Hubungi Gua, atau Gua suruh malaikat maut buat hubungi Elu

1019 Words
"Stalker?" Jay menatap Lika lekat. Sementara itu, Lika melambaikan tangannya, sambil cengengesan tak jelas. Perlahan dia mendatangi Jay dan Jamy yang masih menatapnya tak percaya. "Hai, what's up yo," dia mengangkat tangan kearah Jay, untuk melakukan high five. Namun, Jay bergeming. Melihat itu dia lalu menatap Jamy. Bukannya menyambut tangan Lika, Jamy yang jengkel malah menjewer kuping Lika. "Lu ngapain dimari ha? ninggalin kantor pas jam kerja. Oo gini kerjaan Lu kalau Gua gak ada?" "Aduh, aduh ... sakit, lepasin!" "Rasain nih rasain!" Lika mengulurkan tangannya, dengan berjinjit akhirnya dia bisa menjambak rambut Jamy. "A-Aa! Serbuk deterjen, lepasin rambut Gua!" "Akh! lepasin kuping Gua dulu!" Mereka akhirnya saling menarik. Jay yang melihat hal itu, menghela nafas. Hari ini dia kurang tidur bahkan hingga ketiduran di kantor, karena memikirkan wanita yang sangat tidak elegan ini? dia terkekeh, menertawakan dirinya sendiri. "Kalian ngapain? kalian kira ini kebun binatang?" Mendengar suara Jay, dua orang makhluk yang tak mau kalah itu langsung berhenti. Jamy langsung melepaskan tangannya dari telinga Lika, lalu memperbaiki pakaiannya. Beberapa detik setelah itu dia berdehem, sambil memasang wajah datar. Lika menggosok-gosok telinganya yang panas, "Sialan Lu Jam, Lu mau buat Gua gak punya kuping?" Lika menatap Jay, lalu memasang senyum cerah seperti biasanya, "Hai, Khun Jay," ucapnya sambil melambaikan tangan. "Idih-idih, dasar ulet bulu, ngapain Lu disini?" Jamy duduk dengan kesal, sambil merapikan rambutnya yang berantakan. "Kalian saling kenal?" Jay tak mengerti apa hubungan kedua orang ini. Yang dia tahu baik Lika ataupun Jamy, keduanya tak memiliki akhlak yang rapi. "Khun Jay, duduk." Lika menarik kursi. Dengan senyum terbaiknya dia mempersilahkan Jay duduk. Jay lalu duduk dengan tingkah sombong. Jamy makin jengkel. Dia menarik tangan Lika dengan keras, hingga Lika terduduk di kursi. "Aa, Jamy! gak lembut banget sih jadi cowo." "Jangan sok ngedrama Lu, ngapain Lu disini?" "Jawab Gua dulu. Kalian berdua ada hubungan apa?" "Ngapain harus jawab Elu dulu? Gua yang pertama kali nanya!" "Dasar bocah!" "Lu manggil Gua bocah?" Jamy dan Jay saling tatap, mereka bisa menembus wajah satu sama lain dengan tatapan mereka. "Teng, ronde pertama selesai!" Lika mengulurkan tangan bak seorang wasit. Jay dan Jamy akhirnya berkedip dan menyandar ke kursinya masing-masing. "Lu jangan tang teng tang teng aja, jawab pertanyaan Gua." "Ho, Gua disini mau makan siang, kan tadi istirahat," "Gaya Lu makan siang di cafe, biasanya Lu milih nasi padang atau ampera sepuluh ribu." "Ih, apaan sih Jam." Lika menepuk Jamy, lalu nyengir kuda ke arah Jay, "Sialan nih Jamy, manjatuhkan martabat Gua di depan Sultan." "Lu mau makan siang kenapa bawa kamera segala?" "I-ini? sengaja mau foto-foto aja, Lu kan dah tau, kalo kemana-mana Gua suka bawa kamera." Lika menendang kaki Jamy, lalu memberi kode dengan matanya, agar Jamy diam. "Pasti ngeretas lagi nih cewe, dasar Bucin level akut." "Trus, kalian kenapa bisa kenal?" Jay menyilangkan kakinya, lalu melipat tangannya, persis seperti gaya duduk bos besar. "Wuah, tampan sekali jodoh Gua, ahem ... Lika sadarlah, sadar ..." Lika menarik nafas, lalu menyelipkan rambutnya ke balik telinga, "Aku ama Jamy temenan." "Dia bawahan Gua di kantor," sambar Jamy, membuat Lika berulang kali memukul-mukul bahunya. "Oh iya, trus Lu ama Lika saling kenal?" Jamy pura-pura bodoh, sekaligus memastikan apakah perkataan Lika yang bertemu Jay di Thailand itu benar. Jujur saja, Jamy tak pernah percaya pada Lika. Karena dia sering dibohongi. "Kami gak sengaja ketemu," "Di Thailand! iya kan Khun? nah lihat Gua gak bohong, kan? Gua emank ketemu Khun Suppasit di Thailand." Lika menaik-naikkan alisnya, membuat Jamy kesal. "Kayaknya hadiah untuk Khun Thivat bakal Gua kasih menyusul. Nih, orang yang bertugas bawain hadiahnya malah nyangkut dimari." "It's ok, Gua juga gak ngarepin apa-apa." Jay membuang muka, lalu perlahan melirik Jamy dan Lika. Tampak Jamy menjitak kepala Lika, membuat wanita itu balik memukul bahu Jamy. Mereka terlihat sangat akrab dan entah mengapa itu membuat Jay merasa jengkel. "Jam, ini punya Elu kan? Gua haus." Lika mengambil minuman Jamy, lalu meminumnya. Jay bahkan sudah mengangkat tangannya untuk menghentikan Lika, namun dia kalah cepat. "Lu apaan sih, bukannya Lu punya minuman tuh disana?" "Kejauhan." Jay berdehem sejenak, lalu dengan kaku menyodorkan minumannya ke arah Lika, "Nih minum." "Lika gak minum Jus apel, dia gak suka rasanya." Jamy kembali menaruh minuman Jay ke tempat asalnya. "O-oh, ya udah kalo gitu," ucap Jay sedikit kecewa. "Jam, laper ... beliin Gua makanan." "Nanti aja, Gua beliin nasi padang." "Beneran? pake cincang daging ya, sama kerupuk kuah." "Pergedel ama telur dadar?" "Iya donk, biar rame huahahaha." Jay akhirnya berdiri karena kesal, Jamy dan Lika sangat mengganggu pandangannya. "Gua pergi dulu. Siapkan berkas kontrak untuk pertemuan selanjutnya." "Loh, bukannya Lu masih mau mikir?" "Gua udah selesai mikir." Jay berlalu meninggalkan Jamy dan Lika, Jamy menggelengkan kepalanya, "Apaan sih tu orang, bisa-bisanya ya Lu bucin ama kanebo kering kek gitu. Apa sih yang Lu liat dari dia?" Jamy berbalik, namun Lika sudah raib dari tempatnya, "Loh, kemana ngilangnya nih cewe?" *** "Khun Supp ... Khun ..." Lika berlari mengejar Jay yang hampir memasuki mobil. "Khun Supp, tunggu ... tunggu!" "Mau apa Lu?" "Hehehe, Gak ada, cuma ..." "Cuma apa?" "Cuma, kenapa semalam gak hubungi aku?" Lika menggaruk-garuk kepalanya, "Gak ada apa-apa, Khun Supp hati-hati di jalan." Jay jengkel, dengan kesal dia membuka pintu mobilnya, lalu masuk. Dari dalam mobil dia menatap Lika yang cengengesan sambil melambaikan tangan. "Tuan, mau ngomong apa ama tu cewe?" jiwa inisiatif Pak Pras yang melihat Jay tampak ragu-ragu langsung keluar. "Gak ada, siapa yang mau ngomong ama dia?" "Oh, ya udah kalo gitu, ini mau kemana lagi Tuan?" "Ke kantor, banyak kerjaan nih. Mawes kenapa masuk rumah sakit segala. Udah tau kerjaan numpuk." "Kasian Tuan si Mawes teh, hampir saja dia gak memiliki keturunan." Jay merengut, Lalu kembali menatap Lika yang masih berdiri di luar mobilnya. "Tuan, kalo mau ngomong, ngomong aja. Nanti dia kabur loh." Jay berpikir sejenak, lalu menurunkan kaca mobilnya, melihat itu Lika yang tadinya grasah grusuh langsung terdiam. "Stalker!" Lika menunjuk dirinya sendiri, "Iyes, Khun Supp, kenawhy?" ucapnya dengan gaya centilnya yang khas. "Hubungi Gua, atau Gua suruh malaikat maut, buat hubungi Elu." Setelah mengucapkan itu, Jay langsung menaikkan kaca mobilnya, "Pak Pras, Jalan!" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD