Dalam bayangan Nadhira, Adam sangat bahagia menerima kejutan darinya, boneka bayi yang dia berikan kepada Adam awalnya membuat Adam bingung dan bertanya "Ini untuk apa, sayang?"
Nadhira tersenyum lalu berkata, "Disimpen yang baik Mas, buat bayi kita nanti," ucapnya dengan mengusap perutnya.
Mata Adam mengeryit namun sesaat kemudian dia tertegun dan tersenyum " Kamu hamil? Beneran?"
Nadhira mengangguk, dan Adam segera memeluknya dengan ucapan terimakasih pada Tuhan dan Nadhira "Terimakasih Tuhan, terimakasih, sayang. Mas bersyukur sekali."
"Mas sayang kamu," ucapnya masih dengan memeluk Nadhira.
Rasa bahagia merambat ke hati Nadhira, hingga dia terus tersenyum membayangkan moment bahagia tersebut. Hingga mobil berhenti di pelataran rumahnya membuat Nadhira menarik diri dari lamunannya tersebut.
Sekarang saatnya mewujudkan bayangannya.
Nadhira turun dari taksi masih dengan tersenyum, apalagi saat melihat mobil Adam sudah terparkir di pelataran rumahnya, dia masuk dengan melihat sekitarnya untuk mencari dimana Adam, hingga dia mendengar suara canda tawa dari Elisa dari ruang makan.
Nadhira berjalan mendekat dan mengeryit saat mendengar suara Adam juga terdengar, mereka bahkan bicara sangat akrab membuat jantung Nadhira terasa berdebar.
Senyum Nadhira perlahan surut saat melihat Elisa dan Adam duduk berhadapan, dan yang membuat Nadhira menghentikan langkahnya seketika adalah ucapan Elisa, "Kamu inget gak Dam, kamu kan yang dulu ngejar aku?"
Degh.
Jantung Nadhira terasa memompa semakin cepat, hingga ucapan Adam terdengar membuat dia merasa sakit, "Iya, aku sampai jadi penguntit ngikutin kemana pun kamu pergi." mereka tertawa.
"Iya, liat bucinnya kamu, gak nyangka aja kita bakalan pisah."
"Kan kamu yang keukeuh minta putus, El."
Elisa tersenyum "Karena keadaan sih tepatnya."
"Ya, itu masa lalu sih, tapi gak nyangka bisa ketemu lagi," ungap Adam.
Elisa tertawa "Parahnya lagi malah jadi mertua dan menantu." tawa itu menular pada Adam.
Mereka terus membicarakan kenangan mereka dulu, hingga tak menyadari Nadhira yang berdiri mematung di depan pintu. Susah payah Nadhira berpegangan pada kusen pintu untuk menyembunyikan dirinya di balik tembok.
Setiap tawa dan ucapan dari keduanya membuat hati Nadhira serasa di hujam ribuan pisau.
"Mas Adam dan Mama Elisa mantan pacar?" lirihnya pada diri sendiri.
"Tapi, kenapa Mas Adam gak bilang sama aku?" Dua tahun pernikahannya, dan Adam tak pernah mengatakannya kebenaran ini. Sekelabat bayangan keakraban Elisa dan Adam terlintas, mereka mungkin terlihat biasa saja namun Nadhira selalu merasa ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman saat melihat interaksi mereka, inikah alasannya selalu merasakan ketidak nyamanan itu?
Segala bayangan kejutan yang akan Nadhira berikan hilang begitu saja, tergantikan rasa sakit karena merasa di bohongi oleh keduanya.
Kenapa mereka menyembunyikanya?
Jika memang mereka tidak memiliki hubungan lagi, kenapa harus menyembunyikannya?
Apakah ada sesuatu yang lain yang Nadhira tak tahu?
Nadhira memberanikan diri untuk melihat ke arah ruang makan kembali, dan kini pemandangan yang dia lihat lebih menyakitkan "Kamu cobain deh Dam, rasanya udah pas belum?" Elisa menyuapi Adam dengan masakan yang dia buat.
"Enak, masakan kamu emang selalu enak sih El," puji Adam.
"Iya, dulu kan kamu paling suka aku yang masakin, kalau sekarang dipikir lagi dulu aku udah kayak pembantu kamu." lagi tawa itu terurai hingga membuat d**a Nadhira terasa berdenyut.
Mencoba untuk tetap berdiri tegak, Nadhira menopang dirinya di tembok lalu melangkah menjauh, merasa sudah cukup untuk dia mengetahui hal mengejutkan, dia tak akan sanggup untuk mengetahui hal lainnya lagi antara suami dan ibu tirinya itu.
Cukuplah dia tahu jika suaminya dan ibu tirinya adalah mantan kekasih.
Senyum bahagia Nadhira surut begitu saja, hilang oleh fakta yang baru saja dia ketahui. Tiba di dalam kamar Nadhira menjatuhkan dirinya di lantai, tatapan matanya kosong memandang ke arah depan. Bayangan mengerikan terlintas begitu saja di benaknya, bayangan tentang Adam dan Elisa yang diam- diam menjalin hubungan di belakangnya, dan bagaimana mereka menyembunyikannya darinya.
Nadhira memejamkan matanya lalu menggeleng pelan "Itu gak mungkin kan," ucapnya pada diri sendiri. "Itu masa lalu, dan sekarang Mas Adam hanya mencintaiku?" Nadhira seolah bertanya pada dirinya sendiri sebab untuk pertama kalinya dia merasa tak yakin dengan perasaannya sendiri.
Tapi, dari semua itu, pertanyaan yang mengganggunya saat ini lebih kepada, kenapa mereka menyembunyikannya, menyembunyikan masa lalu mereka darinya?
Apakah agar mereka tetap bebas menjalin hubungan di belakangnya?
Apakah ini alasan Mas Adam tidak mau pindah? agar dia bisa terus bersama Elisa?
Nadhira menarik nafas panjang mencoba menjernihkan pikirannya, tidak baik membuat dirinya berburuk sangka, Nadhira bangkit dan memutuskan untuk membersihkan diri, dia harus menjernihkan pikirannya dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, apakah benar ada hubungan lain antara keduanya, atau hanya sebatas kenangan masa lalu saja.
Tanpa Nadhira sadari kejutan yang akan dia berikan pada Adam justru terlupakan begitu saja.
Adam memasuki kamar saat Nadhira sudah selesai mandi, saat Adam melihat Nadhira tentu saja dia merasa terkejut, "Kamu udah pulang?" Nadhira yang duduk di depan cermin menatap Adam dari pantulan cermin.
"Hm." Nadhira hanya berguman.
"Kok, gak bilang, padahal Mas udah pulang dari tadi." Adam meletakkan tas kerjanya, lalu berjalan ke arahnya.
'Bagaimana kamu tahu, kamu terlalu asik dengan masalalu kamu, Mas!' batin Nadhira berteriak.
"Kenapa?" Adam bertanya sekali lagi, pria iti memeluknya dari belakang lalu mengecup pelipisnya.
"Aku cuma mau mandi dulu, jadi langsung masuk kamar ... kamu kapan pulang, Mas?" Nadhira meneliti wajah Adam mencoba mencari celah kebohongan, namun dia melihat wajah Adam yang tenang, seolah tak ada apapun.
"Satu jam lalu kayaknya, aku di dapur ngobrol bentar sama Ayah dan Elisa." Nadhira memicingkan matanya, disana tak ada Ayahnya, hanya ada Adam dan Elisa.
'Kamu bohong, Mas.'
"Oh, ya, kamu bilang, kamu ada kejutan buat Mas, mana?" Adam menengadahkan telapak tangannya.
'Aku justru lebih terkejut dengan kenyataan yang baru aku terima, Mas.'
"Oh ya, aku bilang gitu?" Nadhira mencoba membuat wajahnya seperti biasanya, dia bahkan menahan nada bicaranya untuk tidak bergetar, sebab fakta yang baru dia ketahui membuatnya berpikir banyak hal buruk, namun, dia juga tak ingin membiarkan keburukan memenuhi hatinya hingga dia bertindak yang tidak seharusnya.
Nadhira akan mencari tahu dahulu kebenarannya agar dia tak salah langkah nantinya.
Entah apakah hubungan ini berlanjut, atau tidak. Jelas dia tak mau hidup dalam ketidak pastian.
Dan jika benar Adam dan Elisa memiliki hubungan, akan dia buat mereka menyesal kerena telah mempermainkannya dan ayahnya.
Itu juga yang menjadi pertimbangan Nadhira untuk tak mengungkapkannya sekarang, dia tak ingin ayahnya jatuh sakit karena mengetahui fakta yang belum seratus persen dia ketahui.
"Kamu lupa?" Nadhira diam "Ya udah deh, gak papa, biar aku yang kasih kejutan sama kamu." Adam merogoh sakunya dan menunjukkan sebuah kotak berwarna merah.
"Apa ini?" tanya Nadhira dengan wajah bingung.
"Kejutan," ucapnya dengan membuka kotak tersebut hingga terpampanglah sebuah kalung berlian yang nampak cantik.
"Ya, ampun Mas. Ini pasti mahal." Nadhira tersenyum kagum melihat benda indah itu.
"Jangan bilang soal mahal, istriku ini sangat berharga, jadi gak peduli semahal apapun itu, aku akan membelinya, tentu saja kalau ada uang." Adam terkekeh lalu melingkarkan kalung tersebut di leher Nadhira "Cantik kan," ucapnya dengan menatap cermin dimana menampakan Nadhira yang terpaku disana.
Nadhira tersenyum lalu berbalik dan memeluk Adam. "Makasih Mas."
Sekarang hati Nadhira menjadi bimbang, benarkah tentang pemikiran buruknya ini? sementara Adam tak pernah seharipun tak menunjukkan rasa cintanya, dan itulah yang membuatnya tak pernah memikirkan hal buruk tentang Adam dan Elisa, dan merasa mereka menjalani kehidupan keluarga yang normal pada umumnya.