Dengan hati yang sangat terpaksa, ia mengambil sebuah obat bius yang ada di dalam dashboard mobilnya. Tama pun menepikan mobil, lalu membasahi obat bius itu dengan tisu. “Rauna, maafkan aku ya.” Gadis itu yang hendak mencium pipi Tama pun tertahankan, saat tisu itu saat Tama mengarahkan ke hidungnya hingga membuat Rauna tak sadarkan diri. “Lebih baik aku pulang ke butik, biar Naura yang mengurus Rauna kembali.” Tama pun segera melajukan mobilnya dengan cepat dengan mulut yang sedari tadi komat-kamit mengharap perlindungan dari Tuhan-nya. Ia selalu selamat dengan sebuah doa yang ia gunakan untuk menolong orang di saat sama-sama dalam keadaan di ujung tanduk. “Terima kasih, Ya Allah. Kali ini, aku menyelamatkan orang spesial ini kembali.” Selang beberapa lama kemudian, Rauna sudah terb