Bab 60

2106 Words
Aku dan Hellen melangkah bersama menuju sekolah dengan santai. Dad benar-benar memberikan penuturan panjang lebar kepada kami berdua tadi mengenai keadaan berbahaya di luar sana, hingga kupikir kami akan menjadi terlambat pergi ke sekolah. Ternyata penuturan Dad tidak sepanjang itu. Aku merasa lega.   Aku nampak bersemangat dengan hari sekolah pertamaku. Kulihat Hellen juga tidak kalah semangatnya denganku sekarang. Sepanjang perjalanan kami, aku juga tidak jarang melihat bagaimana orang-orang di sekitar kami saling sibuk membicarakan masalah penyerangan monster yang terjadi kemaren sore.   Banyak juga yang masih sibuk mengikuti berita tersebut di surat kabar yang telah disediakan di stasiun pemberangkatan. Aku dan Hellen sama-sama banyak memerhatikan mereka semua dalam diam. Hingga akhirnya Hellen bersuara dengan sedikit berbisik kepadaku agar tidak mengganggu fokus mereka semua.   “Kurasa hidup di dunia menjadi semakin berbahaya sekarang, ya kan Danny.”   “Menurutmu begitu?” balasku dengan wajah tenang menanggapi Hellen. Hellen menoleh ke arahku dengan wajah heran.   “Apa kau tidak takut? Bagaimana jika tiba-tiba monster itu muncul di hadapan kita? Apa kau tidak takut?”   Aku menggedikkan kedua bahuku dengan santai menanggapi pertanyaan Hellen. “Aku takut. Tapi kurasa aku bisa mengatasinya. Kau ingat, aku pernah mengalahkan salah satu di antara mereka bukan?” jawabku dengan bangga.   “Tapi tetap saja itu sangat berbahaya, Danny.”   “Karena itu, aku katakan padamu untuk tidak pergi sendirian di luar sana, Hellen. Panggil aku untuk mengantarmu ke mana pun kau pergi.”   Hellen mengerucutkan bibirnya merasa tidak terima dengan ucapanku. “Jadi apa aku harus bersama denganmu ke mana pun aku pergi sekarang?”   “Kenapa tidak?”   “Merepotkan sekali.”   “Hei?” Aku protes atas ucapan Hellen itu. Merasa tidak terima karena keberadaanku dianggap merepotkan. “Apa salahnya denganku? Aku tampan dan luar biasa sekarang. Kau tidak akan rugi jika pergi keluar bersama denganku.”   “Hahaha apa-apaan itu?” tawa Hellen terdengar kencang hingga membuat beberapa orang menoleh ke arah kami. “Hahaha sejak kapan kau menjadi senarsis ini Danny? Astaga, kau membuatku sakit perut sekarang,” lanjut Hellen di sela tawanya. Gadis itu berusaha menahan gelak tawanya hingga membuat perutnya menjadi sakit. Hellen menganggap omonganku lucu ternyata. Aku mendecak sebal melihatnya.   “Ck, sudahlah! Ayo cepat jalan. Aku tidak mau terlambat di hari pertama sekolahku Hellen.” Tanpa menoleh kembali, aku langsung melanjutkan langkah meninggalkan Hellen di tempat.   “Khekhekhe baiklah, baiklah, aku datang!” seru Hellen yang langsung berlari kecil untuk menyusulku.   Seperti yang telah kami duga. Banyak pasang mata yang langsung tertuju pada kami berdua. Lebih tepatnya padaku. Nampak mereka begitu terkejut dengan kehadiranku kembali di sekolah. Pandangan mata mereka benar-benar berhasil membuatku terdiam di tempat dengan perasaan canggung sekaligus gugup.   Apa ada yang salah dengan penampilanku? Tidak, tidak, Danny. Mereka melihatmu karena kau tampan dan luar biasa sekarang. Hanya itu yang bisa kupikirkan untuk menutupi rasa kegugupanku saat ini.   “Apa yang kau lakukan Danny? Ayo masuk. Kita perlu datang ke ruang guru lebih dulu untuk salam pertamamu bukan?” ucap Hellen yang langsung menyadarkan lamunanku. Aku masih merasa ragu untuk melangkah ke depan, namun ketika meliat wajah Hellen yang nampak tersenyum memberi dukungan padaku, akhirnya aku menguatkan hati dan menyusul Hellen dengan pelan.   Sepanjang perjalananku menuju kantor guru, semua mata masih memerhatikan diriku. Mataku sesekali akan melirik ke sana dan kemari ikut memerhatikan semua mata itu. Sementara Hellen dengan santai melangkah di sampingku.   “Hei, bukankahh itu Danny?”   “Benar, astaga dia benar-benar masih hidup.”   “Kudengar dia telah diserang oleh salah satu monster yang menyerang kota kemaren sore bukan?”   “Bagaimana dia bisa selamat dari serangan itu?”   “Dia sudah menghilang selama sebulan bukan?”   “Astaga, bukankah dia jadi jauh berbeda dari sebelumnya?”   “Kau benar. Kenapa aku melihat dia sebagai pria seksi sekarang, astaga?”   “Percayalah, itu bukan kau saja yang berpikir seperti itu.”   “Kau ingin mengajaknya kencan malam ini?”   “Apa?! Secepat itu?!”   “Kenapa tidak? Ayo kita lihat, seberapa seksi dia sekarang hihiihi.”   Aku diam-diam tersenyum tipis mendengar semua bisikan lirih itu. Aku sudah membayangkan para gadis akan menjadi terpesona dengan penampilanku yang sekarang, namun tetap saja mendengar semua itu langsung dari bisikan mereka, membuatku merasa malu dan tidak henti tersenyum lebar secara bersamaan.   Ini adalah yang pertama untukku mendapat bisikan pujian dari banyak gadis. Hanya seperti ini saja sudah membuatku merasa bangga layaknya seorang artis, pantas saja Jason bisa bertingkah seperti orang yang tidak tahu diri selama ini, karena dia sudah terbiasa mendapat pujian dari banyak gadis di sekitarnya.   Hahh, sekali lagi memikirkan pria itu membuat moodku langsung anjlok. Hapus! Hapus sekarang juga pikiran tentang Jason sialan itu, Danny! Fokus saja pada tiap pujian yang dilontarkan semua gadis–gadis itu padamu!   Ini lebih menyenangkan dari apa yang kubayangkan. Dengan telinga tajamku ini, aku bisa mendengar banyak orang berbisik lirih atau bahkan secara terang-terangan membicarakan diriku. Dalam sekejab aku merasa seperti aku telah menjadi artis dadakan di sekolah ini. Secara perlahan kepalaku yang menunduk sedari tadi, kini mulai terangkat dengan kepercayaan diri yang meningkat.   Aku semakin tersenyum miring merasa aku telah menjadi sesuatu yang luar biasa di mata mereka. Bahkan senyumanku ini langsung membuat beberapa di antara mereka berteriak histeris karena terpesona melihatnya. Oh astaga, aku merasa seperti tidak bisa menghentikan cengiran bibirku karena ulah para gadis itu.   “Berhentilah tersenyum seperti orang bodoh, Danny.”   Aku salah. Cengiran bibirku ternyata langsung terhenti karena ulah sepatah dua patah kata dari Hellen barusan. Aku lupa kalau gadis itu masih berada di sampingku, dan sekarang tengah memberikan tatapan jijik sekaligus tajam kepadaku.   “Ukhem!” Aku berdeham kecil menormalkan euphoria yang tengah kurasakan saat ini. Sepertinya Hellen benar-benar menganggapku orang aneh sekarang. “Sorry,” ucapku dengan singkat. Hellen hanya menggeleng-gelengkan kepala merasa aneh dengan ulah bodohku itu. Hellen terlihat mengerikan jika seperti ini.   Ckrek! Kedua mataku langsung menutup dengan rapat secara otomatis sekaligus terkejut ketika blitz kamera menyorot wajahku. Ckrek! Suara tombol kamera kembali ditarik untuk kedua kali. Aku kembali membuka mata hanya untuk melihat seorang pria berkaca mata entah siapa, baru saja berhasil memotret wajahku tanpa ijin. Pria itu tersenyum lebar menatapku layaknya aku sebuah piala kemenangan baginya.   “Hallo Danny, oh my god tidak kusangka aku akan mendapat berita luar biasa pagi ini,” celotehnya yang langsung menunjukkan wajah penuh syukur dengan kedua tangan yang merentang dan menengadah ke atas layaknya seorang pemuja.   Aku menatap aneh sekaligus heran kepadanya, lalu beralih ke arah Hellen yang ternyata juga melempar pandang tidak jauh berbeda denganku saat ini. Gadis itu hanya menggedikkan bahu tidak tahu tanpa kata.   “Oh perkenalkan Danny. Aku Sam dari klub jurnal. Kau pasti tidak tahu siapa aku, tapi aku tahu siapa kau, oke?” cerocos pria bernama Sam itu dengan begitu semangat. Pria itu langsung menarik tanganku untuk berjabat tangan dan menggoyangkannya dengan cukup kuat hingga membuatku terkejut karena antusiasnya.   Sam juga melempar senyum lebar pada Hellen untuk menyapanya. Kulihat Hellen juga nampak cukup canggung dengan jabat tangan yang mereka lakukan setelahku. Diam-diam aku terkikik geli melihat ekspresi Hellen ketika melakukannya.   “Kau sudah menjadi berita hangat akhir-akhir ini, dan aku sudah tidak sabar untuk menjadikan namamu sebagai headline berita pagi ini di majalah dinding sekolah kita. Kau tidak masalah dengan itu bukan?” lanjut Sam kepadaku.   “A ... ku?” tanyaku dengan nada tidak yakin menatap Hellen.   “Ya, kau!” seru pria itu dengan ekspresi sumringah yang tidak kunjung luntur di wajahnya. “Apa kau tidak tahu bagaimana terkenalnya kau setelah berita malam itu? Semua orang membicarakanmu Danny. Semua orang berpikir kau akan habis dimakan monster itu. Bahkan banyak foto dari tempat di kejadian itu yang dipenuhi dengan darahmu, telah tersebar di sosial media. Tentu saja melihatmu yang kembali dengan selamat seperti ini, akan menjadi berita yang luar biasa bukan? Lihat kau,”   Sam mengarahkan kedua tangannya menunjuk penampilanku dari atas ke bawah, lalu kembali ke atas lagi layaknya sebuah mahakarya yang mengagumkan. Secara refleks aku dan Hellen ikut memerhatikan penampilanku sendiri dengan wajah heran sekaligus bingung.   “Kau justru terlihat luar biasa. Kau memiliki tubuh mengagumkan tanpa luka sedikit pun dari serangan monster itu. Bisakah kau ceritakan padaku apa yang terjadi selama kau pergi Danny?”   “Eee, itu, maafkan aku, aku-“ Aku menggaruk kepalaku dengan wajah bingung. Aku tidak tahu bagaimana cara menolak permintaan Sam dengan baik. Sam terlihat begitu antusias ingin mewancaraiku dan itu membuatku sulit untuk menolaknya dengan benar tanpa harus menyinggung perasaannya.   “Kita bisa membicarakan hal ini di tempat yang lain, Danny. Kau tenang saja. Aku akan mentraktirmu makan setelah ini. Kita bisa—“   “Sudah cukup. Kita masih ada kepentingan lain, Sam. Jadi biarkan kami pergi, oke?!” potong Hellen dengan cepat sembari menarikku pergi dari tempat itu. melihatku yang tiba-tiba ditarik pergi oleh Hellen, seketika membuat raut wajah Sam menjadi panik.   “Tunggu, tunggu. Biarkan aku berbicara dengan—“   “Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan Sam. Selamat tinggal!” potong Hellen dengan tegas tanpa menoleh ke arahnya kembali.   “I am sorry!” ucapku dengan singkat pada Sam sembari mengikuti tarikan tangan Hellen pada tanganku. Sam nampak kecewa dengan kesempatannya yang hilang untuk mewawancaraiku. Di lain sisi aku juga merasa lega telah dibebaskan dari segala pertanyaan itu dengan bantuan Hellen. Dia benar-benar membantuku keluar dari masalah ini.   “Thangs Hellen,” ujarku setelah merasa keadaan lebih aman dari sebelumnya. Barulah gadis itu melepaskan tarikan tangannya padaku. Hellen juga bernapas lega setelahnya.   “Dia tidak akan menyerah semudah itu, Danny. Jadi kau perlu belajar untuk menolaknya dengan tegas. Apa kau mengerti?” Hellen memperingatiku dengan tegas, dan aku hanya bisa mengangguk dengan pasrah.   “Aku akan mencobanya Hellen,” jawabku. Hellen mengangguk puas.   “Hellen!”   Secara otomatis kami berdua menoleh ke arah suara yang memanggil Hellen tersebut. Dan aku menyesali apa yang kulihat saat ini. Kenapa aku tidak menyadari bahwa ada Jason yang telah berdiri di dekat kita? Pria itu bersama dengan antek-anteknya menatapku dengan wajah serius juga tatapan tajam seperti biasa. Belum apa-apa sepertinya Jason sudah ingin mengajakku perang sekarang dengan tatapan matanya. Terlihat sekali jika dia tidak suka melihatku kembali datang ke sekolah. Cih! Aku mendecih lirih melihatnya.   “Jason!” balas Hellen dengan senyum lebar. Aku langsung menatap Hellen dengan pandangan tidak percaya. Sejak kapan Hellen berani menunjukkan senyum lebar kepada pria itu di hadapanku? Dan langkah selanjutnya yang diambil Hellen benar-benar berhasil membuatku terperangah tidak percaya.   Apa kau tahu? Sekarang aku tengah melihat drama picisan secara live tepat di depan mataku. Yang tengah diperankan oleh gadis yang kusuka, dengan pria sialan –musuh bebuyutanku saat ini. Hellen berlari kecil dan berhambur ke dalam pelukan Jason tanpa ragu. Tentu saja Jason langsung menerima tubuh Hellen dengan sangat baik.   Bahkan terlalu baik karena pria itu seolah sengaja mendramatisir pertemuan di antara mereka, seperti salah satu adegan di film Bollywood. Sialan! Aku terperangah dan terpaku di tempat melihat semua itu. Darahku seolah mendidih, dan jantungku berdetak begitu kencang. Aku merasa marah karena Hellen tanpa ragu menempel pada pria sialan itu tepat di depan mataku.   “Jason, apa kau lihat? Dia sudah kembali pulang Jason. Danny kembali dengan selamat seperti yang telah kau katakan kepadaku. Bukankah ini luar biasa huh?!” seru Hellen dengan pekikan senang. Gadis itu seperti seorang gadis kecil yang mengadu pada kedua orang tuanya akan sesuatu yang menyenangkan.   Aku tidak percaya Hellen bisa bersikap manja seperti itu pada Jason. Apa yang terjadi sebenarnya selama aku pergi? Aku tidak habis pikir dengan apa yang tengah terjadi saat ini.   Kulihat Jason menampilkan wajah lembutnya pada Hellen, tidak lupa dengan senyumannya yang dibuat seapik mungkin di depan gadis itu. Jason mengusap kepala Hellen dengan penuh sayang seolah Hellen adalah gadis yang paling berharga baginya di dunia ini.   “Ya. Kau benar Sweetie. Seharusnya kau tidak meragukan ucapanku. Dia akan baik-baik saja. Kau tidak perlu mencemaskan temanmu itu,” Aku mengepalkan kedua tangan dengan erat ketika menyadari bahwa Jason sengaja menekan kata Teman yang baru saja diucapkannya pada Hellen, bahkan dengan lirikan merendahkan yang telah pria itu berikan kepadaku.   “dan membuang waktu, tenaga, juga air mata berhargamu untuk dia. Itu benar-benar sangat tidak berguna Hellen,” lanjutnya. Jason mengusap dengan lembut sisi wajah Hellen dengan jemari besarnya. Aku semakin menggeletukkan gigi geraham melihat kemesraan yang sengaja ditunjukkannya padaku saat ini. Berani-beraninya dia menyentuh gadisku!   “Tidak, Jason. Bagaimana pun juga Danny adalah temanku yang berharga. Bagaimana bisa aku tidak memikirkannya seperti itu. Jangan bodoh! Dasar,” gerutu Hellen sembari memukul kecil tubuh Jason yang justru membuat pria itu tertawa lebar.   Di mataku mereka hanya seperti sepasang kekasih yang saling menggoda dengan manja. Membuatku jijik setengah mati. Aku masih tidak mengerti sejak kapan Hellen bisa menjadi dekat dengan pria sialan itu, bahkan secara terang-terangan seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD