Keesokan harinya semua berjalan seperti biasa. Meskipun mataku sembab, aku tetap bangun jam lima pagi lalu mandi dan berdandan untuk Lutfi. Dia keliatan puas melihat aku yang tetap menjalankan rutinitas seperti hari-hari biasanya . Tetap menemaninya sarapan, menyiapkan baju kantornya dan mengantarnya sampai ke depan pintu rumah. Hari ini, Lutfi tidak meninggalkan supir untukku. Hukuman untukku sudah mulai berlaku, tidak ada lagi supir. Tapi aku sudah tidak peduli semuanya. Kalau aku sudah tahu aku harus ke mana, aku akan segera pergi. Toh aku tidak perlu pakai supir lagi kalau mau pergi meninggalkan semuanya. Catherine pasti sudah berangkat ke sekolah. Sekarang aku tinggal di rumah sendiri bersama pembantu-pembantu yang pasti sedang sibuk melakukan tugasnya di bagian belakang rumah.
Handphone ku berbunyi ketika aku sampai di kamar, ada w******p message dari Annie
“Anita, aku sudah di bandara. Kalau ada ke Singapore jangan lupa harus cari aku .
Keep contact ya”
Oh my god. Ini pasti petunjuk dari Tuhan. Pikiranku mulai bekerja dan memutuskan.
Ya , aku akan lari ke Singapore saja. Lutfi tentu tidak akan menyangka kalau aku akan pergi ke Singapore, karena ia tidak kenal Annie dan pasti tidak pernah terlintas sedikitpun di otaknya, kalau istrinya yang selalu dia belenggu dan tak punya uang berani pergi jauh meninggalkan Indonesia dan pergi sendirian ke Singapore yang sudah terkenal merupakan kota yang mahal untuk penginapan ataupun makannya. Pasti 1000 % Lutfi tidak akan menyangka.
Cepat-cepat aku berjalan menuju meja riasku, aku membongkar keluar lipstick, blush on, eye shadow dan semua peralatan make up ku. Tanganku mengacak-acak ke dalam laci dan akhirnya aku menemukan sesuatu yang keras terselip di ujung laci. Tanganku menarik benda itu keluar. Benda Itu adalah kunci lemari tempat Lutfi biasa menyimpan paspor-paspor kami. Sifat Lutfi yang memang tidak percaya padaku, membuatnya selalu menyimpan paspor pada lemarinya sendiri dan kuncinya selalu dia kantongi , tapi aku mempunyai kunci satu lagi tanpa sepengetahuannya. Sebenarnya bukan karena aku sengaja menyimpannya , tapi mungkin ini adalah petunjuk dari tuhan untuk membantuku. Dulu Lutfi kehilangan kunci lemarinya dan dia menyuruh tukang kunci untuk datang membuat kunci cadangan. Yang Lutfi pegang sekarang adalah kunci cadangannya. Beberapa hari setelah kehilangan kuncinya, ketika sedang melipat celana Lutfi, aku memegang sesuatu yang keras dibalik lipatan kantong celananya ternyata itu adalah kunci lemari yang masuk ke dalam lipatan kain di kantong Lutfi yang sobek dan tidak terpegang Lutfi yang kemudian dianggapnya hilang. Kunci yang aku temukan di celana Lutfi, aku letakan di laci meja riasku, lama kelamaan aku lupa mengembalikannya kepada Lutfi dan hari ini sang kunci ini menjadi kunci penyelamat ku . Benar-benar kuasa Tuhan yang telah membantuku menemukan dan menyimpan kunci yang sangat berjasa ini. Tanpa dia aku tidak bisa mengambil pasporku. Tidak mungkin aku membongkar lacinya untuk mengambil paspor. Pasti Lutfi akan segera tahu kalau tujuanku ke luar negri bila aku membongkar laci dan mengambil paspornya. Kalau aku ambil diam-diam, Lutfi bakalan tidak akan menduganya sama sekali, kemana aku pergi.
Aku berjalan mengunci pintu kamar lalu berjalan kembali ke lemari. Hatiku berdebar kencang ketika membuka laci. Cepat-cepat aku mengambil pasporku dan mengunci kembali lemarinya. Aku juga mengeluarkan perhiasaan peninggalan mama dari laci meja riasku. Tiba-tiba telephone rumah berdering. Aku tidak membiarkannya berdering terlalu lama. Aku tahu pasti itu telepon dari Lutfi yang ingin mengecek keadaanku.
“ Halo” kataku
“Halo, lagi ngapain Ma?”
Benar, itu adalah telepon dari Lutfi seperti dugaanku. Pasti sesampainya di kantor ia langsung menelepon dan memastikan aku tidak akan keluar rumah ,
“ Nggak ngapa-ngapain, lagi tiduran saja, semalaman aku nggak bisa tidur”
“Makanya lain kali jadi istri itu yang patuh dan jangan ber ulah, udah disayang suami masih nggak tau untung” Kata Lutfi tetap kasar dan menyakitkan
“ Tidur aja sekarang, tapi harus sudah segar kalau aku pulang jam lima nanti , jangan macam-macam lagi dan jadilah istri yang patuh pada suami” Katanya menutup pembicaraan
“ Iya Pa” Jawabku singkat
Biarlah Lutfi berpikir kalau aku sudah menerima nasibku, tak ada perlawanan yang akan aku lakukan yang ada hanya kepatuhan padanya.
Aku keluar kamar dan turun ke lantai bawah dan bertemu dengan Mbak Yem pembantuku di tangga .
“ Yem, ibu mau tidur, kepala ibu rasanya sakit sekali. Ibu nggak mau makan siang. Tolong bangunin ibu jam empat ya, jadi Ibu sempat dandan sebelum Bapak pulang” Kataku
“ Iya Bu, Sekarang saya ke pasar dulu Bu, untuk persiapan masak buat makan nanti” Jawabnya patuh
Aku segera kembali ke kamar. Aku berkeliling dan otakku sibuk berpikir. Aku harus bisa mengulur waktu sebanyak-banyaknya, biar aku sempat keluar dari rumah. Lalu, tiba-tiba aku mendapat ide bagus. Aku segera mengeluarkan rambut palsuku dari kotaknya, menyusunnya di atas guling dan menutupi guling dengan bed cover. Hmm Not bad! Dari jauh terlihat seperti aku yang meringkuk tidur. Hatiku berdebar tambah kencang, rasanya ada letupan-letupan sensasi yang sudah lama tidak aku rasakan.
Tas ransel Burberry berisi beberapa potong baju segera aku tenteng di bahu. Lalu paspor dan kantong kecil perhiasaan peninggalan mama aku masukan ke dalam tas LV kecil yang bisa ku selempang dan aku pun melangkah dengan langkah perlahan keluar dari kamar. Di depan kamar Catherine aku berhenti. Aku hendak masuk dan meninggalkannya surat. Tapi pasti akan menjadi beban buat Catherine. Biarlah aku pergi tanpa meninggalkan pesan apapun untuk Catherine. Aku tidak mau ia diberondong Lutfi dengan segala macam pertanyaan bagai jaksa penuntut umum yang akan membuat Catherine sedih dan akhirnya ia akan berbohong untuk melindungiku.
Selamat tinggal Catherine. Selamat tinggal anakku sayang, maafkan mama..
Aku cepat-cepat turun ke ruang tamu. Di sekeliling tidak ada siapapun. Pasti mbak Tina, pembantu yang satu lagi sedang sibuk mencuci baju di ruang servis di bagian atas . Sekarang aman, tinggal bagaimana keluar dari pintu gerbang, karena di sana ada satpam yang menjaga. Kalau tahu aku keluar, pasti ia akan langsung menelepon Lutfi. Aku yakin pasti ia sudah di pesan Lutfi untuk mengawasi aku. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar lewat tembok belakang. Aku melangkah ke taman belakang, di sana ada pohon mangga yang lumayan tinggi. Dari pohon mangga itu aku bisa menjangkau tembok belakang dan dari sana aku bisa berjalan menuju perkampungan di belakang rumah . Satu langkah demi selangkah dari dahan yang satu ke dahan lainnya , aku mulai memanjat dan akhirnya aku bisa mendekati tembok tinggi itu. Pelan-pelan aku menaiki temboknya. Nah sekarang bagaimana cara untuk turunnya ? Temboknya terlalu tinggi, kalau aku lompat, kakiku bisa patah. Tiba-tiba mataku beralih di ujung tembok , dan disana aku melihat ada tangga , tangga itu pasti ditinggalkan anak-anak ketika hendak mengambil mangga. Aku merayap pelan-pelan menuju tangga itu. Lalu turun perlahan menuju bawah dan ketika kakiku menapak tanah perkampungan rasanya jiwa merdekaku meledak keluar tanpa tertahan. Aku langsung berlari memanggil taxi dan menuju Lippo mall untuk menjual seluruh perhiasan emas peninggalan mama. Perhiasan itu bernilai dua puluh lima juta rupiah .Dua gepok uang itu langsung aku simpan di tas tanganku. Aku tidak peduli dengan harganya tadi, berapapun yang dibilang oleh penjualnya, aku terima saja sesuai dengan berat emasnya. Aku sudah tidak peduli dengan perbedaan kadar emasnya yang penting aku bisa pegang uang cash untuk beli tiket dan untuk pegangan keperluan lainnya sebelum aku dapat pekerjaan. Kemudian dengan taxi, aku segera berangkat ke bandara . Tapi aku memutuskan tidak mau langsung menuju ke Singapore lewat Bandara Soekarno Hatta karena Lutfi dengan relasi dan kekuasaannya pasti bisa melacak pasporku, ia akan tau aku pergi ke mana dan pasti akan membawaku pulang dan memasukkan aku kembali ke dalam sangkar emasnya . Aku memutuskan untuk terbang dulu menuju Batam dan dari sana aku akan naik Ferry menuju Singapore. Aku pernah melalui rute Singapore lewat Batam bareng mama dan papa waktu masih remaja .
“ Ayo ! Semangat Anita, itu rencana yang bagus” Kataku dalam hati menyemangati diriku sendiri. Aku yakin Lutfi pasti tidak bisa menemukanku, dia tidak mungkin memasang iklan di koran karena harga dirinya akan terluka. Dia pasti tidak mau mengatakan kepada semua orang tentang kegagalannya, tentang istrinya yang lari dari nya. Tekad ku sudah kuat untuk bebas dari Lutfi , jangan mundur lagi.Kamu pasti bisa. Kataku dalam hati untuk menguatkan diri sendiri sekali lagi. Aku sangat perlu kekuatan biar aku percaya diri untuk pergi jauh meninggalkan semuanya.
Akhirnya tepat jam satu siang pesawat bergaris biru yang membawaku meninggalkan Kota Jakarta terbang tinggi menuju awal kebebasanku. Biarlah aku menutup semua lembaran hidupku di Jakarta, Aku akan memulai kehidupan baru di Singapore. Apapun itu nanti akan aku hadapi dengan tabah. Aku yakin , aku pasti bisa menemukan jalan, meskipun aku harus sangat-sangat menderita. Tidak ada yang mudah untuk orang yang melepaskan segalanya dan memulai dari awal. Aku ingin mencari kebahagiaanku sendiri. Cintaku sudah berakhir untuk Lutfi. Tidak ada lagi rasa untuknya. Aku ingin pergi jauh dan menemukan jati diri dan harga diriku yang sudah limabelas tahun ini hilang dari hidupku. Selamat tinggal Catherine , mama akan selalu mencintaimu . Tetap lah rajin belajar dan tetap jadi Catherine anak mama yang pintar , baik hati dan penyayang. Kataku dalam hati sambil memandangi awan putih bergelombang bagai gumpalan kapas putih dari jendala pesawat yang mulai terbang tinggi meningalkan langit cerah kota Jakarta.
Hati yang tersakiti
Akan sampai batas tepi
Bila sudah tak tahan lagi
Dia akan pergi
dan tak akan pernah kembali