Tujuh Belas

1168 Words
% Sebelumnya aku tidak pernah memikirkan pernikahan, sebelum aku bertemu kembali dengan kamu % %%% Hari Minggu telah tiba. Jika biasanya makhluk bernama Bara itu memilih menetap di kantornya sambil mencicil pekerjaannya untuk esok hari, lain halnya dengan hari ini. Terkhusus hari ini, Minggu pertama semenjak ia balikan dengan Nasya, Bara meluangkan waktunya untuk menjadi kekasih yang baik seharian.  Sejak subuh, ia sudah bangun untuk membantu Bibi membuat sarapan. Dilanjutkan dengan sarapan bersama sang kekasih di halaman belakang. Dan kini, pasangan yang baru saja CLBK itu tengah menikmati hiruk pikuk salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jogja. Bara terus saja memanjakan gadisnya itu dengan menuruti semua kemauannya. "Habis ini kita ke food court, ya," pinta Nasya. "Kamu tidak mau beli sesuatu dulu?" tanya Bara. Nasya melirik malas ke arah kedua tangan Bara yang sudah penuh dengan belanjaan Nasya.  "Itu yang di tangan kamu," ujar Nasya kesal.  Pasalnya, sedari tadi lelaki itu terus saja memaksanya memilih barang ini dan itu. Bahkan barang-barang yang sebenarnya tidak Nasya butuhkan. "Aku berencana ngajakin kamu ke pantai habis ini. Jadi sekalian saja cari baju renang dan baju ganti!" anjur Bara. Nasya mendelik kaget mendengar pernyataan Bara barusan. "Kenapa nggak bilang dari tadi? Kenapa baru bilang setelah aku borong barang-barang nggak berfaedah itu?" semprot Nasya. "Ini semua, nggak terpakai?" tanya Bara dengan tampang polosnya. Nasya menghela napas panjang, malas menjawab pertanyaan kekasihnya itu. "Kalau memang tidak terpakai, buang saja, ya! Ayo aku temani beli barang-barang yang kamu mau," bukannya mereda, kekesalan Nasya malah semakin naik ke ubun-ubun mendengar ucapan yang keluar dari mulut licin Bara. "Buang? Kamu pikir ini tadi bayarnya pakai daun? Kalau dijual lagi bisa buat biaya hidup aku lima tahun ke depan uangnya, Bar," keluh Nasya. "Nggak usah mikirin biaya hidup! Aku masih bisa penuhin semua kebutuhan kamu. Sekarang ayo bari barang yang kamu butuhin!" balas Bara santai kemudian berbalik menuju toko pakaian yang sempat mereka masuki sebelumnya. Nasya memilih mengekor di belakang pria itu. Bahkan sampai Bara dibuat jengah karena gadisnya itu tak kunjung memilih baju yang akan ia beli. "Pilih, Sya!" suruh Bara. "Tadi belinya udah kebanyakan. Nggak enak mau beli lagi," ungkap Nasya.  Bara meletakkan belanjaan Nasya di sebuah kursi tunggu. Kemudian ia menarik gadis itu menuju rak pakaian santai. Bara mengambil sebuah kaus lengan pendek lalu menempelkannya pada tubuh Nasya. "Suka?" tanya Bara. "Harus banget ya, beli lagi? Aku udah keburu lapar juga ini," keluh Nasya. "Kurang cocok," ujar Bara sembari menyembalikan kaus yang sempat ia ambil kembali ke tempatnya. Kemudian Bara mengambil baju terusan berwarna biru yang cukup terbuka bagian atasnya.  Belum sempat kain tipis itu menempel di tubuh Nasya, gadis itu sudah lebih dulu bergedik ngeri dan melangkah mundur menghindarinya. "Ogah. Serem banget bajunya. Takut melorot pas aku pakai," tolak Nasya. Bara terkekeh geli, "makanya buruan pilih sendiri kalau nggak mau aku pilihkan!" suruhnya. Akhirnya Nasya mengambil asal sebuah baju terusan berwarna putih polos lalu membawanya ke ruang ganti. Selang beberapa menit, ia keluar dari ruang ganti. "Ini lumayan. Enak dipakai. Cocok nggak? Cantik nggak?" tanya Nasya sembari memutar-mutar tubuhnya seperti sedang mengikuti sebuah fashion show. Bara tertawa kecil melihat tingkah Nasya. Memang hanya gadis itu yang bisa membuatnya serileks ini. "Cantik. Suka bajunya?" tanya Bara balik. Nasya mengangguk mantab. Bara menoleh ke kanan dan ke kiri hingga menemukan sesuatu yang ia cari. Ia pun segera mengambilnya, kemudian kembali menghampiri Nasya. Nasya tersenyum merasakan sebuah benda yang kini menutupi kepalanya. "Cocok," kata Bara setelah meletakkan benda berwarna coklat itu di atas kepala Nasya. Nasya tersenyum. Kali ini ia cukup puas dengan benda yang Bara pilihkan. Sebuah topi berbentuk lingkaran berwarna coklat yang tampak kontras dengan bajunya. Kini giliran Nasya yang memilihkan topi untuk Bara. Ia memilihkan topi berwarna hitam yang tidak terlalu lebar dan langsung memasangkannya ke kepala Bara. "Cocok," ujar gadis itu. Bara segera menoleh ke arah sebuah kaca kemudian mengangguk setuju setelahnya. Dan sesuai dengan permintaan Nasya, setelah semua keperluan sudah dibeli, mereka pun segera menuju ke food court.  Nasya memilih stan restoran ala Korea sebagai tempat makan siang mereka. Dan dengan lihaynya ia menyebutkan nama menu-menu yang bahkan tidak Bara mengerti. "Saya mau Tteokbokki, bulgogi, dan mandu. Lalu minumnya nokcha," ujar Nasya begitu mudahnya. Setelah pelayan tampak mencatat pesanannya, Nasya beralih menatap Bara. Alis lelaki itu menyerit ketika membaca menu. Membuat Nasya terkekeh melihatnya. "Belum nemu yang pas?" tanya Nasya. Bara tak menjawab. Tampaknya ia terlalu sibuk memilih. "Mau aku pilihkan saja? Kamu lama banget milihnya. Keburu mbaknya kesel," Bara segera menoleh ke arah pelayan yang masih setia menunggu pesanannya hingga merasa risih sendiri. "Kamu pilihkan saja!" putus Bara. Nasya tersenyum kemudian kembali melihat ke arah buku menunya. "Sundubu jjigae, patbingsu, dan nockha," ujar Nasya yang langsung dicatat oleh pelayan. "Baik, pesanannya sudah saya catat. Mohon tunggu sebentar, ya," pamit pelayan itu. "Kamu kok bisa tahu banget makanan Korea?" bingung Bara. "Ya jelas tahu, lah. Aku kan sering nonton drama Korea. Dan itu ampuh banget buat promosiin makanan khas mereka ke orang luar," terang Nasya. "Kamu sesuka itu sama semua hal yang berbau Korea, ya? Sampai hafal hal-hal dasar seperti ini," tanya Bara lagi. Ekspresi wajah Nasya langsung berubah ketika membicarakan hal-hal tentang Korea. Bara sampai berdecak risih melihat ekspresi gadisnya itu. "Woah... jelas, dong. Salah satu impian terbesarku yang belum terwujud adalah liburan ke Korea, bertemu G-Dragon, B.I, Jungkook dan-" "Hah?" potong Bara. Tampaknya akan percuma jika Nasya melanjutkan kalimatnya. Pasalnya orang yang sedang ia beri tahu saat ini benar-benar tidak mengerti apa yang tengah gadis itu katakan. "Intinya itu lah. Pokoknya aku pengen ke sana suatu hari nanti," harap Nasya. Bara menggeleng malas kemudian memilih memainkan handphonenya dari pada memperhatikan gadis yang tengah sibuk halu di depannya. Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Bara kembali dibuat berdecak kagum melihat ketrampilan Nasya menggunakan sumpit. "Walaupun dompetku tipis, aku selalu menyisihkan uang untuk makan makanan yang aku suka. Khususnya makanan Korea ini. Biar besok kalau aku ke sana lidahku nggak kampungan-kampungan amat," oceh Nasya dengan mulut yang penuh dengan makanan. "Kalau kamu nikah sama aku, kamu nggak perlu khawatir soal makanan," balas Bara santai. Nasya tertawa mendengarnya. Seakan ucapan tentang pernikahan bukan lagi sesuatu yang mengagetkan untuknya. Lalu, apakah ia sudah benar-benar siap untuk memulai komitmen yang lebih serius di usia yang hampir menginjak 27 tahun itu? 'Sebelumnya aku tidak pernah memikirkan pernikahan, sebelum aku bertemu kembali dengan kamu,' batin Nasya. Baginya, Bara lebih dari sempurna. Tidak bisa ia jabarkan dengan kata-kata. Namun yang pasti, Nasya sangat menyukai kekasihnya itu. Berharap jika memang dialah pria yang akan menjadi teman hidupnya. %%% Bersambung ..... Hehe.. bawa-bawa Korea lagi. Pokoknya aku udah mengakui kalau aku k-popers, dan alasanku menjadikan k-pop sebagai pemanis supaya aku lebih mudah aja risetnya. Toh menurutku ini masih relate kok sama real life. Banyak orang yang karakternya kayak Nasya. Kritik dan saran kalian selalu aku tunggu, ya! Yang belum follow i********: @riskandria06 aku ingatkan lagi buat follow, biar tahu update an ceritaku. Dan nggak ketinggalan kalau aku ngadain PI atau sebagainya. Karena di dreame ini susah bikin pengumuman semisal mau PO atau semacamnya. Jadi enak follow i********: aja buat jaga-jaga....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD