Petaka pertama datang melandaku saat kami para geng ibu-ibu di sekolah Catherine melakukan perawatan rambut di sebuah salon . Waktu itu kami ikut ke Mall untuk menunggu anak-anak kami yang melakukan field trip cooking class di sebuah toko roti ternama. Jadi kami sepakat, lebih baik ke salon untuk perawatan rambut sambil menunggu daripada nongkrong di café.
Pada awalnya aku hanya berencana untuk creambath tapi karena bujuk rayu teman-teman dan stylistnya yang mengatakan kalau aku pasti tambah cantik bila rambutku di warnai dan di highlight, akhirnya aku mengijinkan si stylist untuk melakukannya. Aku seakan lupa tentang Lutfi, aku merasa tidak apa-apa kerena toh semua teman-teman melakukannya tanpa harus minta izin suami. Sudah lama juga aku tidak pernah mewarnai rambutku, terakhir rambut ku diwarnai adalah saat aku kuliah. Aku juga ingin terlihat muda dan keren seperti ibu-ibu muda , teman-temanku sesama orang tua murid .
Sorenya ketika Lutfi pulang dan melihat rambutku, ia hanya diam. Tapi dari raut wajahnya yang kecut, aku tahu bahwa ia sangat marah. Aku masih berpikir, biarkan saja dulu, dia pasti hanya akan marah sebentar saja, toh penampilanku benar tambah cantik dan muda seperti kata stylistnya dan semua teman-teman. Pasti Lutfi juga akan mengerti kalau sudah aku jelaskann nanti. Aku dengan tenang mengikutinya ke kamar dan menyiapkan baju gantinya. Tapi ketika Lutfi selesai mandi, dia langsung mengunci pintu kamar dan Lutfi mengamuk se ngamuk-ngamuknya . Aku belum pernah melihat matanya menyala begitu membara..
" Wanita jalang!!! Kamu itu babi, Kamu itu manusia tidak tau diuntung!!! Siapa yang suruh mewarnai rambutmu?? Berani-beraninya kamu ke salon tanpa aku??? Kamu pikir kamu itu cantik ??? Kamu kayak p***k. Hanya perekk yang mewarnai rambutnya seperti ini ! Benar, kamu mau jadi Perekk saja?”
Lutfi menghampiriku dan menjambak rambutku. Aku meringis kesakitan. Aku menjerit dan meronta-ronta memukulnya. Lutfi semakin kalap dan PLAKKK!!!!! Dia menamparku dengan penuh kekuatan lalu Lutfi menjerit sangat keras
" Diaammmmmmm!". Aku tidak akan membiarkanmu pergi untuk mengantar Catherine lagi ke sekolah. Kamu diam saja di rumah, jadi budakku, kamu itu b***k! b***k aku “ ! Jeritnya kencang seperti kesetanan. “ Sekarang ganti baju dan ikut ke salon lagi”
Aku benar-benar gemetar ketakutan memandangnya, air mataku turun dengan deras. Hatiku sakit sekali tapi aku tidak berdaya. Pipiku terasa perih . Aku berdiri dan diam mengikuti nya keluar dari kamar. Lutfi tidak peduli pada mata sembabku, aku disuruh memakai kacamata hitam. Di salon langganannya rambutku di cat hitam kembali. Lutfi tidak peduli kata-kata stylistnya yang mengatakan bahwa rambut yang habis di cat tidak boleh lagi di cat tanpa jeda waktu, karena rambutnya bisa rusak. Lutfi tetap keukeh , rambutku harus di cat hitam kembali!
Saat itu aku benar-benar hancur, aku begitu sakit hati mendengarnya memanggilku b***k, babi dan p***k. Suami macam apa dia? Aku tahu itu bukan lagi cinta. Itu obsesi yang salah darinya dalam mencintai aku. Aku jadi ketakutan. Aku mau pulang ke rumah papa dan mama saja. Sesampai di rumah aku masih menangis. Lutfi sudah kelihatan menyesal. Ia memelukku dan mengatakan bahwa ia melakukan itu untuk kebaikanku. Ia tidak mau aku terpengaruh dengan ibu-ibu yang katanya hanya bisa menghabiskan uang suaminya saja.. Aku merasa benar-benar terhina dan tidak ingin memaafkannya. Semalaman itu aku berpikir, bagaimana kalau aku minta cerai saja, aku akan tinggal kembali dengan papa dan mama yang meskipun mereka tidak sekaya Lutfi, tapi aku yakin mereka sanggup menghidupi aku dan Cathereine. Lalu pelan-pelan , aku bisa mencoba mencari kerja agar bisa mandiri menghidupi diriku dan Catherine. Aku sudah bertekad untuk pulang ke rumah mama besok pagi dan akan mengurus perceraianku segera.
Tapi ternyata tuhan berkehendak lain. Malam itu aku menerima telepon dari mama yang mengabarkan bahwa papa terserang stroke. Aku diminta segera datang ke rumah sakit. Aku terpaksa menebalkan muka dan membuang rasa benciku pada Lutfi lalu membangunkan Lutfi untuk mengantarku ke rumah sakit. Dan karena Lutfi adalah aktor yang sangat hebat, dia segera mengantarku ke rumah sakit. Dia juga menanggung semua biaya perawatan papa. Lutfi bertanya padaku, apakah ingin kesembuhan papa secara maksimal? Kalau aku bersedia, Lutfi akan menangggung biaya perawatan papa di rumah sakit terbaik di Indonesia atau bahkan mengirim papa ke Singapore asal aku setuju untuk menandatangani surat. Aku pikir, Lutfi pasti dalam hatinya tau kalau aku bakalan minta cerai atas apa yang dilakukannya padaku kemarin. Makanya dia mengambil kesempatan ini untuk menekanku
Aku binggung, tapi demi kesembuhana papa aku harus berkorban. Aku sangat ingin papa sembuh kembali, biarlah aku yang menderita. Toh ini adalah pertama kali Lutfi bersikap kasar kepadaku, dia hanya terlalu menyayangi aku. Itu pikiran positifku, asal aku menuruti semua keinginannya, pasti ia tidak akan kasar padaku lagi. Aku setuju menandatangani surat itu yang ternyata isinya adalah aku tidak akan mendapat harta gono gini apabila bercerai dari Lutfi dan hak perwalian anak menjadi hak penuh Lutfi apabila kami bercerai. Lutfi benar-benar laki-laki pintar, dia tahu aku pasti tidak bisa hidup tanpa Catherine. Dan demi kesembuhan papa , aku setuju menandatangani surat itu.
Lutfi menepati janjinya, mengirim papa ke Singapura dan mencari dokter terbaik di sana untuk menyembuhkan papa dari stroke . Kejadian ini menambah pujian orang-orang dan sanak saudara dikeluargaku padanya betapa ia adalah seorang menantu teladan. Dan aku semakin terpuruk pada kesendirian dan kesedihan. Aku mencoba berkompromi pada keadaan . Aku tunduk pada semua aturan Lutfi . Aku tidak lagi berteman, tidak lagi bersosialisasi, tidak lagi pernah pergi ke mana-mana tanpa Lutfi. Hidupku hanya untuk Lutfi, mengikuti semua permintaannya seakan-akan aku robot. Lutfi juga tidak pernah memukulku lagi tapi untuk kata-kata yang merendahkanku, sikapnya yang possesif ,selalu cemburu dan berburuk sangka padaku sehingga sering membuatku tidak nyaman masih tetap dilakukannya. Tidak ada niatnya sedikit pun untuk berubah, dia tidak pernah merasa salah dengan apa yang dilakukannya kepadaku. Istri memang harus tunduk pada suami dan wajib mengabdi pada suaminya. Tidak boleh berpendapat, tidak boleh dibantah, tidak boleh berteman dan seribu tidak boleh lainnya. Dia tetap menjadi Lutfi yang dulu, yang selalu harus menjadi pusat perhatian kalau dia lagi di rumah. Rutinitas kembali berjalan sebagaimana biasanya dalam hari-hariku. Meskipun ada yang terasa hilang di hatiku, aku yang merasa tidak seperti diriku lagi, aku tetap bertahan sampai sewaktu Catherine SMP , papaku meninggal dan beberapa bulan kemudian mama menyusul papa ke surga.
Ketergantunganku pada Lutfi semakin dalam. Aku tidak bisa apapun tanpanya. Lutfi tahu kalau aku benar-benar tergantung padanya sekarang. Lutfi tahu , aku tidak akan lagi minta cerai dan meninggalkannya karena aku tidak ada tempat untuk pergi, dan tidak ada siapa-siapa untuk ku bergantung. Dan ketika Bik Sum , pembantu tua kami pensiun, ia sedikit membuka kepercayaannya kepadaku untuk bisa pergi sebentar diantar supir membeli keperluan bulanan untuk rumah setiap bulannya. Tapi kebebasan yang sedikit itu akhirnya membawa aku bertemu Annie dan menyebabkan aku lupa waktu hari ini.
Aku menghela nafas dan membelai kepala Catherine dengan sayang menjawab pertanyaanya yang tertunda karena lamunan panjangku.
" Mama tadi habis ketemu teman,lalu ngobrol jadinya terlambat pulang, tapi tidak apa-apa , mama akan menjelaskan pada papa. Papa pasti mengerti" Kataku mencoba menenangkannya. Meskipun aku sendiri ragu, Apa mungkin Lutfi akan mengerti?
Gaslighting adalah merujuk kepada salah satu bentuk penyiksaan secara psikologi yang terjadi dalam hubungan interpersonal, di mana penyiksa melemahkan rasa percaya diri korban dan membuat mereka mempertanyakan ingatan, sudut pandang atau kewarasan mereka ( Wikipedia).
Efek gaslighting dalam hubungan ternyata bisa meningkatkan resiko gangguan mental yang bisa mengganggu kehidupan korbannya, yaitu gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan bisa terjadi akibat rendahnya kepercayaan diri yang terus menerus berkurang , karena dilecehkan secara emosional oleh pasangan anda