Aku mungkin gila, karena telah berani mengatakan hal yang enggak mungkin. Sudah jelas, kalau dia dalam perjanjian itu, Asegap melarangku untuk memiliki pasangan. Tapi aku malah tetap meminta padanya. "Eh, maaf, pak. Aku serius cuma tanya." kuralat saja, karena aku takut dia marah. Kulihat dia hanya terdiam dan menatap datar padaku.
"Ka-kalau gitu, saya permisi." Aku segera keluar dari ruangan itu dengan berjalan cepat menuju ke kamarku. Iya, kamarku yang berukuran lima kali enam ini sungguh indah dan megah sekali. Hanya saja warnanya aku kurang suka, ini kamar nuansanya cowok banget. Semuanya berwarna abu dan hitam.
"Kamu!"
Aku segera berbalik dan mendapati Asegap menatap padaku. Aku enggak tahu kalau dia mengikutiku. Aku segera menghampirinya dengan menunduk hormat. "I-iya, pak. Apa bapak butuh sesuatu?" tanyaku.
Dia menggeleng. "Enggak, aku hanya mau tanya, apa kamu suka dengan warna kamarnya?" dia menunjuk kamar ini.
Terus terang saja, aku enggak suka. Tapi masa iya, aku mengakuinya sedangkan aku baru saja datang ke sini.
"Oh, iya. Apa kamu sudah menyetujui surat itu?" tanya nya.
Aku mengangguk. "Iya." Ini satu satunya cara agar aku bisa hidup normal. Aku tidak peduli jika laki laki itu memiliki seribu perempuan di luar sana. Karena yang aku butuhkan hanyalah sebuah perlindungan darinya.
"Baiklah. Kamu juga sudah membaca semuanya kan? semua yang aku inginkan?"
"Iya, Pak." jawabku. Aku masih saja menunduk, karena aku merasa tidak berani menatapnya. Bukan apa apa, pak Asegap ini sangat tampan, aku merasa takut melihat ketampanannya itu. Aku takut menyukainya. Dan jangan sampai aku menyukainya.
"Baiklah.. Kalau gitu, kamu tanda tangani. Karena setelah itu, dua hari lagi kita akan menikah. Dan kamu juga harus tahu, kalau kita akan menikah secara sederhana. Aku ingin menyembunyikan semuanya dari media. Kamu tahu kan apa alasannya? Aku enggak suka media heboh dan banyak tanya ini itu sama kamu dam aku." ujarnya.
"Dan saya masih boleh kerja kan, pak?" tanya ku.
"itu terserah kamu. Karena kamu juga enggak akan aku tuntut untuk kerja di rumah. Kamu hanya perlu melayani ku ketika aku mau. Dan ketika mamah ngajak bertemu, kamu harus ikut ke rumah kedua orang tuaku."
"Baik, Pak."
Dan kami pun menandatangani semua perjanjian ini. Semuanya ada sepuluh lembar, dan aku sudah membaca semuanya.
"semuanya sudah clear, dan bermaterai. Jadi kamu sudah tidak bisa menyangkal atau menolak pada semua pelaturan ini. "
"Iya, pak."
"Kamu punya rekening?" tanya nya.
"Iya, pak."
"Tuliskan nomor rekening kamu di sini, karena setiap bulan aku akan mengirimkan gajih kamu. Kamu ingin tahu berapa gajih kamu sebagai istri bayaranku?"
Aku menggeleng.
"Kalau kamu masih gadis, aku akan membayarnya satu milyar tiap bulan. Tapi kalau kamu enggak perawan, maka aku akan membayarmu lima ratus juta saja. Bagaimana?"
Aku memilih diam, karena sangat pening mendengarnya. Di akan menikahiku dan membayarku satu milyar, ini sungguh mengejutkan. Bagaimana bisa aku mendapatkan uang sebanyak itu, hanya karena aku ini seorang perawan. Apakah ini mimpi? atau kah ini sebuah kebohongan saja?
"A-apakah itu benar?"
"Apa kamu enggak percaya sama saya?"
"Bukan, satu milyar itu sangat mahal. Dan ... apakah anda enggak rugi?"
Dia terkekeh pelan. "Aku enggak rugi, karena aku akan mendapatkan kamu!" ujarnya dengan mencengram pelan rahangku, sehingga kedua pipiku berubah menjadi penyok. Aku tidak merasa sakit. Hanya saja, kelakuannya ini membuatku agak takut. Memangnya kenapa ia ingin mendapatkanku? apakah dia dendam padaku karena aku telah memukulnya waktu itu.
"Pak, boleh saya tanya sesuatu?"
Dia menangguk." Apa?"
"Apakah pak Asegap masih marah pada saya?" cicitku.
Kami terdiam selama beberapa menit, Asegap memegang wajahnya yang terlihat masih membiru namun hampir pudar. "Mmm ... sebenarnya saya sangat marah sama kamu. Tapi ya ... karena kamu akan jadi istri saya, jadi saya maafkan itu." benarkah? se gampang itu?
"Mmm ... kenapa bapak milih saya, untuk jadi istri kontrak bapak?"
"Karena apa ya? karena untuk fisik, kamu enggak merugikan saya. Kamu boleh lah, kalau didandanin." Jadi karena fisik ku? apakah aku cantik menurutnya?
"Lalu kalau saya sudah enggak cantik, apa bapak masih membutuhkan saya?" agak perih sih, pertanyaan ini. Namun aku harus tetap mengatakannya.
"Kan kita menikah hanya dua atau tiga tahun kan? apa kamu lupa itu?" dan selama itu, mungkin aku harus bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta padanya. Bagaimana caranya?
"Oh, iya."
"Selama tiga tahun ke depan, kamu adalah istri kontrak saya. Selama itu, kamu tidak boleh memiliki pacar, atau pun teman laki laki. Kamu harus selalu cantik dan membuatku nyaman selama aku berada di mansion ini. Kamu tidak boleh hamil, karena setelah tiga tahun kita harus berakhir. Apa kamu tidak lupa dengan semua itu?"
"Enggak pak." selama tiga tahun aku harus menabung banyak sekali. Jika gajihku satu milyar, itu artinya aku harus menabung setengahnya dari gajihku. setelah uang itu aku berikan ke pada kedua orang tuaku dan membuat rumah yang layak untuk mereka. Aku juga akan tetap bekerja, agar aku tetap memiliki pekerjaan setelah aku bercerai dengan Asegap.
"Dan sekarang kamu pergi mandi, aku berubah pikiran. Malam ini juga aku ingin menikah dengan mu!"
"A-apa!" aku mengerjap dengan kedua mata ini yang menatapnya nyalang. "Ta-tapi kenapa harus secepat ini? aku bahkan belum menelpon kedua orang tuaku untuk pernikahan ini."
"Kamu tidak udah khawatir, karena aku sudah mengirim seseorang untuk membawa mereka ke sini. Sehingga malam ini kita akan menikah secepatnya. Aku tidak mau membuang buang waktu. Aku ingin tahu, kamu ini masih gadis atau ternyata sudah ..." dia membisikan sesuatu padaku, dan membuatku tercekat. Dia berani sekali mengatakan itu padaku. Dasar Biadab!
"Bagaimana? kamu bisa keluar dari rumah ini sekarang juga jika tidak setuju. karena aku enggak mau nampung seorang perempuan yang bukan istriku di sini!"
Dan aku memang tidak akan bisa menolaknya. Karena aku enggak memiliki pilihan. Kakak ku akan menjual ku pada lelaki hidung belang. Sedangkan dengan Asegap, aku dijadikan istri, meski hanya sebagai istri kontrak. Aku mendapatkan kehormatan dan juga memiliki uang yang selama ini hanya aku impikan saja. Lalu kedua orang tuaku akan terjamin hidupnya.
"Baik. Aku setuju." Ayolah Berlian, hanya ini yang bisa kamu lakukan untuk mengubah hidupmu. Kesempatan tidak akan datang dua kali, maka jangan sia siakan kesempatan ini. Persetan dengan cinta, perasaan, dan gengsi karena dia bukanlah laki laki yang mencintaimu. Dan berjanjilah untuk tidak jatuh cinta pada laki laki itu. Karena jika kamu sampai jatuh cinta padanya, maka celaka lah kamu!
"Maka tunggu apalagi, pergilah ke toilet dan mandi sampai kamu benar benar bersih. Kamu tahukan, malam ini kita menikah. Itu artinya malam ini kamu adalah miliku!" Dia menatapku dalam, seolah akan memakan ku saat ini juga.