Mata keranjang

1753 Words
"Bella. Kamu sudah datang?" Claudia baru saja menuruni anak tangga. Berjalan lebih cepat menghampiri Bella, yang ternyata sudah duduk di sofa. Mungkin tadi pelayan yang meminta dia untuk menunggunya. Claudia punya satu pelayan. Tetapi dia hanya ditugaskan untuk membersihkan rumah. Soal masak tiap hari tanggungannya sendiri. "Maaf, lama. Tadi aku masih mandi," ucap Claudia. "Iya.. Tidak masalah. Lagian aku baru saja datang. Oh, ya. Soal drama baru kita. Apa ada kendala?" tanya Claudia. "Jangan terlalu khawatir tentang drama baru kita. Pasti akan laris manis." goda Bella. Sembari terkekeh kecil. "Selama aku baca naskah akun tidak masalah. Tapi, lebih baik kamu berteman dengan lawan main kamu. Aku sarankan kamu bangun kemistri kuat dalam drama. Karena ini sangat baik, apalagi itu n****+ populer. Dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa." "Bertemu dengannya makan berdua? Jalan bersama begitu?" tanya Claudia memastikan. "Sebelumnya aku belum pernah melakukan hal seperti itu dalam berkarir. Karena aku yakin akan menimbulkan spekulasi lain di publik." "Tidak masalah ini dicoba. tapi aku bisa diam-diam pergi." ucap Bella. "Kalau kamu bagaimana, di lawan main kita kita berpasangan dengan laki-laki berbeda." "Kalau Aku memang sekarang lagi jalan sama dia. mencoba mencari tahu gimana karakter dia. Agar nanti chemistry kita dapat." saran Bella. Wanita itu begitu manis dan cantik. Dia artis baru yang memang sekarang dramanya sedang populer. Dia memang digosipkan pernah dekat dengan Rian. Lawan maunya fi drama sebelumnya. Dan, sekarang Dia adalah pasangan dia dalam drama baru. "Jadi, drama sukses kamu sama Rian juga karena chemistry kalian sudah kalian bangun sejak lama?" tanya Claudia lagi. Dia memang sedikit penasaran dengan gosip yang beredar dulu. "Iya.. Dan itu menimbulkan masalah. Tapi, ku harap kamu jangan terlalu bodòh sama sepertiku. Aku saja yang jalan bersama dengannya kurang hati-hati." "Baiklah! Aku akan coba tanyakan pada suamiku. Kalau memang boleh aku akan melakukannya." ucap Claudia. "Oh, ya. Kamu mau minum apa. Biar aku akan buatkan." "Tidak usah! Aku hanya sebentar saja. Lagian, nanti bentar lagi Roy akan menjemputku." "Jadi kamu akan sama Roy?" tanya Claudia. Id ardika menyangka jika temannya sekarang sudah punya calon kekasih. "Iya.. Kami diam-diam berkencan. Tapi, jangan sampai ini bocor ke media. Karena rating drama kita sangat berbahaya. Bilang saja jika aku berteman dengannya. Jika ada wawancara dari televisi." Bella menghela napasnya. Dia khawatir dengan hubungannya. Akan membuat masalah baru. "Sayang... Kamu dimana?" suara teriakan Agra menggema sampai lantai bawah. Claudia menatap ke atas. Dianersneyum tipis menggelengkan kepalanya. "Aku dibawah!" balik teriak Claudia. "Itu tadi suara suami kamu?" tanya Bella. "Iya.. Biasa, ia begitu setiap hati. Jadi maag mengganggu kamu ya. Kamu pasti tidak suka hal tadi." "Tidak masalah! Aku merasa kalian terlihat begitu romantis. Tapi, selama ini aku belum tahu suami kamu. Meski banyak orang bilang jika suami kamu artis juga. Tapi, aku yang terlalu sibuk jadi tidak terlalu memperhatikan gosip. Aku juga tidak suka bersama dengan pemain lain. Apalagi ngegosip hubungan orang." "Benar banget. Aku juga setelah selesai syuting langsung pulang." "Sama kita!" ucap Bella. Seketika mereka tertawa manja. Melihat persamaan dalam diri mereka. Tak lama, berbincang berdua dengan Bella. Agra yang sudah rapi siap untuk berangkat ke lokasi syuting. Di berjalan dengan sebagainya menuruni anak tangga. Kedua mata Bella berbinar seketika. Melihat djaja tampan suami Claudia. "Dia suamiku?" ucap Claudia, tersenyum menyambut kedatangan Agra. Claudia beranjak berdiri. Mengecup bibir Agra beberapa detik. "Oh, ya. kenalkan dia Bella. Teman main di drama baru." ucap Claudia. Agra tersenyum ramah. Dia mengulurkan tangannya ke arah Claudia. Kedua mata Agra tidak bisa ditoleransi lagi. tubuh seksi Bella begitu menggoda matanya. Apalagi Bella berpakaian sangat menggoda. Rok yang begitu pendek. Dan baju singlet tanpa lengan yang begitu ketat. Menunjukan lekuk tubuhnya. Keduanya Agra tidak berhenti menatap Bella. Hingga wanita itu menarik tangannya. Yang sedari tadi terus Agra genggam tanpa melepaskannya. "Bella. Kamu duduk dulu. Kau akan buatkan minuman." ucap Claudia. "Tidak usah.." "Gak papa, lagian kamu tamu disini." Agra beranjak duduk di depan Bella. Sementara Claudia melayangkan senyuman. Lalu membalikkan nadanya segera pergi ke arah dapur. Bella mencoba duduk kembali. Tanpa sadar, Agra menatap rok Bella. Laki-laki mata keranjang itu benar-benar membuat Bella merasa risih. Dan mulai berpikir jika memang suami Claudia sepertinya tertarik dengannya. Apalagi, bella. Selalu diterpa gosip perebut suami orang. Hanya Karena lawan main di drama. Dan mereka sangat dekat. Sering jalan berdua. Dan kali ini bella membiarkan mata Agra berfantasi dengannya. Agra, bangkit dari duduknya. Dan, duduk di samping Bella. "Maaf! Apa aku boleh duduk di samping kamu?" ucap Agra, mulai mendekatkan wajahnya. Dan berbisik pelan. "Aku boleh minta nomor ponsel kamu." bisik Agra. Tak sengaja tangannya menyentuh pahà mulut Bella. Yang terekspos bebas. Bahkan setiap dia bergerak terlihat jelas bagian sensitifnya membuat Agra menggoda. Agra tahu jika dia adalah Bella. Artis kontroversi yang sangat populer. Kontroversi hubungannya dengan beberapa artis senior. "Apa yang kamu lakukan, nanti Claudia tahu." ucap Bella. "Selesai syuting. Aku akan memenuhinya. Jadi, kamu kirim alamat kamu nanti." Agra mengeluarkan ponselnya. Dan segera memberikan nomornya pada Bella. Melihat Bella sudah berjalan ke arahnya. Agra, kembali duduk di depan Bella. Dia sengaja duduk di depannya. Tak mau melewatkan pandangan bagus di depannya. "Bella.. Maaf! Lagian aku juga mau balik dulu." ucap Bella. "Minumlah! Kamu pasti lelah." ucap Agra, Dia meraih satu gelas minuman. Dan memberikannya pada Bella. "Iya.. Makasih." Bella melirik ke arah Claudia. Dia terlihat malu, dengan ragu dia mengambil satu gelas di tangan Agra. Dan mulai meneguknya perlahan. Bella beranjak berdiri. "Kau kembali dulu. Bye..." ucap Bella. Menyatukan pipi kanan dan kirinya pada Bella. Sebagai tanda keakraban mereka. Bella melangkahkan kakinya pergi. Sementara Claudia menatap ke arah suaminya. Mengusap lembut pipinya. "Sayang, kamu hati-hati." "Apa kamu aku berangkat bersama?" tanya Agra. "Em... Bentar!" Claudia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Boleh juga. Baiklah!" ucap Claduai. "Tapi tunggu sebentar. Aku mau ambil tas dan ponselku. Lagian, itu asisten juga belum ada kabar." gerutu Claudia. "Sudah, cepat! Aku tunggu kamu di mobil." gumam Agra. "Baiklah!" Drrttt.. Getaran dari dalam saku celana Agra. Membuat dia terkejut. Agra mengambil ponselnya. Kedua matanya melebar saat melihat nomor baru mengirimkan chat padanya. Alamat apartemennya. "Sepertinya ini rumah dia." ucal Agra. Tersenyum simpul. Dia segera membalasnya. Jika besok saat dia selesai syuting akan datang ke apartemennya. Melihat Claudia sudah berjalan ke arahnya. Agra segera memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Dan, beranjak masuk ke dalam mobilnya. Sementara Claudia.sepertinya sibuk dengan ponselnya. Wajahnya terlihat tegang, dengan bibir mengkerut. Wanita itu membuka pintu mobilnya. Dan, masuk ke dalam duduk di jok depan samping Agra. Wajah Claudia masih di tekuk. Kedua matanya tidak berhenti menatap ponselnya. Laku belaian napa kasar ke luar dari bibirnya. Sembari menyandarkan kepalanya. "Ada masalah?" tanya Agra. Dia mulai menyalakan mesin mobilnya. Dan, perlahan mulai menjalankan mobilnya. Sesekali Agra melirik ke arah Claudia. "Ada masalah sedikit!" ucap Claudia. Terus menghela napasnya. Dia terlihat sangat bingung. "Masalah apa?" tanya Agra. "Lawan mainku sekarang kecelakaan. Dan, dia harus dirawat di rumah sakit. Tetapi, jadwal syuting kita tinggal 2 lagi. Dan, sekarang aku juga sudah menyelesaikan syuting di drama baru kita." "Sekarang aku bingung siapa lawan mainku. Apalagi aku harus bangun kemistri kuat dengannya." Agra mengusap lembut rambut belakang Claudia. "Tenang saja. Kamu bisa bicarakan itu pada manajer kamu. Lagian, pasti ada alasan main baru, kan." ucap Agra. "Iya.. Tapi siapa? Aku tidak mau lagi jika lawan mainku adalah mantan-mantanku. Aku tidak suka berhubungan dengan mereka lagi." gerutu Claudia. Setelah berbincang banyak dengan suaminya. Claudia sampai di sebuah perusahaan CNH Entertainment. Setelah suaminya pergi, Claudia melangkahkan kakinya cepat masuk ke dalam. Semua mata tertuju padanya. Gaya outfit Claudia memang begitu mengagumkan para mata yang memandangnya. Baju coklat, dengan celana sedikit ketat. Dan, tas di tangannya? lalu kaca mata hitam. Dan sepatu high heels warna hitam yang sangat pas dengan kaki putihnya. "Claudia.. Claudia.. Semua dataran memanggil namanya. Dia berlomba untuk dmrmaltinya. Tetapi dengan cepat para bodyguard yang memang sudah diatur untuknya menjaga dia dari kerumunan massa. "Claudia gimana tanggapan kamu dengan lawan main drama kamu yang masih di rumah sakit." "Claudia.. Berikan kami penjelasan" mendengar suara risih dari para wartawan yang terus memaksanya. Membuat Claudia menghentikan langkahnya. Dia berdengus kesal. Membuka kaca mata hitamnya, melepaskannya. Dan mulai berbicara secara perlahan. "Saya harap dia segera pulih. Dan doa terbaik untuknya." jawab singkat Claudia. "Apa anda akan ganti pemain baru?" "Saya tidak tahu tentang itu. Jadi jangan tanyakan pada saya." jawab Claudia dia berjalan semakin cepat. Sembari memakai kaca mata hitamnya lagi. "Claudia... Apa anda tidak ingin melihat ke arahnya." "Mungkin nanti saya dengan suami saya akan menjenguknya. Jadi, karena sekarang kita masih sibuk. Belum ada waktu menjenguknya. Kalian dimana saja yang terbaik agar Rian cepat sembuh.." Claudia mengibaskan tangannya pada para wartawan. Dan, segera masuk ke dalam sebuah ruangan. Claudia Beranjak duduk, menghela napasnya lega. "Akhirnya aku bisa lolos juga dari wartawan sialan itu. Gimana bisa aku bernafas jika mereka menyentuhku seperti itu. Apa mereka berniat membunuh perlahan." gerutu Bella, menyandarkan punggung di kursi sofa berwarna hitam. Tanpa dia sadari, seseorang sudah menunggunya dari tadi. Duduk, tepat di sampingnya. Menatap ke arahnya dengan kaki kanan di atas pahà kaki kiri. Kedua tangan dilipat di atas dadànya. "Apakah lelah?" tanya laki-laki itu. sontak Claudia terkejut. Dia menoleh cepat, kedua matanya melebar saat melihat tuan Daffa ada di depan matanya. "Maaf! Saya tidak melihat anda tadi." kata Claudia. "Tidak masalah! Seorang, kamu tahu kabar tentang Rian. Karena lawan main kamu sedang sakit. Dan mengalami musibah sangat buruk. Aku sebagai agensi dia merasa bersalah. Dan, aku juga akan memberikan factor terbaik lagi untuk melanjutkan drama itu." "Apa syuting akan ditunda sementara waktu?" tanya Claudia. "Tidak!" Daftar tersenyum tipis. Dia bangkit dari duduknya, dan duduk di samping Claudia. "Maaf!" Wanita itu sedikit menjauh darinya. "Kenapa? Kau hanya ingin berbicara padamu. Tenang saja. Aku tidak akan menyentuhku. Karena akan tahu, kamu punya suami." ucap Daffa. Claudia ayahnya tersenyum simpul. Daftar mencoba mendekatinya lagi. Dan berbisik pelan padanya. "Aku mendengar apa.yang kamu lakukan dengan suami laminator pagi." suara lembut itu mengejutkannya. Dia seketika malu saat mengingatnya. Kedua matanya melebar sempurna. Claudia mengetikkan matanya berkali-kali. Menelan lidahnya susah payah. "Apa? jadi.. Tadi, anda mendengarnya?" tanya Claudia memastikan. Apa tadi aku lupa menutup telponnya... Aduh...Claudia Kenapa kamu bikin malu saja. Gimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus.. Ah.. Entahlah. Aku harus pergi sekarang. Claudia beranjak berdiri. Dengan cepat Daffa. menarik tangan Claudia untuk duduk kembali. "Jangan pergi! Bukanya aku belum meminta kamu pergi." "Tidak usah malu soal tadi. Hal itu biasa di lakukan suami istri." ucap Daftar dia terus tersenyum menatap Claudia. Membuat Claudia merasa sangat malu. Tubuhnya semakin gugup saat berhadapan dengan Daffa. Dia tidak tahu lagi apa.yang harus dikatakan. Rasa malunya dii ujung kepala sampai kakinya. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD