Lika dimana

1520 Words
Dua jam sebelum acara dimulai. Para model sudah bersiap di ruang make up mereka didandani para profesiobal dibidangnya. Begitu pula Vina, dia duduk di meja rias ditemani Jay yang terus saja menatapnya dengan tersenyum. "Phi, tunggu di luar aja. Tamu undangan pasti nyariin Phi di luar. Vin bisa kok sendiri," "Gak papa, acaranya juga masih lama. Tamunya pasti belum pada dateng." Jay memeriksa jam di tangannya, dia kemudian melihat sekeliling, "Mas, Lika belum datang?" tanyanya kepada makeup artist yang sedang bekerja di ruangan. "Belum Khun," jawab laki-laki dengan kulit putih dan perawakannya seperti wanita tersebut. "Kemana dia? udah jam segini masa belum datang juga?" "Biarin aja Phi. Kan ini juga masih antri make up nya," ucap Vina sambil tersenyum kearah Jay. Satu jam sebelum acara dimulai. Vina selesai melakukan riasannya. Dia tampak cantik dengan wajah yang merona, gaun silver serta kalung dan anting berlian dengan desain elegan melengkapi penampilannya. "Phi, gimana?" tanya Vina kepada Jay yang masih berada di ruangan. "Cantik. Kamu itu cantik dengan dandanan apapun," jawab Jay. Tok-tok-tok, "Permisi ..." pintu terbuka. Tampak Lika berdiri di ambang pintu, mengenakan gaun dengan warna senada seperti Vina. Hanya saja, desain gaun Vina seperti putri dongeng, sedangkan Lika terlihat seperti putri modern dengan potongan dan desain gaunnya yang memadukan gaya modern serta klasik. Riasannya tampak pas di wajah Lika. Dia terlihat begitu fresh, cantik dan bersemangat. Lika juga mengenakan kalung berlian dengan desain halus, tak sebesar yang dikenakan Vina. Namun itu juga pas di lehernya. Untuk anting dia memakai model yang berbeda untuk kedua sisi telinganya. Sebelah kanan menggunakan anting panjang hingga ke bahu, dan sebelah kiri mengenakan anting yang lebih pendek. namun dengan pola agak lebih besar dari sebelah kanan dan desainnya pun berbeda. Para model yang ada di ruangan heboh. Mereka tak pernah melihat Lika dengan riasan sebelumnya. Mereka berdiri dan memberikan kursi untuk Lika, agar wanita itu bisa duduk dengan nyaman. Lika masuk lalu tersenyum sambil membungkuk-bungkukkan dirinya, "Udah pada selesai ya? wah cantik-cantik." "Kamu lebih cantik!" seru semua model itu, lalu mereka tertawa. Vina hanya tersenyum menatap mereka. Jay mendekat kearah Lika, lalu menatap Lika lekat. "Hay, Sayang ... udah lama ya disini?" tanya Lika dengan suaranya yang ceria. "Gak juga. Kamu dandan di luar?" "He eh. Soalnya kata Jamy disini pasti ngantri. Jadi Jamy yang dandanin Aku." "Jamy? si tukang bedak!?" "Iya, CEO Kosmetik itu bukan gelar sembarangan," ucap Lika sambil tersenyum. Jay menghela nafas, lalu kembali menatap Lika. "Jika Phi lanjutkan lebih lama, Lika bakal terluka," kalimat Vina terngiang-ngiang di telinga Jay. "Gua udah tau jawabannya. Mungkin karena Gua gak mau kalah ama Jamy. Jadinya gua ngebet mau pacaran ama Lika. Gua emank seegois itu," batin Jay kemudian. Jay tiba-tiba mengusap kepala Lika, lalu tersenyum lembut, "Kamu cantik," Kalimat Jay membuat Lika terpana, dia lalu menatap Jay dan tersenyum sumringah, "Khop khun kha, thiirak (makasih sayang)," ucap Lika kemudian. "Phi Jay, bisa ambilin Aku jus?" pinta Vina, Vina melihat Lika lalu tersenyum dengan ramah, dan dibalas senyuman tak kalah ramah dari Lika. "Sebentar ya," Jay beranjak menuju meja yang dipenuhi dengan hidangan untuk para model. Lalu mengambilkan segelas jus untuk Vina. "Ncel, kaki Lu masih sakit, kan? pake sandal dulu, acaranya 40 menit lagi. Nanti aja pake high heels-nya." Jamy masuk membawakan sandal untuk Lika. Lika memutar kursinya lalu menghela nafas lega, "Dari tadi kek Jam, siniin," Lika hendak menunduk membuka tali high heel di kakinya tersebut. Namun, Jamy melarangnya. "Jangan banyak gerak Lu. Ntar dandanan Lu belepotan. Ude capek-capek Gua ngurusin Lu dari pagi." Jamy kemudian berjongkok lalu membuka sepatu Lika. "Cieee ... Pak Jamy romantis banget," ucap salah satu model yang gemas melihat mereka berdua. "Uwu banget sih, aku juga mau donk dipasangin sandal kek gitu," sambut model lainnya yang berada di ruangan. "Jamy mah bodyguard gua dari dulu," ucap Lika sambil nyengir kuda yang disambut tepukan tangan heboh dari orang-orang di dalam ruangan. Jay yang berdiri di samping Vina tampak tak senang melihat Jamy. Namun, dia hanya diam. Vina menatap Jay yang terlihat sangat tidak nyaman. "Phi kenapa?" "Gak kenapa-napa Phi nungguin di luar ya," nanti Mawes yang bakal disini bantu urusin kalian semua," ucap Jay lalu langsung keluar dari ruangan tersebut. Dua puluh menit sebelum acara dimulai. Jamy masih berada di ruang tunggu. Memakan buah-buahan yang ada dipajang di ruang tersebut sambil mengawasi Lika. "Ngapain sih Lu disini Jam? pergi keluar sana. Bentar lagi acara mau mulai nih." "Gak bisa. Entar Lu makan trus dandanan Lu belepotan." "Ih, kan udah dibilang, Gua gak bakal makan, pergi sana. Pergi ..." Lika mendorong-dorong Jamy. Jamy memeriksa jam tangannya, "Ya udah sepuluh menit lagi acara dimulai. Gua ke depan dulu. Ingat jangan makan!" "Iya, iya, bawel." "Nanti jangan gugup fokus liat Gua aja. Gua bakal duduk paling depan sebelum naik ke panggung." "Iyeee, udah ah. Go, go!" Jamy akhirnya keluar setelah diusir Lika beberapa kali. Lima menit kemudian acara dimulai. Para model bersiap untuk pergi ke belakang panggung. Setelah kata sambutan dari Khun Thivat maka mereka akan tampil. Mereka semua berbaris dan beranjak ke luar dari ruang tunggu. Lika memeriksa kembali penampilannya, lalu melangkah pergi. Ketika keluar dari pintu tiba-tiba seseorang menabraknya. Orang tersebut menumpahkan jus ke gaun Lika. "Maaf, gak sengaja, Mbak," ucap laki-laki yang merupakan staff acara tersebut. Lika terbelalak. Noda merah dari jus buah naga menempel di gaunnya, "Huwaa! gimana ini, mampus dah Gua diomelin Jamy." Lika melompat sambil berpikir, "Kayaknya nih gaun, kalo basah gak bakal keliatan." Lika berlari kecil lalu menepuk pundak model di depannya, "Say, Gua ke toilet dulu ya," "Aduh, jangan lama-lama bentar lagi tampil nih," "Iye, bentar aja kok. Pidatonya masih lama juga itu," Lika berlari pergi ke toilet. Sementara yang lain menunggu di belakang panggung. Setelah lebih dari sepuluh menit, Mawes pergi ke belakang panggung untuk memeriksa persiapan para model. "Ok, semua siap. Abis ini kalian bakal tampil," Mawes menatap semua model sambil bertepuk tangan satu kali. "Pak, Lika belum ada," ucap salah satu model dengan kulit coklat yang eksotik. "Kemana dia?" "Katanya tadi mau pamit ke toilet bentar," ucap model tersebut lagi. "Wadoh, ada-ada aja si Lika nih. Lu! tolong ke toilet bentar cariin Lika!" perintah Mawes pada salah satu staf wanita yang mengawasi belakang panggung. Staf tersebut langsung bergegas menuju toilet. "Mbak Sepupu. Kamu udah siap? waw cantik bener hari ini," goda Mawes kepada Vina. Vina tersenyum, "Makasih ya, Mawes," ucap Vina dengan lembut. "Ih, suaranya lembut banget, pantes Tuan Jay seneng kalo deket Mbak sepupu," ucap Mawes lagi sambil nyengir kuda. Staf yang tadinya memeriksa Lika di toilet akhirnya kembali, "Pak, Lika gak ada di toilet!" "Loh, kemana dia!? anjiir itu para model ude dipanggil. Kalian tetep naik panggung kayak biasa. Kayak waktu latihan ya, Gua urus Lika dulu." Mawes segera berlari menemui Jay. Model satu persatu sudah berjalan di atas panggung. Mereka memamerkan riasan dan perhiasan dengan sempurna, membuat para tamu berdecak kagum. "Apa!" Jay terbelalak begitu mendengar Mawes berbisik tentang Lika yang belum juga muncul. Jay bergegas memeriksa ke belakang panggung. "Phi Jay," Vina melambaikan tangannya. Jay tak begitu memperhatikan. Dia berkeliling melihat sekitar untuk mencari Lika. "Kalian udah cari kesemua ruangan?" tanya Jay agak panik. "Udah Khun. Tapi dia gak tau kemana," jawab Mawes. "Ada apa? kayaknya heboh banget." Jamy yang teralihkan dengan kehebohan Jay dan Mawes segera mengikuti mereka ke belakang panggung. "Tuan Jamy, itu ... anu ..." Mawes terbata-bata. "Lika ngilang. Gak tau kemana," ucap Jay kemudian. Tanpa basa-basi. "Apa!?" Jamy memeriksa sekeliling. Lika memang tak ada disana. "Aish, siialan. Padahal ini udah giliran dia! bikin kacau acara aja!" Jamy mengumpat lalu mengacak rambutnya. "Acara yang Lu pikirin? ini Lika gak tau kemana, dalam bahaya apa gak, dia gak pernah ngilang gini sebelumnya!" Jamy tampak marah. Lalu beranjak pergi. "Lu mau kemana! kita bentar lagi naik panggung!" teriak Jay. "Naek aja Lu sendiri, Bangkee!" Jamy berkeliling kesetiap ruangan mencari keberadaan Lika. "Vina, kamu naik panggung sendiri aja ya, sama kayak latihan. Kamu bisa kan?" "Iya Phi, gak masalah. Tapi Lika gimana?" "Nanti kita cari. Ok itu, udah hampir selesai. Cepetan naik." Jay bergegas pergi ke samping panggung, memperhatikan penampilan Vina. Vina keluar dengan gaun silvernya, berjalan perlahan ke depan panggung lalu berpose selama beberapa detik. Para tamu bertepuk tangan dan terlihat menyukai penampilan Vina. Vina kembali ke awal dan mengambil buket bunga. Dia kembali berjalan ke tengah panggung diikuti para model lain di belakangnya. Jay kemudian naik dan menerima buket bunga dari Vina. Lalu berdiri di atas panggung sambil membungkuk. Para tamu bertepuk tangan dengan antusias. Acara hari itu bisa terbilang sukses. "Lika gak bisa ditemuin dimanapun," ucap Mawes, dia baru saja duduk setelah berkeringat mencari Lika kesana-kemari. "Ha! maksud Lu, Lika ngilang?" Ijul terbelalak. "Gak ngerti dah Gua. Detik-detik mau tampil dia malah raib." "Jadi sampe sekarang gak ketemu?" Mawes menggeleng lalu menghela nafas lelah. "Tuan Jamy masih nyari." *** Jamy bersandar di tembok sambil menarik nafas panjang, keringat mengucur di dahinya. Dia mencari Lika kesetiap ruangan di gedung tersebut, namun masih tak menemukan Lika. "Anjirun si Boncel. Ilang kemana dia?" Jamy menatap gawai Lika yang tergeletak di meja ruang tunggu. Sepertinya Lika lupa membawa gawai tersebut. "Sial! Lika, Lu dimana!" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD