• Suatu yang Berbeda
Ye Shao yang harusnya sedang terbaring sekarat dengan balutan luka yang sangat banyak di sekujur tubuhnya, sekarang ini pemuda itu sedang berdiri dengan tubuh yang masih utuh dan tidak memperlihatkan sedikitpun luka lecet.
Orang-orang disana tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang pasti... Saat ini mereka sedang menyaksikan sebuah mukjizat dengan mata kepala mereka sendiri.
“Aku sangat yakin, aku telah mengoprasi tangan, kaki dan juga matanya. Bahkan wajah tampan Tuan Muda Ye juga hampir tidak bisa di kenali sejak kecelakaan itu. Lalu... Orang yang ku operasi sendiri dengan yakin, kenapa bisa sembuh dengan cara yang tidak bisa dijelaskan?” pikir Dokter Yen dengan wajah melongo.
Ye Shao juga terlihat kaget karena di tempat yang dia anggap sebagai markas dari organisasi hitam, ternyata ada ayah dan ibunya disana.
“Ibu? Bagaimana ibu bisa kemari?” ujar Ye Shao.
Ye Rou yang semula tidak percaya dengan apa yang dilihatnya menjadi sangat senang ketika anaknya itu ingat untuk memanggilnya ibu. Ye Rou langsung melepaskan dirinya dari Ye Tianlong dan berlari ke dekapan putranya, Ye Shao.
“Nak! Syukurlah... Apa ini benar-benar dirimu? Kau mengingat ibu, kan?” sambil terisak Ibu Ye Shao mengatakannya.
“Apa yang ibu bicarakan? Memangnya ada apa? Dan kenapa aku harus lupa pada ibuku sendiri?” jawab Ye Shao.
“Ah... Syukurlah... Dia benar-benar Ye Shao putra Ibu,” kata Ye Rou penuh haru.
“Lagipula apa yang di lakukan ibu dan Pak Tua itu disini,” ketus Ye Shao sambil melirik ke arah ayahnya.
“Tuan Besar Ye?”
“Meskipun ini sukar untuk di percaya, tapi percayalah Dokter Yen. Dia anakku Ye Shao. Tidak ada orang yang berani memanggilku pak tua, selain putraku sendiri.”
“Ta-tapi... Bagaimana bisa?”
“Anggaplah ini sebagai sebuah mukjizat. Apa yang ingin kau tanyakan lagi? Apa kesembuhan putraku membuatmu begitu terguncang, lebih baik kau merasa bahagia untuk putraku, Dokter Yen.”
“Minggu depan akan di adakan sebuah pesta kesembuhan Ye Shao di rumah utama Keluarga Ye! Semua orang akan di undang!” seru Ye Tianlong.
Dokter-dokter yang ada di sana begitu bersemangat dengan undangan Ye Tianlong sehingga mereka menghiraukan apa yang terjadi pada Ye Shao.
Karena Tuan Ye sudah mengatakan untuk tidak mempermasalahkan lagi kesembuhan yang tiba-tiba dari putranya, maka para dokter itu tidak bisa berbuat apa-apa.
Ye Shao tiba-tiba merasakan sakit seperti di setrum menyerang kepalanya.
“Argh!!!”
“Ye Kecil, ada apa?!” kata Ye Rou.
“Tuan Besar Ye, Nyonya Besar Ye... Apakah Tuan Muda perlu di periksa?”
“Tidak, aku tidak ingin di periksa. Tolong antarkan aku ke rumahku,” celetup Ye Shao. Karena sakit yang ia rasakan secara mendadak dia mendesis sambil memegangi kepalanya.
“Apa kau yakin baik-baik saja, Ye Kecil?”
“Tidak apa-apa, Bu... Ini hanya sedikit pusing saja.”
****
Ye Shao di antarkan ke rumahnya yang terletak di atas bukit oleh kedua orang tuanya, dia duduk di belakang, duduk di antara ayah dan ibunya di dalam sebuah mobil mewah.
Wajah Ye Shao terlihat sangat serius, dia merasakan sedikit rasa sakit menyerang kepalanya. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya itu, dan semua itu di sebabkan oleh wajah pria yang ia lihat di dalam mimpinya.
“Itu hanya sesuatu yang aku lihat di dalam mimpi, kenapa harus terasa begitu nyata. Biasanya saat aku bermimpi dan memimpikan wajah orang yang tidak ku kenal, maka saat aku bangun aku akan lupa bagaimana wajah orang itu.”
“Tapi mimpi yang baru saja aku alami itu janggal, aku bahkan mengingat persis bagaimana wajah pria itu, dan... Namanya pun terukir jelas dalam ingatanku, Huang Pu Yun Shao... Seorang pria dengan penampilan kultivator, yang mengakui dirinya sebagai seorang Kaisar Bintang.”
“Dan kalimat terakhir yang aku ucapkan padanya adalah... Tinggalkan semua yang kau punya... Disini!”
“Ye Kecil, apa kepalamu masih sakit? Kau terlihat banyak sekali pikiran. Kau yakin tidak memerlukan pemeriksaan ulang?” Ye Rou mencoba menghentikan Ye Shao yang nampak melamunkan sesuatu.
“Tidak, Bu. Sebenarnya aku merasa lebih baik, hanya saja... Aku bingung. Kenapa aku terbangun di rumah sakit,” jawab Ye Shao.
“Apa kau tidak ingat kejadian malam itu?”
“A-apa yang terjadi memangnya?”
“Kau mengalami kecelakaan di sebuah jalan raya. Sebuah truk besar menghantammu dan kau koma hampir seminggu. Semua orang kalang kabut berusaha menyembuhkanmu, tapi kau tidak kunjung bangun. Sampai akhirnya... Kau bangun seolah tidak pernah terjadi apapun,” kata Ye Tianlong.
“Benarkah? Pak Tua... Kalau cerita soal truk besar yang menghantamku itu benar. Mana mungkin kau melihatku dalam keadaan utuh?”
“Aku juga tidak melihatmu dalam keadaan utuh saat itu terjadi. Sekujur tubuhmu di balut oleh darah, sebelah matamu di masuki oleh beling, kaki dan tanganmu remuk dan kau tidak bisa bernafas dengan benar.”
“Hahaha... Pak Tua, kau masih suka membual seperti biasanya.”
“Ayahmu tidak membual, memang seperti itulah yang terjadi. Tapi kita tidak perlu memikirkan apapun lagi karena Ye Kecil sudah kembali tanpa ada satu apapun yang kurang darinya,” Ye Rou lalu mendekap Ye Shao dan mengelus rambutnya.
Ye Tianlong merasa lega putranya kembali dalam keadaan baik-baik saja. Tapi tetap saja keadaan itu tidaklah normal.
“Tidak ada penjelasan yang bisa menjawabnya. Kejadian ini adalah sesuatu yang di sebut dengan sebuah keajaiban. Aku tau pasti bahwa pemuda yang tengah duduk di sampingku adalah putraku, tapi ntah kenapa... Aku merasakan aura yang sedikit berbeda darinya.”
“Nampaknya harimau yang selama ini meringkuk di Keluarga Ye, akan bangkit melalui putraku, Ye Shao.”
****
Mereka sudah sampai di kediaman Ye Shao. Kebiasaan Keluarga Ye untuk membiarkan keturunan mereka untuk tinggal mandiri di rumah yang berbeda. Selama masa kemandirian itu keluarga tidak akan pernah membantu masalah keuangan Tuan Muda mereka.
Pencapaian seperti apa yang akan di torehkan oleh para Ye muda, akan menentukan masa depan Keluarga Ye mereka.
Saat ini Ye Tianlong adalah Kepala Keluarga Ye, tapi tidak menutup kemungkinan Keluarga Ye lainnya akan mengambil alih kepemimpinan tersebut. Apalagi Keluarga Ye sangat sadar bahwa keturunan Ye Tianlong adalah orang yang tidak berguna.
Selain parasnya yang tampan, Ye Shao tidak memiliki apapun untuk di banggakan. Jika bicara mengenai aib, mungkin Ye Shao yang paling banyak menorehkan aib untuk Keluarga Ye, itu karena dia yang terlalu over imaginatif.
“Ibu, terima kasih karena telah mengantarku pulang. Sekarang bisakah ibu tinggalkan aku sendiri? Aku ingin beristirahat,” kata Ye Shao.
“Kau yakin tidak ingin di temani oleh ibu? Kau yakin keadaanmu sudah baik-baik saja?”
“Ya! Aku sangat yakin.”
“Pak Tua, kau harus jaga ibuku dengan benar. Jangan terlalu sering membuatnya menangis, atau aku pasti memberikan hukuman surga padamu,” ujar Ye Shao pada ayahnya yang berdiri di samping mobil.
“Ya ya! Sebaiknya kau banyak belajar agar di masa depan kau mampu mengambil alih usahaku, berhentilah bermain-main dan lakukan sesuatu yang besar untuk keluarga.”
“Baik, aku mengerti apa yang aku lakukan.”
“Rumor yang mengatakan dirimu bekerja sebagai penjaga toko komik mulai menyebar, lho,” ucap Ye Tianlong.
“Pulanglah, Pak Tua. Aku menyukai pekerjaanku,” jawab Ye Shao sambil berjalan masuk ke arah gerbang.
“Ibu tidak usah terlalu memikirkanku, aku baik-baik saja. Da...” imbuh Ye Shao sambil melambaikan tangannya pada Ye Rou.
“Jangan lupa soal pesta minggu depan!” seru Ye Tianlong.
“Iya iya,” jawab Ye Shao agak acuh yang lalu berjalan masuk ke arah rumahnya.
****
“Apa putra kita akan baik-baik saja?” dengan wajah cemas Ye Rou mengatakannya di perjalanan pulang.
“Jujur aku merasa ada yang berbeda dari anak itu,”
“Kan! Aku juga merasa bahwa dia masih mengalami beberapa masalah pasca kecelakaan itu.”
“Bukan itu, Sayang. Perbedaan yang kulihat padanya, bukanlah perbedaan yang membuatnya semakin buruk. Justru... Aku melihat sebuah keberuntungan yang mengitari anak itu.”
“Keajaiban yang terjadi padanya, mungkin tidak akan terjadi hanya sekali,” imbuh Ye Tianlong.
****
Saat Ye Shao hendak membuka pintu rumahnya rasa sakit di kepalanya itu kembali. Dia mendapatkan besitan ingatannya ketika ia belum mengalami kecelakaan.
Dia melihat dirinya berdiri di tengah jalan raya mencoba menahan sebuah truk besar yang sedang melaju. Sampai akhirnya dia harus terlempar dan mengalami kejadian yang naas itu.
“Apa yang di katakan oleh Pak Tua itu benar. Ternyata aku telah mengalami sebuah kecelakaan.”
“Awalnya aku berpikir sedang berdiri menghalau seekor naga, tapi jelas-jelas itu adalah sebuah truk yang melaju kencang. Si4l, bagaimana aku bisa bertindak sebodoh itu.”
Klak Klak! Klak klak!
Pintu rumahnya terkunci, Ye Shao mungkin melupakannya di rumah sakit. Atau... Kunci rumahnya hilang setelah kecelakaan itu terjadi.
“Yang benar saja, haruskah aku kehilangan kunci rumahku di saat seperti ini?”
Pemuda itu memaksa untuk memutar gagang pintunya dan sedikit memberikan dorongan pada pintu itu untuk membukanya. Dia tidak mengira pintunya akan terbuka dengan usahanya yang sembarangan itu.
Tapi... Dia merusaknya.
“Baiklah, setidaknya aku bisa masuk. Tapi bagaimana kalau ada seseorang yang melihat? Mungkin mereka akan mengira rumah ini sedang di bobol. Atau... Jika itu orang yang memiliki niat jahat yang melihat, mungkin mereka akan menjarah rumahku.”
Ye Shao meletakkan pintu yang telah copot itu kembali ke tempatnya. Dia berpikir, setidaknya dengan cara itu orang-orang tidak akan terlalu curiga dengan apa yang telah terjadi.
Tapi Ye Shao baru menyadari satu hal saat meletakkan pintu itu ke tempatnya semula.
“Eh? Kenapa aku bisa sekuat ini?”