Ingin Punya Pacar.

1074 Words
"Jadi siapa namamu?" tanya Asegap. Saat ini keduanya berada di sebuah mansion miliknya Asegap. Mansion yang indah bak Istana yang ada di tengah kota. Berlian duduk di sopa dengan menunduk dalam tidak sanggup menatap lelaki itu. Lelaki yang pernah ia pukuli sampai wajahnya saat ini pun masih membengkak. "Berlian Murni." jawab Berlian dengan pelan. "Aku boleh tanya, kenapa kakak mu menjual mu?" "Karena kami sangat miskin. Dan aku kerja di pabrik sepatu di bagian administrasi, namun gajihku enggak cukup untuk memuaskan kakak ku. " ujarnya. "Jadi kakak mu suka memeras mu?" Oh, Asegap tidak peduli. Hanya saja karena ia sudah membeli gadis itu. Maka Asegap harus tahu siapa gadis itu, apa pekerjaannya, dan bagaimana kondisi hidupnya. "Iya. Kakak ku suka mabuk dan judi." cicitnya pelan. "Dan kamu adalah seorang adik yang sangat baik, sehingga kamu rela mengorbankan apapun untuknya, termasuk harga diri kamu?" Berlian menggeleng. "Aku dipaksa." "Kenapa kamu mau dipaksa?" "Tidak ada siapapun yang mau dipaksa." ujar Berlian dingin. Hal itu tentu saja membuat Asegap menatapnya dengan tatapan yang berbeda. pasalnya gadis itu masih saja bisa menjawab dirinya dengan ketus, disaat ia sudah menjadi tuannya. Apakah tidak ada yang ditakutkan oleh gadis itu darinya? Asegap menghela napas dalam. "Aku punya sebuah perjanjian yang bisa menguntung kan kamu." dia mengeluarkan sebuah map berwarna biru di letakan di atas meja. "kamu baca, dan aku akan memberi kamu waktu. Lalu kamu bisa hubungi orang ku, kalau kamu sudah siap dengan jawabannya." Asegap berdiri dari sopa empuk itu. Lalu ia pun keluar dari sana. Berlian membaca lembar demi lembar isi dari perjanjian itu. Kedua matanya melebar ketika ia membawa beberapa pharagrap yang ada di sana. Laki laki itu menuliskan bahwa Berlian harus mengiyakan apapun yang Asegap inginkan terhadap dirinya, dalam konteks hubungan suami istri. Mereka akan menikah dengan cara diam diam, dan Asegap akan memberikan banyak aset, ketika ia memberikan kesuciannya pada laki laki itu. Namun beda cerita, jika Berlian sudah tidak perawan. Maka Berlian tidak akan mendapatkan aset apapun, kecuali uang bulanan saja. Selain itu juga, Asegap tidak mau memiliki anak karena pernikahan ini tanpa cinta. Dan mungkin hanya akan bertahan sekitar dua atau tiga tahun saja. Berlian sungguh dilema, karena ia merasa tidak mungkin menerima perjanjian ini. Sementara ia memang sedang butuh uang, dan juga butuh sebuah perlindungan dari Asegap. Mungkin saja, kalau ia menikah dengan laki laki itu, ia tidak perlu lagi menjual dirinya pada om om yang di pilihkan sang kakak. Atau pun ia tidak perlu takut lagi menerima kehidupan yang menakutkan, karena ancaman sang kakak. Lalu kedua orang tuanya di kampung akan tercukupi semua kebutuhannya, merek tidak perlu lagi pergi ke ladang dengan kondisi mereka yang sudah tua rentan. Tapi kembali lagi ia mengingat bahwa pernikahan ini hanyalah tiga tahun saja, maka itu artinya ia harus tetap kerja meski sudah menikah dengan Asegap. Lagi pula, ia menikah dengan laki laki itu secara diam diam. Orang lain tidak akan tahu, dan begitu pula sebaliknya, Asegap juga pasti akan memiliki pacar di luar sana, karena di dalam perjanjian pun sudah menyatakan bahwa Berian tidak boleh protes, ketika Asegap membawa perempuan lain ke mansionnya. Lalu ... apakah itu artinya dia juga bebas memiliki seorang pacar? Mungkin ini akan Berlian tanya kan pada laki laki itu. Jika di dalam perjanjian, Asegap boleh memliki pasangan lain selain dirinya, maka ia juga mungkin akan bertanya apakah ia juga boleh memiliki pasangan selain, Asegap? "Nona sudah membuat keputusan?" tanya Tristan, ketika ia melihat gadis itu keluar dari ruangan di mana Asegap dan Berlian, berada tadi. "A-aku mau tanya dulu sama tuan mu. Apa beliau memiliki waktu?" gadis itu terlihat bingung dan bimbang. "Memangnya Nona mau tanya apa sama tuan?" tanya Tristan. Berlian menatap Tristan. "Kamu bisa dipercaya kan?" tanya nya polos. Membuat Tristan terkekeh gemas. "Baiklah. Mulai saat ini, aku bisa Nona percaya. " "Tapi bagaimana kalau kamu ember?" "Ember? apaan tuh?" Tristan menggaruk tengkuknya. Ia baru mendengar bahasa ember ini. Berlian mendekat dan berbisik. "Ember itu, kamu enggak bisa menyimpan rahasia. Misalnya aku bilang apa sama kamu, tapi kamu malah menyampaikannya sama bos mu." "Oh, ok. jadi ember itu artinya enggak bisa nyimpen rahasia ya?" tanya Tristan. Berlian mengangguk cepat. "Iya, itu namanya ember. Kan ember itu mulutnya besar, mereka enggak bisa dipercaya." Tristan manggut manggut seolah mengerti. "Baiklah. Kalau gitu, kamu bilang aja apa?" Berlian terlihat menimang nimang, kemudian. "Kan tua mu bilang, kalau setelah menikah nanti, dia boleh memiliki pasangan lain, selain aku. Nah, bagaimana kalau aku punya pacar lain, apa itu boleh?" tanya nya polos, membuat Tristan mengerjap. Ia tidak mungkin mengiyakan, karena jelas jawabannya tidak boleh. Mungkin saja Asegap memang bisa memiliki pasangan selian Berlian setelah menikah nanti. Tadi Berlian jelas! tidak boleh memiliki pasangan lain, selain Asegap. Meski itu hanyalah pernikahan kontrak. "Mmm saya sungguh enggak tahu, kalau itu." ujar Tristan. Mungkin kamu tanya langsung saja pada tuan, ya." akan sangat berbahaya kalau ia yang memutuskan semuanya secara langsung, sedangkan itu adalah urusan mereka berdua, bukanlah urusan Tristan. "Baiklah kalau begitu. Mungkin aku akan berbicara dengan tuan mu, dulu." ujar Berlian. "Apakah beliau sedang sibuk?" "Aku rasa, nona bisa berbicara dengannya sekarang." ungkapnya. Tristan membuka kan pintu untuk Berlian. "Terima kasih." Berlian pun masuk. Ditemuinya Asegap baru saja selesai mengerjakan sesuatu. Laki laki tampan itu menoleh padanya dengan tatapan datar. "Ada apa?" tanya nya. "Aku... aku ingin bertanya." "tanya apa?" Asegap menatapnya lebih lekat, membuat Berlian segera menundukan kedua mata polosnya. Ia sungguh bingung mengatakannya. Namun tetap saja ini harus ia katakan. Bagaimana jika Asegap marah. Tapi kalau ia tidak bertanya, maka ia tidak akan pernah tahu bagaimana akhir masa depannya. Sedangkan pernikahannya dengan Asegap hanya tiga tahun saja. Kalau ia tidak punya pacar, berarti ia tidak akan memiliki seorang pasangan. Sedangkan Asegap boleh memiliki pacar, meski mereka sudah menikah. Maka setelah lepas darinya, Asegap akan memiliki pasangan hidup. Asegap memang lic-- "Bisa dipercepat?" terdengar tidak sabaran dan kesal. "Eh, begini, pah, eh, tuan." Ia sungguh gugup sekali. Dan Asegap terdengar berdeham pelan. "Saya tidak memiliki waktu sebanyak itu berlian. Jadi segera bilang, apa yang ingin kamu katakan." ujarnya. "Begini ... apakah ..." Berlian menggigit bibirnya takut. Asegap mengangkat kedua alisnya. Ia sungguh penasaran dengan apa yang akan dikatakan gadis itu. "Apa? kamu bisa bicara yang lebih jelas?" Berlian menelan salivanya. Kedua tangannya terkepal erat, dan keringat mulai merembes di kedua pelipis. Lalu jantungnya berdegup liar. Ia sungguh takut dengan tatapan lekanya Asegap. "begini ... kamu kan boleh punya pasangan selain aku, setelah menikah. Lalu ... apakah ... apakah aku boleh punya pacar?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD