Laura terisak tiada henti di depan pintu setelah melihat tamu yang datang ke tempatnya. Wanita itu segera menghapus lelehan air matanya untuk melihat kembali dengan jelas siapa yang kini tengah berdiri di depan matanya. Wajah itu masih sama. Kedua mata Laura benar tidak salah melihat. Orang yang selama ini telah dinanti kedatangannya, orang yang beberapa hari ini telah dianggapnya tiada, kini dia telah berdiri di depan mata dan menatapnya dengan lekat.
“Hiks Dave!” panggil Laura menyebut nama suaminya itu. Dipandangnya dengan lekat wajah tampan pria itu yang kini terlihat memiliki banyak luka di sana. Bibir bawahnya juga memiliki luka gores yang telah mengering. Juga ada luka di area pelipis.
Wajah Dave nampak kusam dan tidak terawat. Jangan tanyakan baju yang dikenakan Dave saat ini sudah nampak compang-camping tidak beraturan entah karena apa. Laura yakin pasti suaminya itu telah mengalami hal yang sulit di dalam hutan sana.
Dave yang masih berdiri di tempat juga tersenyum tipis melihat kondisi Laura yang terlihat begitu merindukan dirinya. Air mata Dave juga ikut menggenang. Pria itu juga tidak menyangka dirinya akhirnya benar-benar bisa kembali pulang ke rumah setelah melakukan perjalanan panjang di dalam hutan yang penuh dengan monster itu. Dave menatap Laura yang masih terisak di depan matanya dengan pandangan lembut juga penuh haru.
Istri kecilnya nampak begitu mengerikan saat ini dengan tubuh yang jauh lebih kurus dari terakhir dirinya melihat. Lalu wajah pucat yang tidak terawat seperti biasanya. Dari hanya melihatnya saja pria itu langsung tahu bahwa Laura juga telah mengalami hari yang berat selepas dirinya pergi ke hutan waktu itu. Dave cukup merasa bersalah karena membuat wanita itu merasa cemas dan mengalami hal sulit seperti ini setelah kepergian anak mereka.
“Laura,” panggil Dave dengan penuh kerinduan. Dave bergerak maju untuk memeluk tubuh kecil yang dirindukannya itu. Begitu juga dengan Laura yang langsung tanpa ragu berhambur dalam pelukan Dave. Wanita itu memeluk dengan erat tubuh besar Dave yang sangat dirindukannya. Keduanya langsung menikmati aroma masing-masing untuk melepaskan kerinduan yang mendalam di antara mereka berdua.
Sebelum kemudian Laura merasa tubuh Dave semakin memberat. Laura merasa bingung. Kedua matanya yang sebelumnya terpejam karena begitu menikmati kehangatan pelukan di antara mereka kini langsung terbuka lebar dan menatap tubuh Dave yang dipeluknya dengan wajah bingung.
“Dave?” tanya Laura. Pria tampan itu tidak menjawab panggilannya Laura. Sebaliknya tubuh Dave semakin condong ke arah Laura dan membuat wanita itu keberatan hingga akhirnya tubuh Dave merosot jatuh dengan lemas.
Laura seketika terkejut dan takut bukan main. Wanita itu dengan sigap menangkap tubuh Dave sebelum jatuh menghantam lantai rumah, meski dirinya harus berusaha setengah mati menahan beban tubuh Dave yang begitu berat untuknya. Dave jatuh dalam pangkuan Laura yang kini menjadi panik.
“Dave? DAVE! DAVE ASTAGA!” Kedua mata Laura langsung membola lebar ketika akhirnya menangkap luka yang cukup besar di punggung Dave. Seperti luka cakar dari hewan. Seketika Laura menjerit histeris.
“DAVE! TOLONG! TOLONG!” teriak Laura seketika meminta pertolongan pada siapa saja yang ada. Wanita itu melongok ke luar rumah untuk melihat kehadiran orang yang bisa menolongnya. Air mata Laura kembali mengalir deras melihat kondisi mengerikan dari Dave saat ini. Segera Laura meletakkan tubuh besar Dave di atas lantai dengan hati-hati.
“Tunggu di sini Dave. Aku akan mencari bantuan, oke?!” ucap Laura di depan telinga pria itu, sebelum kemudian wanita itu berlari ke luar rumah. Tujuan Laura langsung mengarah pada rumah keluarga John. Laura berlari ke sana dan langsung mengetuk pintu rumah itu dengan tidak sabar.
“Tuan John! Nyonya John, tolong saya!” teriak Laura dengan kencang. Wanita itu tidak perduli jika dirinya dianggap tidak sopan karena telah berteriak di rumah orang. Laura tidak henti menatap ke arah rumahnya juga untuk melihat keadaan Dave yang sebenarnya tidak terlihat dari pandang matanya. Setidaknya Laura masi bisa melihat ujung kaki Dave yang terlihat sebagian. Tidak lama kemudian pintu rumah dibuka dan menampakkan tuan dan nyonya John yang nampak bingung akan panggilan Laura.
“Nyonya Peter, ada apa?” tanya tuan John dengan wajah bingungnya.
“Tuan John, saya mohon tolong saya! Dave tengah terluka saat ini!” seru Laura dengan penuh permohonan mendengar hal itu membuat tuan dan nyonya John seketika saling berpandangan tidak percaya.
“APA?!”
“Di mana tuan Peter sekarang Nyonya?!”
Laura langsung menunjuk ke rumahnya. “Di rumah saya Tuan, Nyonya! Dia baru saja tiba dan terluka!”
“Ayo cepat ke sana sekarang!” seru tuan John dengan sigap. “Rakhel bawa mobilnya ke depan. Aku akan membantu membawa tuan Peter sekarang!” aturnya. Nyonya John langsung mengangguk dengan mantap. Wanita itu hendak membalikan tubuh dan masuk ke dalam rumah lagi ketika terdengar suara mesin mobil yang datang.
“Bibi Laura? Dad?” panggil Hellen yang ternyata baru tiba di tempat bersama dengan Jason. Gadis itu dari kejauhan telah melihat Laura yang nampak bertingkah panik di depan rumahnya, bersama dengan kedua orang tuanya. Tentu saja hal itu membuat Hellen merasa heran sekaligus bingung melihat tingkah mereka bertiga. Hellen menyuruh Jason berhenti tepat di depan rumahnya. Gadis itu langsung turun untuk menemui Laura.
Mendengar suara Hellen membuat mereka bertiga menoleh hampir bersamaan. “Apa yang terjadi, Dad? Bibi?”
“Oh Hellen, Dave telah datang! Aku perlu membawanya ke rumah sakit sekarang. Dia terluka parah!” jelas Laura dengan singkat. Wajah Hellen langsung terperangah tidak percaya mendengarnya.
“Ke sini Bi! Bawa paman Dave ke mobil Jason!” seru Hellen langsung menunjuk mobil Jason, membuat Jason sendiri ikut terkejut dibuatnya.
“Jason, apa yang kau lakukan?! Cepat bantu bibi Laura membawa paman Peter ke rumah sakit!” omel Hellen yang langsung membuat pria itu tersadar dari acara melongonya. Jason langsung mengiyakan perintah Hellen dan segera berlari mengikuti Laura dan suami istri John untuk pergi menemui Dave.
Di sana mereka sama-sama terkejut melihat kondisi Dave dengan luka mengerikan. Dengan hati-hati mereka berusaha membawa tubuh Dave yang lemas tidak sadarkan diri ke dalam mobil Jason.
“Pergilah lebih dulu! Kami akan menyusul setelah ini!” ucap nyonya John kepada Hellen dan Laura setelah mereka berhasil meletakkan Dave ke kursi belakang. Laura langsung bergerak masuk menemani Dave di kursi belakang. Sedangkan Hellen masuk di sebelah pengemudi yaitu Jason. Hellen menganggukkan kepala menjawab ucapan Mommynya.
“Ayo berangkat Jason!” titah Hellen dengan tegas setelahnya. Jason sekali lagi menurut dan menjalankan mobilnya sesuai perintah Hellen. Mereka bergegas menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Dave langsung ditangani oleh beberapa dokter di sana. Laura dan yang lainnya harus menunggu mereka menyelesaikan operasi untuk beberapa jam ke depan. Beberapa saat setelah mereka mengirim Dave ke dalam ruang operasi, tuan dan nyonya John akhirnya tiba juga di tempat. Mereka langsung bergabung bersama Laura, Hellen dan Jason yang tengah menunggu jalannya operasi Dave di depan ruangan.
“Bagaimana nyonya Peter?” tanya nyonya John seketika, setibanya di tempat. Dia langsung mendekati Laura yang nampak gugup berdiri menunggu di sana. Laura menoleh ke arah nyonya John dan menggelengkan kepalanya.
“Masih belum tahu nyonya John. Mereka baru saja masuk ke ruang operasi,” jawab Laura. Nyonya dan tuan John mengangguk mengerti. Nyonya John mengusap dengan pelan punggung kurus Laura untuk menenangkan wanita itu.
“Tenanglah. Lebih baik kita menunggu saja mereka selesai mengoperasinya. Tuan Peter pasti akan baik-baik saja Nyonya. Syukurlah dia bisa kembali pulang sekarang,” ucap nyonya John menyemangati Laura. Semua setuju mendengar ucapannya. Hellen sendiri mendekati Laura.
“Bibi Laura, bagaimana dengan Danny? Apa paman tidak mengatakan apa pun tentang dia?” Seketika semua terdiam kembali dan menatap Laura dengan wajah penasaran juga. Laura menguatkan hatinya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Hellen.
Laura menggelengkan kepalanya terlebih dulu, lalu melempar senyum tipis. “Tidak. Dave belum mengatakan apa pun. Kami belum sempat bicara banyak karena Dave tiba-tiba jatuh pingsan begitu saja.”
Tuan dan nyonya John saling berpandangan dengan wajah menyesal. Sementara Hellen langsung melemas dan menundukkan kepalanya. Jason yang berdiri di sampingnya langsung merangkul gadis itu untuk menyemangatinya. Laura sendiri berusaha menegarkan hatinya kembali dan menunggu dengan sabar sembari tidak henti berdoa akan keselamatan Dave saat ini.
Di tempat lain sendiri, di suatu ruangan yang khusus, seorang pria muda tengah menggelepar tiada henti merasakan sakit dalam tubuhnya yang seperti ribuan jarum menusuk hingga ke tulang sum-sumnya. Entah sudah berapa dirinya berteriak meraung kesakitan di sana sendirian dengan bertelanjang d**a. Tubuh kurusnya berkilat karena dipenuhi dengan keringat bahkan sampai membuat rambut dan celananya basah semua.
Ruangan itu hanya berukuran sedang dengan kaca yang kedap suara. Di luar ruangan itu, seorang pria paruh baya dengan jas putihnya berdiri memerhatikan pria di dalam ruang kaca itu dengan tenang. Satu tangannya menyangga sebuah papan d**a yang berisi beberapa berkas di atasnya, sedangkan tangan yang lain sibuk mencatat beberapa info penting yang berhasil di dapatnya. Kedua bola matanya tidak henti bergerak ke sana dan kemari untuk memeriksa info detail dari pria di dalam kaca itu yang tertulis dalam data layar komputernya saat ini.
“HAAHH! HAGGH!” teriak pria muda itu karena kesakitan yang tengah dirasakannya pada seluruh tubuh. Bahkan air liurnya sudah banyak menetes tanpa sadar, dan pria itu tidak memedulikan hal tersebut. Lebih tepatnya, tidak diberi kesempatan untuk membersihkan diri karena sakit itu.
Kepalanya terasa mau pecah, sedangkan tubuhnya sendiri terasa sakit dan terbakar dari dalam. Bahkan juga terjadi perubahan bentuk pada tubuhnya saat ini yang menjadi lebih berisi dibanding tubuh kurusnya dulu. Semua perubahan itu tidak luput berada dalam catatan pria berjas putih yang tengah memerhatikan dirinya.
“Danny, kuatkan dirimu! Semua akan baik-baik saja, oke?!” ucap pria paruh baya yang sebenarnya adalah professor Robert itu. Beruntung karena professor Robertlah yang telah menemukan tubuh Danny di tengah hutan malam itu. Pria paruh baya itu langsung membawa Danny ke tempatnya berada dan mengurusnya dengan telaten.
Sejak Danny membuka mata setelah tidak sadarkan diri beberapa hari, pria muda itu mengalami perubahan tubuh dan membuatnya kesakitan sehingga professor Robert harus meletakkannya di tempat itu. Kini professor Robert sibuk menyemangati Danny agar melewati masa kritisnya sekaligus memeriksa kondisi tubuhnya lebih lanjut. Ini sungguh merupakan penemuan dan reaksi yang sangat penting bagi professor Robert, sehingga membuat pria paruh baya itu menjadi lebih semangat dari sebelumnya.