Bab 6. Rian

1390 Words
Beberapa hari kemudian, setelah pulang sekolah, kak Roki mengajak Mily ke rumahnya, namun Mily merasa takut dan belum siap kalau harus bertemu dengan kedua orang tua kak Roki. "Dek, aku tunggu di depan sekolah ya, aku pakai jaket hijau." SMS dari kak Roki tapi Mily tidak membalas SMS dari kak Roki. Mily dan teman-temannya menuju gerbang depan sekolah, dan seperti biasa menunggu angkot berwarna jingga di seberang sekolah. Beberapa teman Mily sudah pulang lebih dulu, kini tinggal Mily, Fitri dan Vita. Dari seberang jalan Mily melihat kak Roki yang menunggunya di sudut sekolah, kak Roki yang melihat Mily pun langsung menghampiri Mily. "sudah siap dek?" tanya kak Roki. "tunggu sebentar, kak. Kita mau kemana?" tanya Mily "aku mau ajak adekku yang cantik ini ke rumah," rayuan kak Roki yang berhasil membuat Mily tersipu malu. Mily diam sejenak, "duhh, ngapain ya kak Roki ngajak aku ke rumahnya? apa mau ngenalin aku dengan orang tuanya? apa kak Roki ingin menjalin hubungan yang serius dengan aku? Ya Allah, aku belum siap untuk itu semua, bagaimana ini Ya Allah?" gumam Mily dalam hati. "ngapain, kak?" tanya Mily, "ya main aja ke rumah, yuk" kata kak Roki. sementara Mily masih berdiam diri dan berpikir, sedangkan kak Roki masih menunggu Mily. "apakah aku harus ikut ke rumahnya kak Roki? tapi aku takut," gumam mily dalam hati. Mily mencolek temannya Fitri dan Vita untuk meminta saran bagaimana baiknya. Fitri dan Vita seolah-olah tau arti colekan dari Mily, "terserah kamu aja Mily," kata Vita. "ikut aja Mil, kasihan sudah menunggu dari tadi," kata Fitri. Mily masih terdiam, sedangkan Fitri dan Vita masih setia menunggu Mily. "kak, aku minta maaf ya, sepertinya aku gak bisa ikut kakak ke rumah," kata Mily "lha kenapa dek?" tanya kak Roki. "tidak apa-apa, kak. aku pulang sekarang ya, bareng teman-temanku." kata Mily. "aku minta maaf ya kak, assalamu'alaikum." kata Mily yang kemudian menyusul Fitri dan Vita naik angkot. "lhoh, kirain kamu jadi ikut kak Roki, Mil." kata Fida. "hehe, gak jadi, Fit." kata Mily. "kasihan kak Roki, Mily." kata Vita. "lha gimana? aku takut, gak biasa main ke rumah laki-laki. takut nanti ada setan lewat kan malah bahaya" "haha, kalau takut pegangan kak Roki yang kenceng, Mily atau nyalain senter." goda Vita sembari tertawa, dan Fitri pun ikut tertawa. Setelah menaiki angkot selama kurang lebih 15 menit, akhirnya Mily sampai di rumah. Sesampainya di rumah Mily melepas sepatunya, mengganti seragam dengan pakaian biasa, tak lupa untuk makan dan juga melaksanakan kewajibannya untuk shalat. Mily terpikirkan dengan kak Roki tadi, dalam hati kecilnya, Mily merasa bersalah dengan kak Roki karena sudah meninggalkannya sendirian di depan sekolah. Kemudian Mily menghubungi kak Roki. "assalamu'alaikum, kak" "wa'alaikum salam, dek" jawab kak Roki. "sudah makan siang dek?" sambung kak Roki. "sudah, kak. aku minta maaf soal yang tadi ya kak, sudah buat kakak kecewa karena aku tidak jadi main ke rumah kakak," kata Mily. "iya, tidak apa-apa, adekku sayang, santai saja" kata kak Roki dan Mily pun tertawa mendengar panggilan dari kak Roki untuknya. "kenapa tertawa dek? ada yang lucu?" tanya kak Roki. "hehe, tidak ada kok, kak" jawab Mily. "aku itu beneran sayang sama kamu, dek.." "iya kak, sayang sebagai apa nih..?" goda Mily. "ya sayang sebagai pacar, sebagai adek," kata kak Roki. "yang bener, kak?" tanya Mily. "iya, adekku sayang" kata kak Roki dan Mily tersenyum malu setiap dipanggil kak Roki seperti itu. - - - - - Liburan akhir semester telah tiba, Kak Roki pun sudah lulus sekolah. Mily pun naik ke kelas XI IPS 2 dan kak Roki lulus sekolah. pada awal bulan Juli 2008 Mily memutuskan hubungannya dengan kak Roki, namun masih saling berkomunikasi sebagai teman biasa. Rian naik ke kelas XII IPA. Senin tanggal 6 Juli 2008 tiba – tiba Rian mengirim SMS Mily dengan nomor yang berbeda. “Hey Mil, apa kabar? Masih ingat aku nggak? Aku Rian, mantanmu yang nggak kamu anggap.” Kata Rian. “Oowh. Rian, maaf ya tumben SMS aku, ada apa? Kabarku baik, kalau kamu gimana? kamu pasti dikasih tahu Vita..” kata Mily. “Kabarku juga baik. Ngomong – ngomong kenapa dahulu kamu putusin aku begitu aja?” kata Rian. “Nggak kenapa – kenapa. Sudah lah masalah yang itu jangan dibahas lagi” kata Mily. Beberapa menit kemudian, Rian berkata kepada Mily, “Mil, kamu mau nggak jadi pacarku lagi? Aku masih sayang sama kamu Mil”. Rayuan Rian. “Apa?! Kamu bercanda kan?” tanya Mily dengan terkejut. “Nggak, aku serius” kata Rian. “Memangnya kamu beneran masih sayang sama aku?” tanya Mily. “Iya. Aku beneran masih sayang sama kamu. Jadi gimana? Tolong berikan aku kesempatan" kata Rian. “Duh. Gimana ya? Sebenarnya aku sudah lama memikirkan hal ini, haruskah aku memberikan kesempatan kepada Rian?” gumam Mily dalam hati. "Beri aku waktu untuk menjawab ya," kata Mily. "Baiklah, aku tunggu besok ya," "Iya," kata Mily dan Rian tidak membalas pesan dari Mily. 'besok aku harus memberi jawaban ke Rian, baiknya terima lagi atau tidak ya? Dulu pacaran dengan Rian hanya melalui SMS dan bertemu satu kali, tapi sering saling kirim foto. ya sudahlah, lihat besok saja deh, aku pikirkan lagi.' gumam Mily dalam hati. keesokan harinya, Mily masih memikirkan apakah Mily harus menerima Rian lagi atau tidak, 'kalau aku terima bagaimana ya? apakah akan berkirim puisi lagi? duhh, tapi aku malas berpikir untuk membuat puisi lagi seperti dulu' batin Mily. Beberapa jam kemudian Rian menghubungi Mily untuk meminta jawaban dari pertanyaannya kemarin. "Assalamu'alaikum," "Wa'alaikum salam," "Bagaimana sudah kamu pikirkan jawabannya?" tanya Rian. "Sudah aku pikirkan sih," "Owh, terus?" “Emm, baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk jadi pacarku lagi, tapi dengan syarat" kata Mily. "Syarat? syarat apa? akan aku penuhi syaratnya kalau aku bisa" kata Rian. "Syaratnya gampang kok, jangan kirim-kirim puisi lagi ya, aku malas buat puisi lagi" kata Mily "Oke, aku bisa kok memenuhi syarat itu, jadi bagaimana ini, aku diterima tidak?" tanya Rian. "Iya, aku terima kamu lagi, aku harap kamu menggunakan kesempatan itu dengan baik.” Kata Mily. “Okey. Aku janji, aku akan menggunakan kesempatan itu dengan baik.” Kata Rian. Hari-hari telah berganti hubungan Mily dan Rian berjalan dengan baik. Hubungan Mily sudah terjalin selama 1 bulan, dan setiap hari minggu Rian selalu menyempatkan datang ke rumah Mily. Hari minggu pagi Rian menghubungi Mily melalui SMS, "di rumah tidak?" "Iya, di rumah, gimana?" jawab Mily dengan tangan dalam keadaan setengah kering karena masih mencuci baju. "Aku mau main ke rumah mu, ada siapa di rumah?" kata Rian. "Ada adekku saja," kata Mily. "Owh, lha bapak ibu?" "Bapak lagi pergi dengan rekan kantornya, dan ibu sudah berangkat ke pasar, memangnya ada apa?" jawab Mily yang merasa heran dengan Rian. "Ok, aku ke sana sekitar jam 9 ya," "Iya, nanti hati-hati ya," kata Mily. Waktu sudah menunjukkan hampir jam 9, sebentar lagi Rian akan datang, entah mengapa Mily selalu merasa deg-degan setiap akan bertemu dengan Rian. Mily pun sudah bersiap-siap untuk bertemu dengan Rian, sambil menunggu Rian datang, Mily membuat minuman terlebih dahulu agar saat Rian datang, Rian tak perlu menunggu lama saat Mily membuatkan Rian minum. Suara motor Megapro terdengar dari dalam rumah, Mily melihat Rian yang melepas helmnya. Tak lama suara ketukan pintu terdengar dan Mily segera keluar menghampiri Rian dan mempersilahkan Rian untuk duduk di dalam ruang tamu. "Masuk dan duduk dulu ya, aku ambilkan minum sebentar," kata Mily. "Enggak usa, aku cuma sebentar," cegah Rian. "Tidak apa-apa, cuma sebentar aja kok, tunggu ya," kata Mily yang kemudian masuk ke dalam untuk mengambil minum yang sudah dibuatnya tadi dan diletakkan di atas nampan tak lupa dengan camilan dalam toples dan membawanya ke ruang tamu. Mily pun duduk disebelah Rian di kursi panjang. "Ini silahkan diminum," kata Mily. "Iya, terima kasih." kata Rian. Mily dan Rian mengobrol berbagai hal, sesekali eksis berfoto berdua menggunakan kamera HP milik Rian, tapi sayangnya Rian tidak mengijinkan foto itu dikirim ke HP Mily. "aku boleh minta sesuatu gak?" kata Rian tiba-tiba. "Minta apa?" tanya Mily. "Boleh apa nggak?" kata Rian. "Yang jelas minta apa dulu?" tanya Mily "Minta cium, boleh gak?" jawab Rian berbisik. "Hmm, gimana ya? tapi aku takut," kata Mily ragu. "Jadi boleh apa nggak?" tanya Rian lagi. "Nggak mau ah, aku takut, takut kebablasan, takut dosa." kata Mily. "Kalau aku minta dipeluk? boleh nggak?" tanya Rian lagi dan Mily pun hanya menggelengkan kepalanya, tapi sepertinya Rian tidak melihat saat Mily menggelengkan kepalanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD