Bab. 4 Kakak kelas Mily

1765 Words
Setelah Fitri memberikan nomor HP Mily ke Lutfi, kemudian Lutfi pun memberikan nomor HP Mily ke temannya itu yang bernama Hari. Beberapa hari kemudian Heri menghubungi Mily untuk berkenalan. Jadi ternyata Hari adalah saudara sepupu Lutfi. Hari pun mengajak Mily ketemuan disuatu tempat, tapi Mily enggan ketemuan dengan orang itu. Keesokan harinya saat pulang sekolah, Hari nekat datang ke sekolah Mily, Heri menunggu di depan sekolah Mily. Hari memberi kabar ke Mily melalui SMS "Hei, aku ada di depan sekolah mu, aku tunggu ya". Mily sedikit terkejut membaca SMS dari Heri, "duhhh, bagaimana ini?" Gumam Mily. Mily sudah sering diajak ketemuan dengan beberapa laki-laki, beruntung mereka bersikap baik dan sopan saat bertemu. Jadi Mily berjanji dengan diri sendiri untuk tidak ketemuan dengan laki-laki lagi untuk itu Mily enggan diajak ketemuan Hari. Vita dan Fitri menyadari kegelisahan Mily, "ada apa Mil?" Tanya Fitri. "Hari ngajak ketemuan dan dia ada di depan sekolah sekarang" Jawab Mily dengan cemas dan badan yang terasa panas dingin tapi juga deg-degan. "Temui aja Mil," Jawab Vita. "Iya Mil, temui aja dia, kasihan dia sudah menunggu lama." Kata Fitri "Aku pakai helm merah dan motor merk Y warna merah." SMS dari Hari lagi. "Ya uda yuk kita pulang aja yuk!" Ajak Mily kepada Vita dan Fitri "Kamu yakin Mil tidak mau nemui dia?" Tanya Fitri sambil berjalan menuju halaman luar sekolah "Hmm..iya" jawab Mily. "Kita lihat saja nanti, kalau dia lumayan ganteng boleh lah ditemui, tapi kalau tidak seperti ekspektasi gak mau lah nemui dia" batin Mily. Begitu sampai di pintu gerbang sekolah, Mily melihat ada laki-laki yang mengenakan helm dan motor yang disebutkan Hari tadi, tapi dia tidak sesuai dengan ekspektasi Mily. Akhirnya Mily tidak menemui Hari. Tak lama menunggu kendaraan umum datanglah bus Nusantara, akhirnya Mily naik bisa untuk menghindari Hari. "Maaf ya Vita, Fitri, aku naik bus saja ya, duluan ya," Pamit Mily. "Iya, hati-hati, Mil." Jawab Vita dan Fitri serempak dan Mily mulai menaiki anak tangga dalam bus itu. Mily sudah menaiki bus, beruntung masih ada kursi kosong di barisan depan. Langsung saja Mily duduk di kursi kosong itu, sesekali Mily melihat di kaca spion bus untuk memastikan kalau Hari tidak mengikuti nya. Bus yang dinaiki Mily berhenti di halte, Mily pun turun dan kemudian berjalan kaki menuju rumah yang ditempuh selama kurang lebih 15 menit. Mily merasa lega karena berhasil menghindari Hari, namun ternyata Mily salah, Hari justru mengikutinya dari belakang saat Mily naik bus hingga berjalan kaki. Hari sudah memperhatikan Mily saat masih di depan sekolah. Hari dengan mudah menemukan Mily karena ciri-ciri yang disebutkan oleh Fitri. Mily merasa cemas hingga badannya sedikit gemetar, tapi bagaimana lagi Mily harus terus berjalan. Hari berusaha berbicara dengan Mily sambil menaiki motornya, "hei, Mil, tunggu," "Maaf, siapa ya? Permisi aku mau pulang" Ucap Mily dengan melangkahkan kakinya menjauh dari Orang itu. "aku Hari, orang yang di depan sekolah tadi itu temanku bukan aku" Hari membuka kaca helmnya. Seolah dia tau kekecewaan Mily, Hari masih terus berusaha menghentikan langkah Mily, tapi Mily hanya diam dan terus berjalan. Mily berusaha menghindari Hari lagi dengan melewati jalan pintas yang bisa tembus ke gang sebelah lingkungan rumahnya. Mily merasa sedikit lega sudah tidak melihat Heri lagi di belakangnya, karena jalan pintas yang dilalui Mily hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki, dan yang paling penting Hari tidak mengetahui rumah Mily. Malam harinya, terdengar suara nada dering HP Mily, Mily pun mendekati sumber suara dari HP nya itu, dilihatnya nomor Hari yang menelepon Mily hingga 3 kali, Hari terus menelepon Mily akhirnya Mily pun menjawab panggilannya. "Halo, assalamu'alaikum" "Wa'alaikum salam. Hei Mil, aku minta maaf soal tadi siang, tadi siang yang di depan sekolahmu pakai motorku itu temanku." "Hmm, jadi benar tadi siang yang di depan sekolah itu bukan Hari," Gumam Mily dalam hati. "Hei Mil, kok diam? Kamu marah sama aku?" Tanya Hari. "Eh, nggak kok, aku gak marah. Iya aku maafin kamu," Kata Mily datar. "tapi tolong setelah ini jangan ganggu aku lagi." Sambung Mily dan kemudian menutup teleponnya. HP Mily berdering lagi, dilihatnya nomor Hari menelepon lagi dan lagi, hingga akhirnya Mily mematikan HP nya agar bisa belajar dengan tenang. Keesokan harinya, Mily sudah sampai di sekolah, sebelum pelajaran pertama belum dimulai, Fitri bercerita kepada Mily. "Mil, kemarin kamu dicari Hari kok Mil," "owh, terus kamu bilang apa Fit?" tanya Mily "aku bilang, kamu sudah pulang naik bus, sepertinya kemarin dia langsung mengikuti bus yang kamu naiki deh Mil," kata Fitri. "owalah, pantesan kemarin dia kemarin mengikuti aku, Fit." kata Mily dan Mily mulai menceritakan panjang lebar tentang kejadian kemarin siang kepada Fitri dan Vita. "Terus bagaimana, Mil? Kamu sudah bertemu dengannya?” tanya Fitri “Tidak juga sih, aku cuma lihat dia sebentar saja, soalnya aku sendiri takut, Fit” kata Mily. “Takut kenapa, Mily?” tanya Fitri. “Mily, Dia tidak mampir ke rumahmu, Mily?” tanya Vita “Ya tidak apa-apa sih Fit. Tidak, Vit.” jawab Mily. Seiring berjalannya waktu hari terus berganti, Hari terus menghubungi Mily entah itu lewat telepon maupun SMS. Awalnya Mily enggan untung menanggapi Hari, namun Hari terus menghubungi Mily, akhirnya Mily menanggapi telepon maupun SMS dari Hari. Mily sempat berpikir Hari mungkin akan sama seperti beberapa laki-laki yang pernah ditemuinya, setelah bertemu dengan Mily, mereka terus menghilang, namun ternyata Hari tidak demikian. Hubungan komunikasi antara Hari dan Mily terjalin dengan baik. “Mil, aku boleh main ke rumahmu enggak?” tanya Hari. “Memangnya mau apa ke rumahku?” jawab Mily. “Ya, cuma main saja, boleh enggak? Hari kembali bertanya kepada Mily. “Enggak usah saja deh ya,” jawab Mily. “Lha kenapa kok enggak boleh? Aku tahu rumahmu. Aku bisa ke sana kapan saja aku mau” kata Hari. “Ya sudah, besok minggu aku kesana ya, rumahmu di belakang mushola, kan?!” sambung Hari. Mily belum sempat menjawab apa yang dikatakan Hari, Hari sudah menutup teleponnya. “Iih, itu orang menjengkelkan banget sih, enggak sopan main tutup telepon tanpa salam lebih dulu. Kita lihat saja, aku harap besok kamu salah masuk rumah, karena kemarin aku masuk ke halaman rumah tetanggaku saat dia berhasil mengikuti ku.” kata Mily dalam hati. *** Ujian tengah semester akan segera tiba, Mily semakin serius belajar setiap malam, setiap buku selalu dia baca dan menghafal pelajaran yang perlu dihafalkan. Keesokan harinya, Mily memasuki ruangan untuk ujian. Mily merasa terkejut setelah mengetahui kalau satu bangku dengan kakak kelas berlawanan jenis melalui nama dan nomor yang tercantum di sudut meja, kak Roki namanya dari kelas XII IPS. Mily memang bisa dibilang masih polos dan kuper (kurang pergaulan), karena Mily memang tidak begitu mengetahui bahasa-bahasa pergaulan dan tidak terbiasa duduk bersebelahan dengan lawan jenis. Setelah mengetahui satu bangku dengan lawan jenis, Mily menggeser kursinya ke pinggir dan melakukan hal yang sama dengan kursi yang akan ditempati kakak kelasnya. Seminggu lamanya ujian tengah semester akhirnya selesai. Mily dan kak Roki pun sudah saling berkenalan dan juga bertukar nomor HP sejak ujian masih berlangsung. Kak Roki pun sering berkirim pesan ke Mily walaupun sekedar tanya kabar dan sedang apa. Di sekolah, kak Roki datang ke kelas Mily tanpa sepengetahuan Mily. Mily tengah asyik bercanda dengan teman-teman nya, tiba-tiba salah seorang teman di kelasnya menghampiri Mily dan berkata "Mil, ada yang mau ketemu sama kamu" kata Nor. "masa sih? emang siapa?" tanya Mily. "lihat saja sendiri" kata Nor lagi. "kak Roki, Mily." kata Vita yang melihat ke arah luar dari tempat duduknya. "hah, masa sih?" tanya Mily yang masih tidak percaya. Mily merasa malu dan enggan menemui kak Roki, namun Vita dan teman-teman yang lainnya membujuk Mily agar mau menemui kak Roki, karena kak Roki sudah menunggu Mily. Mily akhirnya berjalan menemui kak Roki di depan kelas dengan hati yang berdebar-debar. Mily merasa menjadi pusat perhatian di kelasnya, karena Mily di kelas ataupun di sekolahnya tidak pernah terlihat dekat dengan laki-laki. "ehm, kak, ada apa kak Roki kesini?" tanya Mily "aku mau bicara sama kamu, dek, aku ganggu ya dek?" kata kak Roki yang terlihat serius di sorot matanya namun sikapnya terlihat santai. "owh, nggak kok, tadi aku cuma bercanda-canda sama teman-teman. Kak Roki mau bicara apa?" tanya Mily ragu. "dek, aku sayang sama kamu, kamu mau jadi pacar aku?" kata kak Roki. Mily yang mendengar ungkapan dari kak Roki hanya diam dan membuat jantung Mily berdegup kencang seolah sedang lari maraton. Mily merasa tidak percaya apa yang diucapkan kak Roki. "hmm, yang dikatakan kak Roki itu tadi beneran?" tanya Mily sedikit ragu. "beneran dek, masa aku bohong?! jadi gimana dek?" "apa perlu dijawab sekarang kak?" tanya Mily. "iya, kalau dek Mily gak mau ya gak apa-apa" kata kak Roki. Mily diam sejenak, dan kak Roki seolah tau dan memberikan kesempatan Mily untuk berpikir meski hanya beberapa menit saja. "dek, aku balik ke kelas dulu ya," kata kak Roki tiba-tiba. "Eh, tunggu kak, kok tiba-tiba?" cegah Mily. "kak Roki marah ya karena belum aku menjawab pertanyaan kakak?" kata Mily yang merasa bersalah. "aku gak marah kok dek, santai aja gak usah dipikirin. Jawaban dari adek nanti setelah pulang sekolah aja gak apa-apa dek, kalau memang belum bisa menjawab sekarang, aku balik ke kelas dulu ya," "iya kak," kata Mily. setelah menemui kak Roki, Mily kembali ke kelas dengan raut wajah penuh senyum tapi hatinya masih berdebar-debar dan duduk disebelah Vita. "kak Roki kok sebentar aja, Mily? tanya Vita. " iya, pengen ngobrol sebentar," kata Mily masih bingung mau cerita dengan Vita atau tidak. "ehm, Vit, aku mau ngomong tapi jangan bilang siapa-siapa ya," kata Mily "sebenarnya tadi kak Roki bilang sayang sama aku," sambung Mily dengan suara pelan. "hah? kamu 'ditembak' kak Roki, Mily? cie-cie..hehehe." kata Vita langsung menggoda Mily. "iih, Vita kok gitu sih, aku sedikit takut tau. bingung aku," kata Mily sambil menyandarkan kepalanya di atas mejanya. "terus gimana kamu jawab apa Mily?" kata Vita yang ikut-ikutan menyandarkan kepalanya di atas mejanya. "aku belum menjawabnya, aku bingung mau terima dia apa tidak, gimana nih, Vit nanti setelah pulang sekolah aku harus menjawabnya." kata Mily. "Terima aja Mily, kak Roki kayaknya orang yang baik," saran Vita. "gak tau deh, lihat aja deh nanti pulang sekolah," kata Mily sambil menegakkan kepalanya lagi. "Vit, tapi aku takut, nanti temani aku ya, yaa" ajak Mily ke Vita. "lha masa aku jadi 'obat nyamuk' Mily, yang benar saja..aku gak mau ah, Mily." gerutu Vita. "sama ngajak Fitri deh, Vit," bujuk Mily. "dia pasti mau, Vit," Mily meyakinkan Vita. Guru sekolah sudah hadir dan memulai pelajaran sekolah sesuai dengan gelar sarjana di belakang namanya. Mily dan teman-temannya mulai memperhatikan guru yang tengah menjelaskan pelajaran Sosiologi di depan kelas. Tak terasa waktu sudah menunjukkan bahwa pelajaran akan selesai dan sudah waktunya untuk pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD