10

2041 Words
“Woi, turun! Bengong aja lo,” ucap Putra karena Vani masih saja betah duduk di boncengan motornya. “..” cewek yang cukup cerewet itu hanya bergumam tak jelas lalu turun. “Mukanya biasa aja dong, pacar lo kan ada disini,” ucapnya sambil menepuk d**a bangga. Putra bukanlah orang yang akan bermanis ria untuk menenangkan kegelisahan temannya, ia punya cara sendiri agar orang-orang disekitarnya merasa nyaman walaupun dengan cara sedikit kejam. “Ckckck, masuk yuk Put, makan,” ajak vani. “Ogah.. pusing gue kalo kalo harus denger omongan lo sama bunda. Dan jangan makan mulu Van!!!” tiap kali Vani dan bundanya bertemu mereka memang terlebih dahulu perang kata dan Putra tidak sanggup harus ikut dalam acara ibu-anak itu. Vani mencibir pada Putra yang sudah menjauh bersama motor kebanggaannya itu. Ia berbalik dan memantapkan hati untuk menyapa bundanya, hal yang cukup jarang dilakukannya semenjak sang bunda tidak bisa memenangkannya di pengadilan waktu itu. “Buuunnd!” “Kamu kabur lagi?” tanya sang bunda. Vani protes karena yang ada dalam benak bundanya jika mendapati Vani di depan pintunya hanyalah 'kabur', memangnya ia tidak boleh mengunjungi bundanya sendiri? “Bukannya kalo bunda kesana muka kamu selalu dilipat ya? Kamukan lebih suka sama mama tiri kamu,” sindir Wulan pada anaknya. “Oh ya? Bukannya bunda yang suka sama dia? Kan bunda sendiri yang milihin dia sebagai istri baru ayah. Kadang aku heran kenapa kalian pisah, ayah bahkan nurut banget sama pilihan bunda. Apa jangan-jangan ayah lagi menguji kesabaran bunda? Supaya bunda cemburu dan akhirnya kembali sama kami?” “Imajinasimu tolong, nak,” cemooh Wulan pada anaknya yang memiliki imajinasi luar biasa. Kedua wanita yang memiliki wajah cukup familiar itu masuk ke rumah dengan masih memperdebatkan kapan Vani akan pulang. Sang bunda ingin Vani pulang sore ini tapi sang anak ingin pulang bulan depan. Saat ditanya apa yang sebenarnya terjadi Vani hanya menjawab bahwa ia muak dijadikan pengasuh untuk sikembar. Ia tidak dapat apa-apa selain stress, bahkan sang ayah tidak menaikkan uang sakunya ataupun membelikannya sesuatu yang mahal. Maka dari itu Vani ingin tinggal bersama bundanya saja untuk satu bulan ini dan ia bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya. >>>  Vani kedatangan tamu saat ia sedang menyantap makan siang. Fiki lah yang datang, bukan tamu bulanannya. Fiki masih belum mengatakan apa-apa tentang tujuan kedatangannya karena Vani tidak ingin makannya diganggu. Gadis itu menyuruh Fiki duduk dimanapun cowok itu nyaman selagi dia makan. Vani terlalu larut dengan kelezatan makanan bundanya tanpa menyadari jika Fiki melihatnya dengan tatapan asing, tatapan yang pertama kali ditunjukkan cowok itu setelah menahan diri begitu lama. Tatapan yang begitu lembut dari seorang teman pada teman perempuannya terdengar tidak pantas tapi itulah yang terlihat. “Ada apa, Ki? Tentang tadi siang?” “Kapan dia datang?” tanya Fiki membenarkan tebakan Vani. “Kemaren.” “Kok gue ga dikasih tau?” “Lo kan lagi mesra-mesranya sama pacar baru. Maaf ya, Ki, kalo lo tersinggung. Gue ga maksud-” “Apa gue keterlaluan Van?” tanya fiki menyuarakan isi hatinya, setelahnya cowok manis itu gelagapan sendiri. “Keterlaluan? Keterlaluan gimana?” Fiki menggeleng seolah dia hanya salah bicara, jauh dalam hatinya ia ingin bertanya langsung pada Vani apakah sikapnya yang mengabaikan Vani dan berpacaran lagi dengan cewek lain membuat sahabatnya itu kesusahan? Fiki tidak ingin sahabatnya itu kesepian tapi ia lebih tidak ingin sahabatnya itu bersikap seolah tak ada yang special diantara mereka. Kemudian Vani petantang petenteng selalu terlihat dengan cowok lain. Karena sesungguhnya ia merasakan sesuatu yang special pada gadis cantik itu. “Ada penjelasan mengenai Yusuf Fairuz Amzari?” tanya Fiki, inilah tujuannya mendatangi Vani selain kangen dan masalah Haris siang tadi. “Ucup kenapa? Emang lo ada apa sama Ucup?” tanya Vani polos, sok polos maksudnya. “Ga kok, tapi kenapa dia manggil lo Echa?” “Aa.. hahahahahaha,” Vani kikuk, yang bisa ia lakukan hanyalah menggaruk-garuk kepalanya, “lo tolong jangan disebarin ke orang-orang ya. Plisssss,” ungkap Vani seperti cewek yang malu-malu karena ketahuan pacaran. Mungkin frekuensi bergaul dengan Putra yang cukup banyak mampu membuat Vani mahir dalam bersandiwara, sama seperti yang dilakukan temannya itu. “Jadi benar kalian pacaran?” tanya Fiki, terdengar amat marah. “Ki, lo temen gue kan?? Tolong jangan sampe ada yang tau, apalagi Putra. Plisss.. gue masih harus jadi pacar boongannya Putra.” “Maksud lo?” “Maksudnya , biarin semua orang tau kalo gue pacarnya Putra dan cukup gue aja yang tau kalo sebenarnya pacar gue itu Ucup.” “Gue balik dulu ya, Van. Ada les,” ucap Fiki tanpa menoleh lagi pada Vani dan tanpa persetujuan atas permintaan Vani tadi. Vani kecewa karena Fiki masih belum cerita soal taruhannya dengan Ucup. Gadis itu berpangku tangan melihat Fiki yang mulai menjauh dari rumah bundanya, ia berpikir keras tentang apa sebenarnya yang sedang coba disembunyikan oleh Fiki dan kenapa hal itu membuatnya merasa jika Fiki menjauh.  kalian main.. fine. Gue juga bisa main, gumam Vani yang ditujukan pada Fiki dan Ucup. >>>   Ucup sedang kebagian tugas mengupas bawang merah sedangkan bu Tari berada tak jauh darinya sedang menggoreng hati ayam kesukaan anaknya. Tari terus saja melirik pada anaknya yang mengerjakan tugas dalam diam. “Kalo matanya perih, udahan aja nak.” “Engga kok ma.. biasa aja,” jawab Uucup karena ia sudah terbiasa membantu sang mama sejak kecil. Bawang bukan masalah lagi baginya. “Sejak pacaran sama Vani kamu jarang keluyuran ya Cup, mama suka kalo begini.” Ucup menghela nafas gusar. Ia jarang keluar bukan karena pacaran dengan Vani, tapi cewek yang biasanya dia ajak jalan sudah punya pacar, sudah jadi punya orang gituloh. Namun anak semata wayang guru matematika itu enggan menjelaskan semua itu. “Hm..” gumam Ucup mengiyakan ucapan sang mama. “Sabtu ini ajak Vani ke rumah dong,” Ucup langsung menoleh pada mamanya dengan tampang kaget. Sedangkan sang mama yang sengaja mengerjai anaknya hanya bisa tersenyum geli. “Kalo engga.. telfonin Vani. Mama pengen ngucapin makasih.” “Mamaku sayangku cintaku.. plis jangan pancing aku jadi anak durhaka,” ucap sang anak dan sukses membuat mamanya tertawa kencang. Saat akan kembali menyelami bawang-bawangnya, Ucup diinterupsi oleh notifikasi i********:. Ia segera mendekat kearah kulkas dimana ia mengisi ulang daya hapenya. Cowok itu mendapati banyak yang mengomentari postingan Vani dengan men-tag dirinya. Butuh beberapa detik bagi ucup untuk bisa mengerti karena jaringan operatornya agak lelet. Cowok itu nampak terkekeh melihat postingan Vani. Di foto itu hanya ada punggung Ucup yang dilindungi oleh seragam kebanggan Bina Bangsa. Ucup sendiri tidak tau kapan pacarnya itu memotretnya diam-diam. Guess who, begitu caption yang ditulis Vani dan banyak teman-teman juga junior mereka yang memberikan komentar seperti: 'siapa lagi kalo bukan @yusuf_fa' '@yusuf_fa' 'abang ganteng cetar membahana kita @yusuf_fa' “Kenapa kamu?” tanya mamanya pada Ucup. Cowok itu menggeleng sekilas dan kembali mengerjakan tugasnya sedangkan dalam hati ia berucap bahwa ternyata Vani harus didiamkan dulu baru nurut dengannya. Me: Cha   Me: Dimana?   Echa: Dirumah bunda, mau apa lo?   Me: Shareloc   Echa: Lo sehat?   Me: Cepetan!     Setelah mendapatkan lokasi Vani berada serta setelah mendapat penangguhan untuk bawang-bawang itu dengan alasan ingin menemui Robi, ucup segera menyambar jaketnya. Ia beralasan ada yang harus diselesaikan dengan teman dekatnya itu pada sang mama, tapi sebenarnya ia akan menemui pacarnya. Banyak yang mengatakan bahwa Ucup termasuk player kece Bina Bangsa tapi semua orang tau dengan jelas jika dirinya tidak seperti Fiki yang gonta-ganti pacar dalam waktu dekat. Ia terkenal playboy karena dekat dengan banyak cewek bahkan disaat dirinya memiliki pacar. Sedangkan jika dilihat perioda berganti pacar, itu terasa cukup wajar. Untuk tindakan Ucup kali ini yang menemui Vani karena ia sedang senang, tidak ada alasan logis, Ucup sendiri juga tidak bisa menjelaskan karena dirinya jelas tidak menyukai Vani. Dalam benaknya Ucup hanya menyangkal dengan 'mengunjungi teman apa salahnya?' karena sebelum beberapa hari ini Vani memanglah teman walaupun orang yang dianggapnya teman itu pernah mengatakan bahwa dirinya tidak termasuk dalam empat kasta pertemanannya. >>>  Ucup mendapati pacarnya dipaksa untuk masuk mobil oleh cowok yang dilihatnya tadi saat pulang sekolah. Ia segera mendekat dan menginterupsi mereka. “Bang.. bisa gue pinjem Vaninya bentar? Kami punya tugas kelompok dan harus dikumpul besok,” ucap Ucup tenang dan tampangnya sangat meyakinkan. “Bener lo ada tugas kelompok?” tanya cowok itu pada Vani yang sudah tidak di genggamnya lagi. “Lo pikir ngapain dia nemuin gue kalo ga penting?? Bisa digorok gue sama Putra kalo ketemuan sama cowok lain tanpa alasan penting,” Haris mengalah dan meninggalkan rumah Wulan dengan langkah berat. Kangennya pada anak semata wayang Wulan belum sirna tapi malah datang lagi pengganggu. “Makasih, Cup” ucap Vani setelah diam cukup lama. Tidak tau harus berkata apa jika Ucup mulai bertanya. “itu..” ucap Ucup,  “pacar lo cuma gue kan, Cha?” “Iyalah.. ngapain juga gue pacaran sama psikopat itu.” “Dia siapa?” “Namanya Haris dan ga akan pernah jadi siapa-siapanya gue. Ponakan mama tiri gue emang mau jadi apa lagi selain saudara tiri gue juga? Itu juga gue ga sudi. Apa itu cukup jelas?” Ucup mengangguk dan keduanya memutuskan untuk ngobrol di bangku yang sengaja dibuat sang bunda tepat dibawah pohon ketapang yang rimbun. Cowok itu menanyakan hal-hal seperti kemana bunda Vani, apakah Vani ingin pulang diantar olehnya, dan juga tak lupa untuk meminta Vani bersikap seperti biasa padanya. “Emang biasanya gue gimana?” tanya Vani kesal. Cewek itu kesal karena ketahuan jaga jarak. “Biasanya lo rese.. kemana-mana pengen ikut. Makanan gue diembat semua-” “jengkelin banget ya gue di mata lo?” potong Vani geram. “ga juga kok.. lo juga sering bantuin gue ulangan harian, ulangan bulanan, ujian tengah semester, ujian semester. Terakhir bantuin niupin bopeng gue hahahaha....” Ucup sangat bersyukur dengan awalan nama pacarnya yang V dan dia Y sehingga duduknya dekat dan bisa contek-contekan sepanjang masa, selama keduanya berada dalam kelas yang sama. Keduanya sepakat untuk bersikap professional , entah apa maksud professional disini hanya mereka yang tau. Vani juga memberi tau Ucup bahwa Fiki sudah tau bahwa mereka pacaran. “Ga penting juga dia tau apa engga, yang penting lo bisa jadi pacar beneran gue yang lebih mentingin gue dari pada pacar palsu lo,” mendengarnya Vani hanya bisa mengangguk-angguk. Dalam diamnya Vani merasa pacaran dengan Ucup ini tidak akan membuatnya stress seperti yang ia duga. Cewek itu masuk ke dalam rumah dan kembali dengan setoples kue buatan sang bunda. Dan yang namanya Yusuf Fairuz Amzari tidak akan menolak saat disodorkan makanan enak. Mereka berkelakar seperti biasa saat belum pacaran dan keduanya sudah mendapatkan kenyamanan masing-masing. “Foto dong cha..” “Gila lo?” teriak Vani horror. “Bukan wajah aneh lo juga kali.. pohonnya lagi cantik tuh,” ucap Ucup sambil menunjuk ke atas. Vani ikut menengadahkan kepala dan mendapatkan pohon ketapang yang memerah berlatarkan langit biru bersih tanpa awan. “Ini mah lo ga perlu izin dari gue,” ucap Vani tanpa menoleh pada pacarnya. “Tapi gue butuh tangan lo sebagai objek,” dan alhasil Vani harus mengikuti instruksi fotografer dadakan yang katanya ingin pemandangan cantik itu untuk diabadikan di social media i********: milik cowok itu. “Begini?” tanya Vani yang melebarkan jarak antar jari tangan kirinya selebar yang ia mampu “Agak kirian dikit.” “Sudah?” tanya Vani setengah menggerutu. “Opp.. tahan.. sudah,” Vani langsung menurunkan tangannya karena keteknya udah pegal dari tadi. Dalam hati ia tidak ingin jadi model cowok itu lagi. Sementara Vani bersungut-sungut Ucup malah mengabaikan dirinya dan fokus pada ponselnya. “Apa?” tanya Ucup tanpa menoleh pada pacarnya. “Ternyata gini rasanya diselingkuhin sama ponsel” ucap Vani. “Bersyukur, Cha, gue ga selingkuhin lo sama cewek beneran.” “Gue aduin bu Tari, beres.” “Ga beres yang ada, makin panjang masalah kita. Pokoknya lo jangan ngadu-ngadu ke mama!” “...” “Ya sudah, gue pulang ya. Senin pagi pacar lo ini bakal jemput. Rambut gue ga harus di minyakin terus belah tepi kan? Atau nanti lo chat aja tipe-tipe pacar anak, yang bunda lo mau” ucap Ucup sebelum meninggalkan rumah Vani setelah mengupload foto tadi dengan caption, 'kukunya ga usah panjang-panjang ya yang.. ga usah dikasih warna juga. Begini aja aku suka', kemudian akun i********: cowok itu kembali heboh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD