Aku kembali berdoa ketika membuka pintu kamarku. " Ya Tuhan. Jangan biarkan Lutfi marah, tolong aku Tuhan”.
Pintu kamar aku buka pelan. Aku melihat Lutfi duduk di meja kerjanya
" Pa…maaf . aku tadi.." Lutfi berdiri sebelum aku menyelesaikan perkataanku , dia berjalan menuju pintu dan menguncinya. Suara pintu terkunci membuat tubuhkan mengerut ketakutan.
Lutfi selalu perfect dan tahu cara menutupi kekasarannya dari siapapun, bahkan pembantu saja pasti akan bilang betapa beruntungnya aku menjadi seorang Nyanoya Lutfi. Suami ganteng, penyayang, CEO yang kaya dan punya segalanya. Tapi kalau saja mereka tahu tekanan bathinnya, tentang bagaimana aku kehilangan jati diri dan merasa bukan lagi diriku yang dulu lagi . Apakah mereka masih akan menganggap aku sebagai seorang wanita yang beruntung?
Lutfi menghampiriku " Kamu benar-benar wanita tidak tahu untung!" Katanya mendesis tajam. Bibirnya gemetar menahan marah, mukanya merah dan matanya tajam bagai mata kucing yang berkilat di malam hari. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Tubuhku semakin gemetar.
Dia melihat ketakutanku "Hah! bisa takut juga kamu, kenapa gemetar tubuhmu, takut aku tampar lagi? Nggak usah takut kalau tidak melalukan kesalahan. Nggak usah takut kalau tahu waktu dan pulang sebelum aku sampai dirumah" Katanya tanya menusuk jantungku
" Aku minta maaf Pa" Kataku berharap belas kasihannya.
" Nggak usah minta maaf, sudah terlambat. Plaaaaaaak! dia menamparku keras. Aku meringis kesakitan, memegangi pipiku.
" Buka bajumu" ! Jeritnya kencang. Aku semakin gemetar. Mengapa aku harus membuka bajuku, apakah Lutfi akan menghajarku di bagian badan ? Tidak cukupkah dia hanya menamparku saja kali ini sebagai hukumannya ?
" Wanita jalang sepertimu, tidak bisa diperlakukan bagai ratu, kamu harus diperlakukan bagai binatang yang tak tahu malu, bilangnya belanja tapi tak tahu waktu, sudah waktu jam pulang suami , berani-beraninya masih asyik kelayapan bak anak gadis . Kamu itu tak bisa dikasih kebebasan sedikitpun. Kamu pikir kamu masih kembang kampus yang bisa senyam senyum sana sini pada semua cowok? Kamu sekarang sudah jadi milikku, miliku sepenuhnya!” Katanya sambil menyobek blouse ku yang tipis.
Bajuku tersobek, dan da-daku terlihat penuh. Matanya semakin jalang. Ya tuhan, apa yang mau dilakukannya kepadaku? Tubuhku semakin gemetar. Lutfi mendekatiku dan mendorongku dengan kasar ke meja kerjanya. Aku jatuh tertelungkup, belum sempat aku balik dan berdiri ia sudah membuka rokku, badannya menghimpit tubuhku dari belakang. Aku merasakan miliknya yang mengeras kencang pada bagian belakangku.
Ya Tuhan, Tolong Tuhan, jangan biarakan dia melakukan hal ini padaku dengan cara biadab seperti ini. Aku istrinya Tuhan, kalau memang aku harus melayaninya , aku pasrah, tapi bukan seperti ini caranya. Lutfi mulai memasuki diriku dengan kasar. Sakit dan perih rasanya di bagian tubuh belakangku . Aku menjerit tertahan tapi dia tidak peduli. Dia terus menghantamku lagi, lagi dan lagi sampai mejanya bergoyang dan berbunyi kencang. Dalam setiap hantamannya padaku, dia berkata kasar " Rasakan wanita jalang, ini hukumanmu, Wanita jalang, Wanita jalang” ! Berulang kali ia mengucapkan kata-kata itu mengikuti setiap gerakannya untuk membuatnya terpuaskan . Aku menangis, perutku sakit terkena gesekan meja. Aku hanya diam bagai batu. Lutfi tetap bergoyang dan aku semakin kesakitan. Dan Ketika ia menjerit puas, air mataku jatuh tak tertahankan. Hatiku seperti tersayat belati. Tidak ada sedikipun rasa cinta di hati lagi.
Sekarang aku hanya bisa pasrah menunggu apa yang akan dilakukannya lagi? Lutfi menjambak rambutku dan membalikkan badanku dengan kasar menghadapnya. Dicium nya bibirku dengan keras lalu digigitnya sampai berdarah. Aku mati rasa, diam saja. Hanya air mataku yang terus mengalir tanpa henti. Hanya hatiku yang terus teriris perih dan merasa nyeri.
Ya Tuhan dosa apa aku? Mengapa Lutfi memberi aku hukuman yang begitu berat hanya karena aku pulang terlambat. Lutfi menghempaskan aku ke tempat tidur. Tidak ada rasa belas kasihan setitik pun dimatanya.
Lutfi lalu berkata sadis " Itu hukuman dariku buat wanita jalang seperti kamu! Ingat ! Hanya aku yang bisa menguasaimu seperti ini, tidak lainnya. Jangan mimpi boleh pergi-pergi sendiri lagi tanpa aku. Dikasih kebebasan sedikit sudah berani melanggar . Jangan nangis, benci aku melihat wanita yang mengeluarkan air mata. Ingat apa yang kulakukan tadi adalah hukuman untuk dirimu, biar lain kali tidak lagi berani melakukan kesalahan seperti ini !”
Lutfi berjalan menuju kamar mandi. Aku masih diam terbaring di tempat tidur. Rasanya tubuhku remuk, lebih remuk lagi hatiku. Hatiku bagai kaca yang pecah berkeping-keping, nyerinya terasa sampai di hati . Aku benar-benar merasa sebagai wanita tanpa harga diri. Diperlakukan bagai binatang tanpa sedikitpun belas kasih.
Lutfi benar-benar tahu bagaimana menghancurkan hati dan jiwaku . Aku tidak cukup hanya dipukul dan dimarahinya tapi aku dia perkosa. Dia menunjukkan kekuasannya atas diriku. Segala-galanya dia kuasai. Aku benar-benar merasa hancur dan terhina. Ya Tuhan, apakah itu cintanya padaku?
Lutfi keluar dari kamar mandi dan seakan akan tanpa masalah dia kembali duduk di mejanya dan melanjutkan pekerjaan nya.
Tertatih-tatih aku membawa tubuhku memasuki ke kamar mandi, tanpa rasa dan tanpa tangis lagi. Sambil menyabuni seluruh tubuhku, aku berpikir, sampai kapan aku bisa bertahan dengan perkawinan ini. Aku sudah cukup kehilangan segalanya, teman, orang tua bahkan kepribadianku sendiri. Itu semua aku lakukan demi Catherine. Sekarang anak itu sudah cukup besar untuk mengerti. Kalau aku pergi meninggalkannya, apakah ia akan bisa memaafkan diriku? Apakah Catherine akan benci padaku? Aku berpikir dibawah pancuran air panas dari shower. Rasanya tubuhku sakit dan remuk semua. Ada gurat memanjang bekas meja di perutku, perih rasanya terkena air. Apakah aku harus melaporkan Lutfi ke kantor polisi? Karena di TV sekarang sering dibahas tentang KDRT ( Kekerasan dalam rumah tangga) . Siapa yang akan percaya padaku? Lutfi punya uang dan kekuasaan sedangkan aku tidak punya apa-apa. Aku sengaja berlama-lama di kamar mandi. Sejuta rencana ada di otakku. Aku tidak tahan lagi hidup seperti ini, rasanya ada sesuatu dalam diriku yang ingin meledak keluar. Aku harus pergi, aku harus meninggalkan Lutfi , kalau tidak pasti aku bisa gila nanti. Rasa sakit itu datang lagi. dan dadaku terasa penuh, nyeri dan sakit tak tertahankan. Akhirnya aku menggigiti handukku agar tangisku tidak meledak. Bergetar seluruh badanku menahan tangis. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan? Beri petunjukmu padaku, Tuhan. Sudah lima belas tahun aku jadi boneka Lutfi yang harus mengikuti semua kemauannya.
Aku terduduk lemas di lantai kamar mandi. Tiba-tiba pikiranku teringat pada perhiasaan peninggalan mama buatku. Bungkusan itu kusimpan di bawah lemari hiasku. Lutfi tidak tahu tentang perhiasaan itu. Aku mengambilnya dari lemari mama ketika aku mengosongkan rumah mama dan papa untuk dijual Lutfi karena sudah tidak ada yang menempati. Uangnya dimasukkan deposito atas nama Catherine. Lutfi beralasan kalau Catherine lebih pantas mendapatkan uang itu untuk biaya sekolahnya kelak. Padahal aku tahu dia hanya tidak mau aku memegang uang lebih. Entah kenapa ketika aku menemukan kantong perhiasaan mama ,aku tidak ngomong apapun ke Lutfi, segera saja aku simpan dalam tas dan membawanya pulang untuk dijadikan kenang-kenangan. Tapi itu mungkin adalah jalan yang ditunjukkan tuhan padaku sehingga hari ini ketika aku terpuruk dan terhina aku tahu aku mempunyai modal untuk lari menyelamatkan diriku.
Tapi Ke mana?? Aku kembali binggung. Teman , aku tidak ada. Saudara kandung juga tak punya. Ke Medan, tempat tante Winnie, adik mama satu-satunya sungguh tak mungkin karena Lutfi pasti akan mengejar dan segera membawaku pulang Kembali . Dia pasti akan meyakinkan semua orang bahwa aku yang bermasalah karena selama ini seluruh keluarga ku beranggapan bahwa Lutfi adalah suami teladan. Aku kembali lemas tak bersemangat, rasanya tak ada jalan untuk ku lari, tak ada tempat untuk ku pergi. Kalau aku bisa pergi, aku harus pergi jauh. Sejauh-jauhnya , tempat di mana aku bisa bebas dari bayang-bayang Lutfi. Tempat aku bisa menemukan jati diriku kembali. Aku sudah tidak tahan lagi dengan semua siksaan yang diberikannya padaku, sekarang dia bukan hanya memukul tapi juga memperkosa aku. Kalau kata-kata sindiran ataupun sikap sikap merendahkan yang selama lima belas tahun perkawinan ini selalu aku terima darinya, aku masih bisa bersabar demi Catherine. Tapi kali ini Lutfi telah memperkosa dan memukulku hanya karena aku terlambat pulang, benar-benar membuat segala kemarahan yang selama ini aku terima dalam diam menjadi magma yang siap meledak dalam diriku. Aku sudah tidak tahan lagi ! Aku harus pergi dari rumah ini meskipun Catherine harus aku tinggalkan. Sudah cukup aku berkorban tidak menjadi diriku sendiri selama limabelas tahun ini. Aku yakin sekarang adalah saat yang tepat , aku harus pergi meninggalkan semuanya dan menemukan kebahagiaan bagi diriku sendiri, meskipun untuk itu aku harus berjuang dari awal.
Semangat kembali berkobar dalam diriku ,sekarang tinggal memikirkan ke mana aku harus pergi. Sebelum aku menemukan tujuan, aku akan pura-pura menerima saja semua perlakukan Lutfi padaku agar ia tidak curiga dan bila saatnya tiba, aku pasti akan pergi. Pergi jauh sekali. Tekadku dalam hati
Malam itu , kami tidur dalam diam. Mataku terpejam tapi hati dan pikiranku TIDAK ! aku sibuk menyusun langkah, menata hati dan menenangkan jiwa. Secepatnya semua akan aku selesaikan dan aku sudah siap untuk meninggalkan sangkar emas ini. Aku harus kuat dan penuh tekad. Aku yakin Catherine pasti bisa memaafkanku. Catherine sudah cukup besar untuk bisa mengurus dirinya sendiri. Kalau aku membawanya, ia akan turut menderita bersamaku yang tak punya rumah untuk berlindung, tak punya pekerjaan dan tak punya segalanya. Lebih mudah baginya untuk tetap tinggal di sini bersama papanya, karena bagaimanapun kejamnya perlakukan Lutfi padaku, ia tetap sayang pada Catherine, anak satu-satunya. Catherine akan terjamin masa depannya dengan ayahnya, ia tetap akan bersekolah di sekolah terbaik dan mendapat segala fasilitas yang ada sekarang. Catherine pasti akan mengerti . Maafkan mama sayang. Maafkan mama yang akan segera meninggalkanmu.
Aku sudah bertekad dan tak akan mundur lagi. Aku akan pergi dan mencari jati diriku kembali yang selama ini hilang bagai tersisir ombak yang tak pernah mencapai tepi.
Kesabaran itu ada batas tersendiri
Rasanya pahit ketika harus dijalani
Tapi ketika kita rela berserah diri
Yakinlah semua kepahitan itu akan berbuah manis