Setelah pertemuan dengan dewan direksi selesai, Alicya kembali ke mansion di antarkan oleh Damian supir pribadi keluarga Steel, sedangkan Sean lanjut bekerja. Perusahaan Steel memang sangat lah besar, apalagi saham mereka ada di mana-mana, membuat semua orang yang mendengar marga Steel akan takjub, karena kekayaan yang di miliki begitu banyak dan tak akan pernah bisa habis.
Alicya mendengkus, beginikah rasanya menikah dengan seorang pria yang berasal dari keluarga bangsawan? Sampai ia harus ikut serta dalam pertemuan-pertemuan suaminya, meski itu tidak di inginkannya. Namun, itu cukup membuktikan bahwa Steel Group adalah perusahaan terbesar di seluruh penjuru dunia.
Getar ponselnya membuat lamunannya buyar seketika. Joanna... kini sahabatnya itu menelfonnya.
"Hallo, Jo?"
"Apa kabarmu, Alic? Beberapa hari ini, sangat susah menghubungimu."
"Aku baru saja keluar dari perusahaan Sean."
"Perusahaan Sean? Apa kamu bekerja?"
"Gak, Jo, hanya saja hari ini adalah hari penting bagi Sean, jadi aku mendampinginya."
"Waoww ... menemaninya? Itu berita bagus, Alic, kamu bahkan mendampingi pria itu." seru Joanna.
"Kamu harus tahu, mengapa aku mendampinginya, aku akan bercerita ketika aku sampai di mansion."
"Baiklah ... selain menanyakan kabarmu, aku juga ingin memberitahukan, jika Uncle dan Aunty baik-baik saja, Uncle juga bekerja seperti biasa di perusahaannya." kata Joanna.
"Jadi, Daddy masih bekerja? Dan, perusahaannya?"
"Kata Ryan, perusahaan ayahmu sudah kembali stabil, karena memiliki investor besar dari perusahaan Steel."
"Apa? Oh ... tuhan, syukurlah."
"Sepertinya, Sean menepati janjinya, Alic!"
"Hem, aku juga gak menyangka akan secepat itu."
"Baiklah ... aku akan menghubungimu nanti, aku harus menjemput Ellyn ke sekolah."
"Hem, makasih, ya, Jo."
"Oke." Joanna mengakhiri telfonnya.
Alicya merasa begitu lega, ia pikir, Sean melupakan kesepakatan yang ia tulis di sebuah kertas, ternyata Sean sudah melakukannya sebelum Alicya menanyakannya. Wajah sumringah menghiasi wajah cantiknya, dia sangat bersyukur, akhirnya perusahaan ayahnya kembali bangkit hanya dengan investasi dari Steel Group, yang merupakan perusahaan suaminya, tak ada alasan bagi Alicya untuk khawatir, karena semuanya sudah baik-baik saja.
______
Sean kini tengah duduk di kursi kerjanya, mengamati setiap dokumen yang tertumpuk di depannya, Sean harus mengerjakannya satu persatu, karena mulai hari ini, semua aset perusahaan sudah sah menjadi miliknya, apalagi yang ia khawatirkan, Sean akhirnya mengambil apa yang hampir menjadi milik anak selir itu.
Suara ketukan pintu terdengar secara bersamaan pintu ruangannya terbuka.
Sean mendongak melihat siapa yang datang.
Sean tersenyum sumringah ketika melihat Gerald dan Yose, kini tengah tersenyum.
"Gerald? Yose?" Sean beranjak dari duduknya dan menghampiri kedua sahabatnya yang sudah lama tak di temuinya.
"Apa kabar, Sean?" tanya Yose, mencipika-cipiki Sean.
"I'm fine, kalian—"
"Kami baru saja tiba dari Yunani dan mendengar kabar kepulanganmu, jadi kami kemari." jawab Gerald.
"Apa yang kalian lakukan di Yunani?" tanya Sean.
"Naly menikah di Yunani."
"Oh ... iya, aku lupa, dia juga, kan, mengundangku." jawab Sean, "Kalian duduk dulu."
Yose dan Gerald duduk di kursi tamu, Sean menyuruh sekretarisnya menyiapkan minum untuk kedua sahabatnya.
"Dia marah, karena kamu gak datang." kata Yose.
"Aku akan menelfonnya untuk meminta maaf, aku benar-benar sibuk dan—"
"Dan, apa?" tanya Gerald.
"Sebelumnya, aku minta maaf, Gerald, Yose, aku—"
"Ada apa, Sean? Katakan saja." seru Yose.
"Aku sudah menikah." jawab Sean, membuat Yose dan Gerald menganga tak percaya.
"Apa? Menikah? Kamu sudah menikah?" tanya Yose, tak percaya.
"Hem, karena itu aku gak bisa datang di acara pernikahan Naly, karena aku juga mengadakan acara pernikahanku di California."
"Wahh ... kamu—" Yose tak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Kamu menikah? Dan, gak mengundang kami? Kamu benar-benar sudah melupakan kami, Sean." sambung Gerald.
"Aku sudah mencoba menghubungi kalian. Namun, kalian gak bisa ku hubungi." jawab Sean.
"Tapi, setidaknya kamu harus mengirim surel atau apalah, yang bisa memberitahu kami." celetuk Gerald, membuat Sean tak bisa berkutik.
"Aku gak percaya kamu sudah menikah, kesannya sangat mendadak, siapa wanita itu? Apa dia hamil anakmu?" tanya Yose.
"Jangan berpikiran sempit, Yose, aku gak menghamili wanita itu, aku menikahinya karena memang menyukainya." Sean menggeleng.
"Tapi, menyukainya dan menikahinya secepat itu gak mungkin, Sean." Yose tak terima dengan pernikahan sahabatnya.
"Apanya yang gak mungkin, Yose? Aku menyukainya dan aku harus menikahinya sebelum kembali ke New York, itu tujuanku." jawab Sean, membuat Gerald menatap mata Yose yang memancarkan kekecewaan.
"Tapi—"
"Sudahlah, Yose! Kita harus bersyukur, salah satu dari kita akhirnya menikah, Sean gak mungkin harus melajang seterusnya, sedangkan kamu tahu, dia adalah pewaris tunggal keluarganya yang membutuhkan ahli waris dari pernikahannya." sambung Gerald, memberi kode kepada Sean agar tak melanjutkan perkataannya.
Kedua sahabatnya itu sudah di anggap Sean, seperti keluarga sendiri, tapi untuk mengetahui tujuannya menikah, Sean seakan berat mengatakannya, ia tak mau menyulitkan dirinya dan juga Alicya, jika kedua sahabatnya tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kami kemari ingin memarahimu karena gak hadir di pernikahan Naly. Namun, kami di kejutkan dengan pernikahan dadakanmu." kata Gerald, tersenyum mengakui sahabatnya.
"Perkenalkan kami dengan istrimu, kami ingin bertemu dengannya." kata Yose, dengan suara penuh kekecewaan, hati Yose akhirnya runtuh, sekian lama menyimpan perasaan untuk sahabatnya sendiri, akhirnya ia harus menerima kabar bahagia yang merupakan kabar duka baginya.
"Baiklah, aku akan memperkenalkan kalian dengan istriku, kalian yang akan atur waktunya, kapan kita bisa bertemu." jawab Sean, penuh keyakinan.
______
Alicya kini tengah Membantu Amber, kepala maid menyiapkan cemilan untuk Nenek Sean yang akan datang sebentar lagi, Alicya tak harus bersenang-senang di rumah ini, meski ia adalah istri Sean.
"Nona, biarkan saya yang mengerjakannya." kata Amber, tak enak hati dengan sikap Alicya saat ini.
"Gak apa-apa, Amber, biarkan saya membantu, saya tidak bisa diam saja." jawab Alicya, membuat Amber menundukkan kepala.
"Tapi, Amber, Neneknya Sean dan Razelia itu seperti apa?"
"Nyonya Steel? Beliau ramah, meski agak tegas." jawab Amber.
"Apa dia akan menyukaiku?"
"Tentu saja, beliau pasti menyukai anda, anda, kan, istri dari Sean, cucu kesayangannya." jawab Amber.
"Gitu, ya, semoga saja saya gak buat kesalahan." kata Alicya.
"Apa yang kamu lakukan, Nak?" tanya Paula, ketika melihat Alicya kini tengah di dapur membantu Amber. Melihat majikannya, Amber membungkukkan badan.
"Saya hanya membantu Amber, Mom." jawab Alicya.
"Jangan! Itu sudah tugas Amber. Amber juga memiliki banyak bawahan." kata Paula.
"Gak apa-apa, Mom, biar saya membantu, saya juga sesekali ingin bergerak di dalam rumah, rindu sama suasana rumah di California, saya sering membantu Mommy saya untuk melakukan pekerjaan dapur." jawab Alicya.
"Apa orang di rumah tidak ada?" Teriak Noryn.
"Mommy? Ayo, Alicya." Paula mengajak sang menantu untuk menemui Noryn, yang merupakan Nenek dari Sean dan Razelia.
"Mom? Mommy datang sendirian? Jane mana?" tanya Paula.
"Jane akan menyusul Mommy, mana istrinya Sean?" tanya Noryn, tanpa basa-basi.
Alicya membungkukkan badan, sebagai rasa hormatnya kepada Noryn, selaku tetua dalam keluarga Steel.
"Perkenalkan, Grandma, nama saya Alicya Zenith." kata Alicya.
"Alicya? Keluargamu mana?" tanya Noryn.
"Mereka di California, Grandma." jawab Alicya, yang sejak kemarin sudah menyiapkan pertemuannya dengan Noryn.
"Mommy mau istirahat! Sepertinya, Mommy membuang waktu kemari." kata Noryn, melangkah menaiki tangga.
Alicya merasa heran, melihat sikap Noryn yang begitu tiba-tiba.
"Ada apa, Mom? Apa saya melakukan kesalahan?" tanya Alicya, pada Paula.
"Tidak, Sayang, mungkin Mommy Noryn kelelahan karena perjalanan kemari memakan waktu dua jam." jawab Paula, "Mommy menyusulnya dulu, ya."
"Iya, Mom." Alicya hendak melangkah. Namun, Sean mencegah langkah kakinya dengan berdiri di depan Alicya.
"Sean? Kapan kamu pulang?" tanya Alicya.
"Apa Grandma sudah sampai?"
"Sudah, barusan naik ke atas."
"Bagaimana? Apa yang Grandma katakan? Ketika dia melihatmu?" tanya Sean.
"Katanya dia percuma jauh-jauh kemari."
"Kamu buat salah?"
"Gak, kok, aku gak buat salah. Aku juga gak tahu, kenapa Grandma mengatakan hal itu." kata Alicya mengangkat kedua bahunya.
"Baiklah, aku akan menyusul Grandma ke kamar." kata Sean, berjalan menaiki tangga.
Alicya menelan ludah, karena bingung suasana seperti ini harus di tanggapi seperti apa, ia juga tak tahu harus bagaimana dan kenapa semua orang berusaha menyusul Noryn, yang kini naik ke lantai atas untuk beristirahat.
"Grandma! Aku sangat senang akhirnya aku bertemu Grandma setelah sekian lama." kata Sean, ketika melihat sang Nenek sedang mengobrol asyik dengan Paula. Sean memeluk dan mengecup pipi kanan kiri sang Nenek.
Paula tersenyum melihat putranya bersikap lebih baik.
"Razelia mana?" tanya Noryn.
"Razel belum pulang, Grandma." jawab Sean.
"Bagaimana dengan istriku, Grandma? Bagaimana menurut, Grandma?" tanya Sean, menunggu jawaban sang Nenek.
"Sepertinya banyak kebohongan di matanya." jawab Noryn.
"Kebohongan? Gak mungkin, Grandma. Grandma hanya belum mengenal Alicya dengan baik saja." kata Sean.
"Benar kata Sean, Mom, mungkin Mom belum mengenal Alicya dengan baik, sebagai Ibu mertuanya, saya sangat mengenal Alicya dengan baik." Paula menimpali.
"Jadi, menurut kamu Mom salah menilai wanita itu?" tanya Noryn pada Paula.
"Bukan begitu, Mom, hanya saja, terkesan buru-buru ketika Mom menilai Alicya secepat itu." jawab Paula.
"Baiklah, kita lihat saja nanti, bagaimana sikap asli menantumu itu." kata Noryn.
"Tapi, aku menyukainya, Grandma!" kata Sean.
"Tentu saja kamu menyukainya, gak mungkin kamu menikahinya jika tidak mencintainya, bukan? Hanya saja, Grandma kemari hanya ingin mengenal lebih jauh istrimu itu, ambil lah pengalaman pada masa lalu, Sean, kamu harus berpikir lebih matang lagi, lebih menilai orang dengan baik." kata Noryn.
"Aku sudah dewasa sekarang, Grandma! Karena itu, aku menikah. Karena, menurutku, Alicya adalah wanita yang baik." jawab Sean.
"Jangan menilai orang hanya dari pakaian luarnya saja, Sean, kamu sudah pernah mengalami itu sebelumnya, kamu menilai wanita ular itu dengan baik. Namun, ternyata dia hanya ular berbisa yang masuk ke mansion ini, 'kan?"
"Karena itu, selama 4 tahun ini, aku tidak pernah mengenal wanita, baru kali ini, aku menikah dan mengenal sosok wanita yang baru dalam hidupku, Grandma!" jawab Sean.
Alicya tertegun mendengar apa yang di perbincangkan Sean dan Sang Nenek, Alicya merasa kurang dan merasa sangat risih, ketika berhadapan dengan Sean, apalagi jika itu menyangkut keluarganya, Alicya memang wanita yang sederhana, kekayaan yang di miliki keluarganya tak ada apa-apanya dengan kekayaan Steel yang begitu berlimpah.
Kesalahan terbesar Alicya, adalah mengenal pria yang bernama Nick, karena pria itu yang telah menghancurkan segala impiannya, menghancurkan kepercayaannya terhadap laki-laki, sampai ia harus menjalani hidup penuh kebohongan dan sandiwara.
"Alicya? Ada apa?" tanya Razel, ketika melihat Alicya kini tengah bersandar di tembok dekat pintu kamar.
"Razel? Kamu sudah pulang?"
"Hem, kamu ngapain di sini?"
"Grandma sudah sampai dan sekarang ada di dalam, lagi ngobrol sama Sean juga Mommy."
"Kamu sudah bertemu Grandma?"
"Sudah."
"Baiklah, aku masuk dulu, ya." kata Razel, berjalan memasuki kamar Sang Nenek.
Alicya kembali ke kamarnya.
______
Malam menunjukkan pukul 19.30, keluarga Steel kini tengah berbincang di ruang keluarga, sembari menunggu panggilan Amber untuk makan malam, James terlihat sangat akrab dengan sang Mommy, wanita tua yang telah menjadi tetua di dalam keluarga Steel.
Alicya sesekali melihat ke arah Sean yang kini tengah menekuri layar tab kesayangannya.
Sedangkan, James dan Paula mengajak Noryn dan Jane berbincang, Razelia duduk di samping Alicya dan sesekali menjawab pertanyaan Sang Nenek tentang pekerjaannya.