Lagi dan lagi, seperti sebuah lingkaran. Luka, asa, kecewa. Kau pikir hatiku terbuat dari apa? Baja? *** "Kamu gak bilang kalau ada Naina di sini," lirih Dinda melirik sosok yang tengah bercengkrama dengan mama dari kekasihnya. Tadinya ia sangat bahagia karena Nathan memintanya berkunjung. Namun, senyumnya lenyap mengetahui siapa yang membukakan pintu rumah lelaki itu. Merasakan genggaman di tangannya, ia memandang Nathan yang memberikan tatapan permohonan. Dinda mengangguk, berusaha mengabaikan perasaan dongkol yang memenuhi hatinya. "Ok, i'm understand." Nathan melepas genggamannya mendengar sang mama memanggilnya. Meninggalkannya satu ruangan bersama sosok yang membuat mood-nya hancur. "Gue pikir lo bakal pulang cepet, ternyata dugaan gue salah." Naina menatapnya sambil bersedekap