniin," "Siniin apanya Khun?" "Kipas mini yang dulu itu, Lu bawa kan? panas nih," "Oh, ya ampun. Kok Khun tau sih, akuh bawa kipas mini, perhatian banget," Lika cengengesan lalu mengambil kipas dari tasnya, "Ini Khun," setelah memberi kipas tersebut, Lika lalu mengambil payung, dan memayungi Jay. "Ternyata Lu selalu bawa nih barang-barang tiap kemana-mana ya?" "Hehe, iya soalnya tiap aku mau ngambil foto sembunyi-sembunyi, kadang cuacanya panas, hujan, panas lagi ..." "Ngambil foto buat apa?" Lika terdiam, dia langsung memukul keningnya, karena hampir keceplosan, "I-itu ... ngambil foto pemandangan," Jay menghelas nafas, lalu melihat Lika lagi, "Lu gak kepanasan?" "Oh, aku disuruh duduk satu payung ama Khun?" Lika yang awalnya berdiri memayungi Jay, langsung duduk di samping Jay. "Apaan sih Lu, bukan gini maksud Gua!" "Hehehe, kirain ..." Lika menggeser duduknya, namun tanganya masih terus memayungi Jay. Jay melihat keringat bercucuran di dahi Lika. Tampak wanita itu menyipitkan matanya karena wajahnya tersengat matahari. "Kalau dipikir-pikir ... ini mirip gak sih?" ucap Lika kemudian, membuat Jay tersentak. "M-mirip apaan?" "Kayak dulu kita di Chiang Rai, kita jalan-jalan berdua, cuaca panas, trus ..." "Awas!" Jay tiba-tiba menarik Lika kearahnya. Lika kaget, beberapa anak muda berlarian di tangga dan hampir menabrak Lika. "Eh, buset. Hati-hati dek, jangan larian di tangga!" teriak Jay lalu tak sengaja menatap Lika. Ternyata jarak mereka saat ini sangat dekat. Tangan Lika yang memegang payung tiba-tiba melemah dan menjatuhkan payungnya. Jay ikut tertegun. Lika menelan ludah, ketika melihat leher Jay dengan Adam Apple yang menawan itu hanya berjarak beberapa cm saja darinya. "Anjir, mampus. Sosor ... tidak ... sosor ... tidak ..." TBC ------- NB : Dulu nih dulu banget sebelum Coro menyerang, Thor pernah ke Batu Caves, nah masuknya gratis Gaize, sekarang masih gratis gak sih? ada yang tahu? jawab dunk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD