Enam Belas

1328 Words
%%% Sudah tiga malam Nasya tidur seranjang dengan Bara. Tentunya, masih dengan sleeping bag tebal andalan Nasya sebagai pembatas. Bara sampai tidak habis pikir dengan jalan pikiran gadis yang ia cintai itu. "Kamu nggak gerah, Sya?" tanya Bara setelah meletakan laptopnya di atas nakas, kemudian merosot rebahan. "Nggak. Kalau gerah kan tinggal gedein AC nya," balas Nasya santai. Dua ibu jari tangannya masih lincah menari-nari di depan layar handphone. "Sudah jam sepuluh lebih. Kamu nggak ngantuk?" tanya Bara lagi. Nasya berdecak, ia enggan menjawab pertanyaan basa-basi Bara itu. "Sya, kamu-" "Aku denger, Bar. Lalu aku harus jawab apa? Nih, mata masih seger buat melek, pakai ditanya segala," potong Nasya gemas. Bara terkekeh sebentar mendengar ocehan Nasya. "Lagian tumbenan jam segini masih melek. Biasanya aku selesai ngurusin kerjaan kamu udah molor," oceh Bara. "Bukan aku, Bara. Astaga, dia nggak sadar diri," geram Nasya yang merasa Bara terlalu mengganggu aktivitasnya malam ini.  "Dari kemarin kan kamu kerja sampai jam satu dini hari. Mana mungkin aku masih melek? Lah ini jam sepuluh aja belum, udah nanyain ngantuk belum aja," omel Nasya. Bara kembali terkekeh. Tak ada sekecil pun rasa marah mendengar omelan Nasya. "Ketawa terus," tegur Nasya jutek. "Aku salah mulu perasaan," heran Bara. Nasya enggan menyahuti. 'Apa dia lagi PMS ya?' batin Bara. Bara memperhatikan Nasya yang tengah asyik memainkan handphonenya. Gadis itu tampak sesekali tersenyum manis, membuat Bara bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sedang gadis itu lakukan. "Sya, kamu lagi ngegame?" tanya Bara penasaran. "Hah? Enggak kok," jawab Nasya sebelum kembali tertawa kecil sambil menatap handphonenya. "Lalu lagi apa? Kenapa dari tadi ketawa mulu?" bingung Bara. "Serius deh, Bar. Ini bukan sesuatu yang penting. Mending sekarang kamu tidur, biar besok bisa berangkat pagi?" ujar Nasya. Mendengar jawaban itu, Bara malah semakin penasaran dengan apa yang tengah Nasya lihat di handphonenya. "Sana tidur!" ulang Nasya setengah mengusir setelah mulai risih dengan tatapan Bara. "Aku malah semakin penasaran," balas Bara. Diam-diam, Bara mulai menggeser kepalanya ke arah Nasya untuk mengintip apa yang sedang gadis itu lihat di handphonenya. Dan seketika, hati Bara terasa panas melihat gadis yang telah kembali berstatus kekasihnya itu melihat video cowok-cowok ganteng di handphone nya. Bara pun segera merebut benda pipih itu hingga Nasya terpenjat kaget dan headset di telinganya terlepas. "Ih.. siniin HP nya!" pinta Nasya. Bara menarik tubuhnya untuk setengah duduk, lalu jari-jarinya menari di atas permukaan handphone gadisnya itu. "Bara apaan sih? Mana siniin handphonenya!" pinta Nasya lagi sembari memaksakan dirinya untuk duduk juga. "Kamu apaan sih? Udah punya pacar tetep kegenitan lihat cowok-cowok Korea," gumam Bara. Nasya berdecak. Jadi, Bara seperti ini karena mempermasalahkan kegiatannya beberapa detik yang lalu? "Ih... kamu nggak tahu sih rasanya jadi k-popers. Sad banget pas B.I keluar, dan hari ini tiba-tiba aku kangen," rengek Nasya. Bara menyerit kemudian melemparkan tatapan menuntut penjelasan ke arah gadisnya itu. "Bi- siapa?" tanyanya. "B.I," ulang Nasya. Bukannya menjadi paham, Bara malah semakin tidak mengerti dengan apa yang tengah Nasya bicarakan. "Kamu nggak tahu B.I?" tanya Nasya melihat kerutan di kening Bara yang makin menebal. Bara menggeleng cepat. "Orang mana dia?" tanya Bara dingin.  Nasya merengut kesal. Ia berusaha meraih kembali handphonenya, tapi Bara malah semakin menjauhkannya. "Siniin dulu handphonenya!" pinta Nasya untuk yang kesekian kalinya. "Nggak. Bilang dulu, orang mana dia? Seganteng apa dia sampai-sampai kamu kangenin?" tanya Bara bertubi-tubi. Nasya melongo mendengar pertanyaan Bara. "Jawab, Sya! Kemarin kamu bilang kamu tidak punya pacar. Lalu si B.I B.I tadi siapa? Gebetan? Calon tunangan? Atau apa?" geram Bara yang tampak mulai emosi. Nasya kembali berdecak dan menatap malas kekasihnya yang tengah terbakar emosi itu. "Eh, bege, B.I itu idol Korea. Emang mau kamu apain?" tanya Nasya malas. "Idol?" ulang Bara yang segera diangguki Nasya. "Siniin handphone aku! Aku mau flashback masa-masa B.I masih di iKON," ujar Nasya. Nasya merebut handphonenya dengan cepat, sebelum Bara sempat menjauhkannya kembali. Merasa tidak terima, Bara berusaha merebut handphone itu lagi, tapi gagal. Namun ia tidak langsung menyerah. Ia kembali berusaha hingga akhirnya benda pipih itu dapat berhasil ia kuasai. "Bara!" protes Nasya. "Tetap tidak boleh, Sya," ujar Bara. "Tapikan-" "Memangnya melihat aku aja nggak cukup buat kamu?" potong Bara cepat. Nasya terdiam. Namun wajahnya masih ditekuk. "Pokoknya aku nggak mau kamu lihat Korea-Koreaan lagi," imbuh Bara yang membuat wajah Nasya semakin suram. Nasya merebahkan tubuhnya kembali dan membungkusnya dengan sleeping bag. Setelah itu, ia berbalik membelakangi Bara sebagai wujud kekesalannya terhadap pria posesif di sampingnya. "Sya," panggil Bara. Nasya masih enggan menyahuti. Bara menghela napas panjang. Kemudian ia menyimpan handphone Nasya di laci nakasnya. Ia pun segera mengikuti Nasya berbaring, dan menghadap gadis yang ia cintai itu. Bara tahu, Nasya belum benar-benar tertidur. Ia mengulurkan tangannya untuk mendekap gadis itu. Nasya berusaha keluar dari kungkungan Bara. Ia berusaha mendorong tangan Bara yang mendekapnya. Tapi, ia kalah. Akhirnya ia hanya bisa pasrah. Bara pun semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu. "Jangan marah," bisik Bara. "Gimana nggak marah, orang kamu ngeselin," balas Nasya. Bara tersenyum tipis mendengar jawaban Nasya. Kemudian ia menarik Nasya semakin mendekat. Ia mencium aroma harum dari rambut kekasihnya itu dan terpejam untuk beberapa saat. "Kamu punya aku, Sya. Cukup lihat ke arahku saja," ujar Bara yang hanya mendapat decakan dari Nasya. "Memangnya aku masih kurang?" tanya Bara pelan. Nasya tak menjawab. "Mereka lebih baik dariku, ya?" tanya Bara lagi. Nasya tak langsung menjawab. Mungkin gadis itu tengah berpikir. Selang beberapa detik, ia menggeleng kecil. "Bukan gitu, tapikan-" Bara menarik Nasya paksa hingga gadis itu menghadap ke arahnya. Mata Nasya membulat melihat wajah Bara yang kini tepat berada di hadapannya. "Aku cemburu saat kamu melihat ke arah lain," ujar Bara pelan. Nasya menyerit tak mengerti. "Tapi mereka hanya idolaku," balasnya. "Sama saja. Mereka tetap cowok, kan?" tanya Bara. Nasya mengangguk. Tangan Bara bergerak ke atas, membelai pipi kekasihnya itu, kemudian beralih ke mata. "Pokoknya mata ini hanya boleh melihat ke arahku," beo Bara. "Jangan buat aku kesal, Nasya," Nasya menelan salivanya kasar, kemudian mengeratkan genggamannya pada sudut sleeping bagnya. "Aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk kamu. Agar kamu tidak bisa lagi melihat ke arah lain," imbuh lelaki berusia yang kini berstatus kekasih Nasya itu. "Kenapa kamu segitunya sama aku? Kamu benar-benar suka sama aku?" tanya Nasya. Bara mengangguk. Membuat Nasya sempat membeku. "Ada hal yang masih kamu raguin soal perasaanku?" tanya Bara. "Enggak. Hanya saja aku tidak biasa," jawab Nasya gugup. Bara tersenyum hangat setelah menyadari kegugupan gadisnya itu. "Kamu belum pernah pacaran selain denganku ya?" tanya Bara yang dibalas anggukan polos Nasya. Kini giliran Bara yang mendelik tak percaya, "serius?" tanya Bara. Lagi, Nasya mengangguk. "Aku senang dengarnya," ujar Bara. Melihat respon Bara yang baik, Nasya pun ikut tersenyum. "Aku mau serius sama kamu, Sya," ungkap Bara. "Jangan ngomongin yang serius-serius. Aku kelamaan jomlo, hati aku belum siap menghadapi yang manis-manis gini," ujar Nasya polos. Gadis itu menarik sleeping bagnya untuk menutupi wajahnya yang mulai memerah. "Sya, tapi aku serius. Setelah pekerjaanku di sini beres, kita coba temui orang tua kamu ya," ajak Bara. Nasya menurunkan kain yang menutupi wajahnya. "Aku malu. Keluarga aku kan tahu kalau bertahun-tahun aku nggak bisa move on dari kamu. Dan tiba-tiba aja aku ngajak kamu ke rumah? Makin malu lah aku, kelihatan nggak bisa move on nya," gumam Nasya. Bara tertawa kecil mendengar ucapan gadisnya itu. Ia pun kembali menarik Nasya kembali dalam dekapannya. "Aku menyesal dulu pernah melepas kamu," ujarnya. "Aku juga menyesal membiarkan kamu pergi gitu aja dulu," balas Nasya. "Mungkin dulu memang kita belum jodoh, Sya. Tapi sekarang aku janji. Bagaimana pun caranya aku akan mempertahankan kamu," tandas Bara. Nasya tersenyum kemudian memejamkan matanya. Pelukan Bara benar-benar terasa hangat dan nyaman. Hingga membuat Nasya dengan cepat terjun ke alam bawah sadarnya. %%% Bersambung .... Komentar untuk chapter ini ..... Nah kan aku masukin idol k-pop lagi. Mana B.I lagi. Jadi kangen... adakah di sini yang iKONIC? Stay stron ya.. aku masih percaya B.I akan kembali ke iKON lagi. Kita tunggu saja.. Gimana sama chapter ini? Kurang manis atau kemanisan? Yang ngerasa kurang manis, besok lagi bacanya sambil makan gula jawa, coba! Hehe... bercanda biar nggak garing
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD