"Kamu sudah sadar?" Kudengar suara Mas Langit berada di dekat ku. Ku temukan dia menggenggam tanganku dengan erat. Kedua pupilnya terlihat merah lelah. Ingat bagaimana dia bertengkar dengan Bude Santi. Serta merta aku tarik tangan ini. "Mas langit ngapain di sini?" dia suami orang. Ini sungguh tidak baik. Jangan sampai ada gosip pelakor itu adalah sepupunya sendiri. Sungguh memalukan. Terlihat sedih melihat tangannya yang kosong. "Nungguin kamu. Aku--" "Pulang lah mas, aku enggak kenapa napa." "Binar ..." "Aku mohon!" "Ok, anggap kita enggak punya hubungan apa apa. Aku di sini sebagai kakak sepupu kamu. Apa itu juga tidak boleh?" Aku tidak akan bisa melupakan seorang Langit. Dia memang keras kepala. Apapun yang dia inginkan harus tercapai. Tidak terkecuali tentang diriku. "Tidak us