Putus

786 Words
"Aku udah mikirin tentang hubungan kita," Jay menatap Lika. Lika masih menunduk menyembunyikan wajahnya dari Jay, "Menurut Aku kita sebaiknya ..." "Menurut Aku kita sebaiknya putus aja." Jay terdiam mendengar perkataan Lika. Dia awalnya ingin mengatakan hal tersebut. Namun, karena Lika yang pertama mengatakannya, membuat Jay agak sedikit tertohok. "Gua yang minta putus, bukan Khun Jay yang mutusin Gua. Gua yang ninggalin Khun Jay, bukan sebaliknya. Good Lika, gak papa. Semua bakal baik-baik saja," batin Lika. Lika punya firasat bahwa Jay akan memutuskannya. Maka dari itu dia langsung mengambil inisiatif, setidaknya dia ingin memutuskan Jay, agar perasaannya tak makin menyedihkan. "S-Stalker ..." Jay tak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menatap Lika yang mati-matian berusaha menahan tangis, "S-Sebenarnya maksud Aku ... kita break dulu, agak beberapa bulan ..." "Kita langsung putus aja. Gak usah pake break-break segala. Trus jangan ngomong pake Aku, Kamu, lagi. Ngomong pake Lu, Gua, aja kayak biasa." "Sebenarnya Gua juga mau ngomong putus, tapi gak enak aja. Cuman ... karena Lu dah ngomong gitu. Ya udah, masalahnya sekarang beres," Jay tersenyum, lalu membuka kancing atas kemejanya. Entah kenapa dia merasa tercekat dan sulit bernapas. "Hmm, abis kita putus, Khun Jay bisa lebih fokus perhatiin Vina," ucap Lika dengan matanya yang berkaca-kaca. "I-Iya, Vina emank butuh banyak perhatian karena dia sering sakit sekarang. L-Lu juga bisa ngerepotin Jamy mulai sekarang. Gua udah capek direpotin ama Lu." "Maaf, karena udah ngerepotin Khun selama ini." Jay diam. Dia merasa bersalah telah mengucapkan kalimat yang terakhir tadi. Bahwa Lika telah merepotkannya selama ini. "Ya udah, Aku masuk dulu," Lika beranjak menuju pintu rumahnya, Jay mengepalkan tangan, dia menarik nafas beberapa kali, dan ikut berdiri. "Stalker!" Lika terhenti sejenak, lalu menoleh kearah Jay, "G-Gua pulang dulu," ucap Jay sambil menatap lekat Lika. "Hati-hati," ucap Lika lalu segera masuk dan menutup pintu rumahnya. Jay berdiri sekitar beberapa menit di depan pintu rumah Lika. Dia menghela nafas panjang, lalu mengacak rambutnya dengan pelan, sebelum akhirnya berlalu dari rumah itu. Sementara itu, Lika bersandar di pintu sambil menutup mulutnya. Dia terisak pelan, tenggorokannya sakit, begitu pula dengan hatinya. Seolah ada sesuatu yang tertancap di hatinya. Ini adalah definisi sakit tapi tak berdarah yang sebenarnya. Hampir sepuluh menit Lika terisak di depan pintu. Dia kemudian perlahan bangkit, lalu membongkar lemari dapurnya. Lika menemukan mie instan disana. Dia bergegas membuka mie tersebut sambil menangis. "Uhuk!" Lika terbatuk begitu dia memasukkan potongan mie mentah ke dalam mulutnya. Dia memukul dadanya beberapa kali, lalu memasukkan potongan lain ke dalam mulutnya. "Hiks ... kenapa gak ada rasanya?" ucap Lika sambil tersedu, dia kemudian membuka bumbu mie instan di tangannya, lalu menuangkan begitu saja ke dalam mulutnya. "Huwaa ... hiks, sekarang asin ..." Lika melempar sisa mie nya ke lantai, lalu menyembunyikan wajahnya ke lutut. Dia menangis sejadi-jadinya, dengan mulut yang menggembung karena berisi mie mentah. "Hiks, K-Khun Jay ... Khun Jayyy!!" Lika memanggil nama Jay berkali-kali. Dia harusnya tak melakukan itu. Namun, dia terlalu sedih dan terlalu mencintai Jay. Sekarang jiwa, raga, lahir dan batin Lika sedang sakit. Ternyata penyakit cinta memang separah ini. *** Di rumahnya. Jay merebahkan diri di tempat tidurnya yang empuk. Pandangannya menerawang ke atas. Laki-laki itu memejamkan mata sejenak, namun beberapa menit kemudian, dia membuka matanya lagi. Jay duduk lalu mengambil gawainya. Dia menekan nomer Lika. Lalu menatap layar gawainya agak lama, "Apa dia baik-baik aja? Gua telepon gak ya?" Jay ragu-ragu menekan nomer tersebut, "Aih, dia pasti baik-baik aja. Dia kok yang minta putus." Jay melemparkan gawai tersebut ke sisi kanannya, lalu merebahkan diri lagi. "Ya, gini lebih baik. Gua punya Vina yang sangat ngebutuhin Gua. Kalau si Stalker ... dia udah punya Jamy. Jadi kalo putuspun, gak ada ngaruhnya buat dia." Jay merubah posisinya menjadi menyamping, pandangannya teralihkan pada topi berwarna hitam yang tergeletak di atas nakasnya, "Ini kan topi yang waktu di Chiang Rai," Jay mengulurkan tangannya, dan mengambil topi tersebut, "Hah, topi waktu penyamaran itu," Jay tersenyum sejenak, beberapa detik kemudian dia tersadar dan ekspresi wajahnya langsung berubah. "Kenapa Gua jadi mikirin si Stalker?" Jay melemparkan topi tersebut ke tong sampah tak jauh dari tempat tidurnya, "Gak ada yang perlu dipikirin lagi. Sekarang Gua bebas! Gua hanya perlu kerja, dan jalanin hidup Gua kayak dulu," Jay kemudian memejamkan matanya, lalu terlelap dalam dua puluh menit. Sementara itu di rumahnya, Lika menutup foto Jay yang terpajang di dinding dengan kain, sedangkan foto yang di atas meja beserta bantal dan selimutnya dia ungsikan ke dalam lemari. "Anak-anak Emak, kalian disini dulu ya, kalau Emak ude gak gila, Emak bakal ambil kalian lagi, baik-baik ya," ucap Lika sambil mengelus bantal dan foto-foto Jay. Dia menghembuskan ingus ke tisu, dan tersedu beberapa kali. "Sekarang tidur, besok hari pertama menjadi jomblo. Harus semangat!" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD