Kakek North kembali ke kedainya tidak lama kemudian. Pria tua itu mencari keberadaan dua pemuda tadi yang datang ke kedainya. Terutama pemuda yang bernama Jim Dye yang tadi menanyakan soal keberadaan pasir Aeolian. Travol sendiri tidak kalah membuat penasaran. Meski cara bicara pemuda yang satu itu tidak sopan, Kakek North yakin dia bukan pemuda yang berasal dari kalangan rakyat jelata. Minimal ada leluhurnya yang merupakan anggota kerajaan atau bangsawan. Kakek North melihat itu dari ciri khasnya ketika mencemooh. Kata-katanya yang diucapkan Travol terlalu berani dan hanya bisa diucapkan oleh orang-orang yang berkuasa saja. Itu menurut Kakek North. Dia akan mencari tahunya nanti.
Saat memasuki kedai Kakek North melihat kedua pemuda tadi sedang berbincang tanpa sajian makanan apa pun. Hanya ada dua gelas serta sebuah kendi di atas meja. Kakek North lalu menghampiri mereka.
“Kedai macam ini? Kenapa tidak ada satupun makanan di tempat ini?” keluh Travol saat Kakek North mendekat padanya.
“Katakan siapa kalian sebenarnya?” tanya Kakek North sembari menodongkan sebilah belati ke depan leher Travol.
Jim Dye segera bangkit berdiri dari kursinya. Dia mundur satu langkah kemudian berkata, “Kakek tenang dulu! Mari kita bicarakan baik-baik dan simpan belatimu itu,” ucapnya tenang. Jim Dye tercengang pada aksinya ini. Bisa-bisanya dia tenang menghadapi situasi seperti ini. Padahal saat melihat orang-orang dewasa sedang berkerumun dia akan mengambil langkah seribu untuk melarikan diri.
“Baiklah, mari kita bicara baik-baik asal kalian mau menceritakan yang sebenarnya. Aku juga akan membantu kalian mencapai tujuan asal kalian tidak punya niatan menipuku.”
“Menipumu? Berani sekali kau punya kecurigaan seperti itu? Memangnya apa yang kau miliki sampai berpikir kami akan menipumu?” seloroh Travol angkuh. Detik kemudian dia memekik kesakitan ketika ujung belati yang luar biasa tajam itu menyentuh kulit lehernya.
“Bantuan apa yang bisa kau berikan pada kami?” tanya Jim Dye serius.
“Aku akan mengajarkan pada kalian ilmu bela diri serta ilmu perang. Aku berjanji akan mengajarkan semua ilmu yang kumiliki pada kalian.”
“Siapa kau sebenarnya?” tanya Jim Dye hati-hati.
Kakek North mulai bercerita siapa dia sebenarnya pada Travol dan Jim Dye. Kakek North memiliki nama asli Jovanka North. Dia adalah seorang veteran perang pada masa peperangan yang terjadi antara Chazia Empire dan Kingdom of Sholleora. Saat kedua kerajaan itu melakukan perjanjian perdamaian sepuluh tahun yang lalu, Kakek North mundur dari keanggotaan pasukan Chazia Empire lalu membuat sebuah tempat pelatihan perang kecil di Snow Village. Awalnya dia memiliki banyak murid. Namun satu persatu muridnya menghilang dari desa dan tidak pernah kembali lagi sampai detik. Kabar burung mengatakan bahwa murid-muridnya itu kini telah menjadi bagian dari Kingdom of Sholleora. Di wilayah kerajaan itu dijanjikan kehidupan yang lebih layak. Hal itulah yang membuat murid-murid Kakek North tergiur untuk pindah ke wilayah musuh.
“Ditambah lagi mereka merasa kecewa pada pihak kerajaan. Selama sepuluh tahun terakhir tidak ada yang tahu kondisi raja kami. Lord Legano tidak pernah muncul lagi ke hadapan publik sejak perang berakhir. Kabar demi kabar berhembus dari desa ke desa. Membuat penduduk desa yang tidak mengerti apa-apa jadi gelisah sehingga mereka mudah terhasut lalu pindah wilayah demi mendapatkan kehidupan yang layak.”
Jim Dye merasa tidak asing pada nama-nama yang diucapkan oleh Kakek North. Dia mengangguk paham. Sebenarnya dia tahu kondisi raja dari legenda War of Aeolian yang sering ditontonnya ketika memainkan game tersebut. Namun Jim Dye memilih menjadi orang yang tidak tahu apa-apa supaya dia bisa menggali info sebanyak-banyak di tempat ini. Tidak sia-sia rencananya itu karena Kakek North tidak segan menceritakan kembali soal peristiwa perang yang mengacaukan Jackstone Universe.
“Apa kau pernah mendengar soal pasir Aeolian?” tanya Jim Dye.
“Dari mana kau tahu soal itu?”
“Memangnya itu apa, Jim?” tanya Travol dengan polosnya.
“Aku pernah mendengarnya saat perjalanan kemari.”
“Aku sendiri juga tidak tahu bentuknya dan pasir apa itu. Hanya saja sebelum puncak perang aku mendengar Lord Legano membicarakan soal pasir itu dengan Tuan Zevanus. Tapi aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan karena teriakan Jendral Lucas meminta seluruh pasukan untuk berkumpul.”
Jim Dye mengerutkan dahi. Nama-nama baru kembali muncul. Tentu saja nama-nama itu telah diketahuinya dari game War of Aeolian. Nama-nama seperti di game ternyata benar-benar ada dan mulai bermunculan. Membuat Jim Dye mulai penasaran dan tertarik untuk mencari lebih jauh soal dunia lain yang sedang dia jelajahi ini.
“Tuan Zevanus? Siapa dia?” tanya Jim Dye pura-pura tidak tahu. Dia ingin mendengar langsung dari versi Kakek North.
“Dia adalah seorang ahli sihir tersakti dan terkemuka di Chazia Empire. Tidak ada yang bisa menandingi ilmu sihirnya.”
Jim Dye mengangguk paham. Sama seperti yang dijelaskan di dalam game. “Di mana aku bisa menemui orang itu?” tanya Jim Dye ragu. Dia sendiri tidak cukup yakin pertanyaannya itu bisa dijawab oleh Kakek North atau tidak. Karena selama tiga tahun dia memainkan game tersebut sosok karakter Tuan Zevanus belum pernah muncul di game. Karakternya hanya muncul saat pembukaan game.
“Dia tidak ada di manapun. Dia menghilang secara tiba-tiba bersamaan dengan berakhirnya perang. Sampai saat ini kemunculannya masih dinanti-nanti.”
Dugaannya benar soal Tuan Zevanus. Jim Dye yakin karakter itu adalah pemegang kunci dari game War of Aeolian itu sendiri. “Lalu di mana keberadaan pasir Aeolian?”
“Sudah kukatakan aku tidak tahu apa-apa soal pasir itu. Hanya pernah mendengarnya saja sepuluh tahun yang lalu. Aku melupakan karena tidak ingin terlibat masalah apa pun terutama dengan pihak Kingdom of Sholleora.”
“Apa pasir itu ada hubungannya dengan kerajaan itu?”
“Aku rasa sepertinya iya. Tapi aku sendiri juga tidak yakin.”
Sepanjang obrolan Jim Dye dengan Kakek North, Travol yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menjadi pendengar setia saja. Dia belum terlalu tertarik saat ini. Dia hanya mengikuti ke manapun Jim Dye ingin pergi saja.
“Kalian bisa menjadi bagian dari pasukan muda Chazia Empire. Dengan begitu kalian bisa memasuki istana dan mencari tahu apa yang kalian berdua ingin ketahui. Tapi sebelumnya kalian harus mempunyai dasar untuk menjadi seorang prajurit.”
Tanpa pikir panjang Jim Dye mengangguk setuju. Sementara itu Travol hanya tercengan melihat keputusan teman barunya itu. Namun dia tidak memiliki pilihan lagi selain mengikuti Jim Dye.
Keesokan paginya Kakek North mengajak Jim Dye dan Travol ke sebuah gua di kaki gunung Adamuth yang merupakan gunung suci dan tertinggi di wilayah Chazia Empire untuk mencari sumber kekuatan baru serta senjata yang tepat untuk digunakan oleh Jim Dye dan Travol dalam perjalanan mereka. Setelah bertapa selama beberapa hari penjaga gunung suci Adamuth mendatangi Jim Dye dan Travol dalam mimpi. Saat bangun di keesokan harinya masing-masing senjata yang tepat untuk kedua sahabat itu sudah ada di sisi masing-masing. Sebuah katana kayu ada di samping tangan Jim Dye, dan dua buah belati di samping kepala Travol.
Keduanya serius berlatih menggunakan senjata masing-masing. Meski Jim Dye ahli dalam menggunakan senjatanya di dalam game, tapi karena saat ini dia berada di dunia nyata, kesulitan demi kesulitan dihadapinya dalam berlatih menggunakan senjatanya. Namun Jim Dye tidak patah semangat untuk bisa menguasai katana itu. Dia yakin pasti akan menjadi seorang ksatria hebat seperti Jim Dye di dalam game War of Aeolian. Semua hal yang ditemui Jim Dye selama beberapa waktu terakhir memang nyaris sama seperti yang ada di dalam game. Suasananya, alur ceritanya dan juga karakter-karakter yang ditemuinya sampai saat ini. Bahkan lebih menantang karena ini adalah dunia nyata meski tetap menjadi dunia lain bagi Jim dye. Satu hal penting yang tak luput dari Jim Dye, dia tetap memilih diam saja , menyimpan rahasia bahwa dirinya berasal dari kehidupan lain dan berharap dia bisa bertahan hidup di dunia lain ini.
~~~
^vee^